Parents, kerap kali ketika anak mulai menunjukkan keras kepala kita langsung menyalahkan sikapnya. Kenyataannya, sikap keras kepala anak gak muncul begitu aja pasti ada alasan-alasan terpendam yang membuatnya seperti itu.
Di lain sisi, anak yang mulai keras kepala itu tergolong wajar apalagi saat mulai memasuki usia remaja. Namun bukan berarti kita jadikan hal normal, tetap saja kita harus membuang sikap buruk anak, dan salah satu caranya mulai dari introspeksi dulu sebagai orang tua.
Bisa jadi cara pengasuhan yang kita terapkan ada yang keliru. Mari kita lihat, apakah diri kita sebagai orang tua pernah melakukan ini ke anak?
Suka membentak dan bernada tinggi
Mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa membentak dan berteriak akan membuat anak lebih mendengar orang tuanya, sehingga takut dan langsung mengikuti perintah. Nyatanya, cara ini gak efektif dalam mengasuh anak.
Ketika anak sering diteriaki, dimarahi, dibentak, anak bisa jadi membangkang dan lebih agresif. Berteriak pada anak bisa membuatnya merasa tertekan sekaligus berisiko anak berperilaku menyimpang.
Menerapkan pola asuh otoriter
Sesuai dengan namanya, otoriter merupakan perilaku yang ingin berkuasa sendiri dan sewenang-wenang. Pola asuh otoriter ini juga begitu, membuat aturan tanpa mempertimbangkan kebutuhan anak, jika melanggar aturan akan mendapat hukuman.
Anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter kemungkinan besar akan menunjukkan perilaku agresif. Di balik itu, sebenarnya anak ingin didengarkan dan dimengerti kondisi yang dialaminya.
Terlalu memanjakan anak
Sayang boleh, tapi jangan memanjakan karena ini akan merugikan anak di kemudian hari nanti. Terlalu memanjakan anak hanya akan membuat dirinya sulit bertanggung jawab, bahkan sulit menghargai orang tuanya sendiri. Anak yang manja akan selalu meminta lebih, bisa marah besar ketika keinginannya gak terpenuhi.
Kurang memberikan perhatian ke anak
Rutinitas kita sebagai orang tua memang cukup padat apalagi kalau kita juga bekerja. Usahakan untuk mempunyai waktu dengan si Kecil sehingga kebutuhannya untuk diperhatikan dan disayangi itu terpenuhi. Anak yang kurang perhatian berisiko terjadinya gangguan perilaku seperti mencuri sampai bullying.
Mudah-mudahan Parents gak pernah melakukan hal-hal itu ke anak, ya, karena itu berdampak besar pada perkembangan anak bahkan sampai dia dewasa nanti. Kalau kita sudah merasa gak melakukan itu semua tapi anak tetap bersikap keras kepala, coba ajak diskusi dan ajar mengelola emosi.
Bisa jadi, anak ingin menyampaikan dan membutuhkan sesuatu namun kesulitan untuk menyampaikannya. Yuk, jadikan diri kita tempat ternyaman bagi anak untuk menyampaikan segala hal yang dirasakannya 🙂