Pelecehan seksual pada anak masih marak terjadi. Sering kali kita mendengar berita buruk tentang pelecehan ataupun kekerasan seksual melalui media sosial. Tindakan buruk itu dilakukan pada orang dewasa maupun anak-anak. Tentunya sebagai orang tua masalah ini membuat kita semakin khawatir pada Si Kecil.
Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA), di tahun 2020 kasus kekerasan seksual pada anak dan perempuan mencapai sekitar 7.191 kasus. Angka ini belum termasuk kasus-kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang nggak dilaporkan.
Melihat kondisi ini, Bumin jadi was-was. Berusaha banget untuk menjaga Si Kecil agar nggak mudah terjerumus rayuan pelaku. Bumin juga ingin terbuka pada anak mengenai edukasi seks supaya Si Kecil nggak malah belajar dari orang lain.
Maka itu sebagai orang tua, perlu memberikan edukasi tentang seksualitas dan membuat anak bisa terbuka pada kita. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai pelecehan seksual pada anak, cara mencegah, dan cara menanganinya , Bumin bertanya ke Psikolog Anak dan Remaja, Reti Oktiana, M.Psi., Psikolog. Simak penjelasannya ya, Parents.
Mbak Reti, kenapa sih anak-anak rentan sekali terkena kekerasan atau pelecehan seksual?
Ada beberapa penyebab, ya.
Pertama, karena di lingkungan sosial anak dianggap sebagai sosok yang inferior. Anak tidak terbiasa menyampaikan pendapatnya, tidak diberi ruang untuk dapat menolak dan mengatakan tidak pada permintaan orang dewasa, dan disebut baik jika ia selalu menurut atau mengikuti arahan orang dewasa. Padahal kemampuan anak untuk membangun batas atas tubuh dan dirinya merupakan sesuatu yang penting untuk anak kuasai, sehingga Si Kecil dapat melindungi dirinya dari potensi bahaya.
Kedua, kurangnya diskusi dan pendidikan mengenai seksualitas yang tepat dari orang tua atau orang dewasa yang dapat dipercaya. Orang tua menganggap tabu untuk membahas hal ini bersama anak, sehingga anak mencari-cari jawabannya sendiri, yang belum tentu benar dan dari sumber yang belum tentu dapat dipercaya.
Apa yang bisa kita lakukan pada anak untuk mencegah pelecehan ataupun kekerasan seksual ini?
Parents bisa membuka diskusi dengan anak mengenai isu seksualitas sejak dini, seperti memberi anak pemahaman mengenai bagian tubuh, anatomi organ reproduksi dan fungsinya.
Kita kenalkan juga pada body consent dengan mengajarkan sentuhan yang aman dan tidak aman serta memberi pemahaman, kesempatan, dan kepercayaan agar ia mampu mengatakan ‘tidak’. Lalu kita mendiskusikan perilaku seksual yang bertanggung jawab dan risikonya.
Nah, ini kan kita sebaiknya nggak tabu membicarakan seks, ya. Sebagian orang tua itu mungkin masih kaku untuk membahas seputar seksualitas pada anaknya sendiri. Ketika Si Kecil bertanya mengenai seks, bagaimana kita menjawabnya?
Parents jangan langsung memarahi anak ketika ia bertanya mengenai seks. Bersyukurlah karena anak mempercayai Parents sebagai tempat bertanya. Lalu jangan panik, ambil jeda jika dirasa kita masih belum siap dan katakan pada anak bahwa kita akan kembali padanya saat kita lebih siap.
Pastikan kita menjawab dengan fakta ilmiah dan logis, jangan mengarang cerita. Jika kita belum tahu jawaban yang ilmiah dan logis, kembali katakan pada anak bahwa kita akan kembali padanya saat kita sudah menemukan jawabannya.
Terakhir, adanya faktor tidak lekat (less attachment) dan tidak dekatnya (less connection) anak dengan orang tua. Anak dengan kondisi seperti ini dapat mencari kelekatan dan kedekatan dengan orang asing, yang mungkin dapat memperalatnya sehingga mereka rentan menjadi korban pelecehan seksual.
Hmm.. Oke, untuk menjelaskan mengenai seks pada anak ini perlu disesuaikan dengan usianya juga, ya?
Ketika Si Kecil mulai bertanya mengenai hal yang terkait seks, orang tua diharapkan bisa menjawab pertanyaan terkait isu seksualitas dengan mempertimbangkan karakteristik perkembangan anak, seperti ini:
Anak usia 5-7 tahun: Beri jawaban dengan jelas, sederhana, dan mudah dipahami.
Anak usia 7-9 tahun: Mulai libatkan anak dalam diskusi dan berikan kesempatan padanya untuk menyampaikan pendapatnya.
Anak usia 9-13 tahun: Dengarkan, tidak langsung menyalahkan dan libatkan diskusi terkait penggunaan media elektronik.
Ini amit-amit ya, jangan sampai. Seandainya Si Kecil mengalami pelecehan atau kekerasan seksual. Apa yang orang tua harus lakukan?
Respons Parents akan membawa dampak besar terhadap kemampuan anak mengatasi trauma dan perasaan negatif yang timbul akibat pelecehan seksual. Oleh karena itu jadilah orang tua yang suportif dengan mengikuti langkah-langkah ini.
- Tenangkan diri dan pikiran sebelum berinteraksi dengan anak. Lihat apa yang anak butuhkan saat ini, tanyakan apa yang ia butuhkan dari kita, lalu usahakan untuk memenuhinya.
- Dengarkan setiap cerita anak, jangan menyalahkan.
- Berikan apresiasi pada anak apabila anak mau bercerita. Terima cerita anak tanpa menasihatinya.
- Lindungi anak. Pastikan anda akan berada di sisi anak untuk melindunginya dari pelaku, orang-orang yang bertanya-tanya, atau hal-hal yang membuat anak takut pasca kejadian.
- Cari pertolongan tenaga profesional yang dibutuhkan (psikolog, psikiater, dokter, kepolisian, KPAI, dll).
Parents, mudah-mudahan obrolan ini menjadi suatu jalan keluar untuk menjaga Si Kecil dari pelecehan atau kekerasan seksual, ya. Kenyataannya, kita nggak bisa menjaga anak setiap menit dan detik di sampingnya, maka itu orang tua perlu menyiapkan bekal yang baik agar anak bisa menjaga diri dan tahu batasan terhadap tubuhnya.