Momen anak mogok menyusu tak akan pernah saya lupakan. Saat itu si kakak yang masih berusia lima bulan menolak disusui sama sekali setelah saya tinggal 18 hari dinas ke luar negeri. Itu terjadi karena selama saya pergi, ia sehari-hari mengonsumsi ASI perah (ASIP) dan susu formula melalui botol dot.
Alhasil sepulangnya dari dinas, ia selalu buang muka ketika melihat puting saya. Belum lagi, produksi ASI saya semakin turun dan payudara terlihat kempes sekali. Saat itu saya merasa sangat sedih.
Seminggu kemudian, anak saya menerima vaksin DPT yang kemudian diwarnai demam dan rewel. Untuk menyamankan anak, saya terus melakukan skin-to-skin contact dan kangaroo care bersamanya siang malam. Bahkan, saat tidur pun ia hanya mau dalam dekapan saya, sampai-sampai saya masuk angin. Untungnya, di tengah ‘badai’ yang melanda itu, ia tertarik menyusu kembali. Jika saya mencermati kronologinya, Si Kecil menolak payudara karena ia menghadapi perubahan dalam kesehariannya.
Penyebab bayi menolak menyusu
Menurut La Leche League, organisasi internasional nonprofit yang mengedukasi ibu menyusui, nursing strike terjadi ketika bayi yang lebih besar atau anak batita tiba-tiba menolak untuk menyusu. Sementara Konselor Laktasi F. B. Monika dalam Buku Pintar ASI dan Menyusui mengungkapkan, kasus bayi menolak menyusu umumnya terjadi ketika usia bayi sudah lebih dari tiga bulan.
Tak hanya akibat penggunaan dot/empeng, mogok menyusu juga dapat disebabkan berbagai kondisi. Monika berpendapat, bayi yang menolak menyusu terbagi ke dalam beberapa kategori.
Bayi yang menolak payudara
Kemungkinan penyebabnya:
- Bayi mencium bau yang baru/berbeda pada ibu. Misal, ibu mengganti sabun, losion, dan parfum.
- Bayi merasa tidak nyaman akibat suasana baru, perubahan besar dalam keluarga, orang-orang baru dekat bayi, atau ibu kembali bekerja.
- Bayi sedang sakit atau tumbuh gigi.
- Bayi trauma karena dipaksa menelan obat-obatan saat sakit.
- Posisi menyusui tidak nyaman.
- Bingung puting.
- Proses persalinan sulit.
- Obat-obatan yang dikonsumsi Ibu.
- Payudara ibu bengkak atau puting terbenam.
- Ibu sedang stres.
- Bayi memiliki kelainan anatomi oral seperti tongue tie, bibir/langit-langit sumbing.
Bayi yang tidak dapat melekat
Kemungkinan penyebabnya:
- Proses persalinan traumatis.
- Reaksi atas obat-obatan yang dikonsumsi ibu.
- Posisi menyusui yang tidak baik.
- Cara menggendong bayi yang tidak nyaman.
- Mulut bayi yang kurang terbuka lebar.
- Bentuk payudara ibu bermasalah (puting terlalu besar, puting datar/terbenam, atau payudara bengkak).
- Bayi prematur.
- Bayi sakit.
- Bayi dengan kelainan anatomi oral.
Bayi yang baru melekat kemudian melepaskan diri dari payudara
Kemungkinan penyebabnya:
-
- Bayi tidak dapat bernapas dengan baik.
- Menderita bibir/langit-langit sumbing.
- Proses menyusui tidak nyaman.
- Bentuk puting ibu bermasalah.
- Bayi tidak dapat mengatasi derasnya aliran ASI.
- Menderita otot lemah (hipotonik) yang umum terjadi pada penderita down syndrome, cerebral palsy, spina bifida, dan hidrosefalus.
Bayi yang sudah melekat, tapi tidak mau mengisap
Kemungkinan penyebabnya adalah bayi:
- lahir prematur,
- sakit,
- lemah,
- berat badan lahir rendah,
- terus-menerus mengantuk, atau
- yang kebutuhan mengisapnya sudah terpenuhi dengan empeng.
Menurut Monika, banyak ibu menganggap bahwa ketika bayi yang melewati masa ASI eksklusif menolak menyusu, itulah saat untuk menyapih. Padahal, bayi jarang melakukan penyapihan sepihak sebelum usia 18 bulan. Terlebih, penyapihan dari pihak bayi saja terjadi secara bertahap, bukan mendadak.
Cara mengatasi mogok menyusu
Bila penyebab bayi mogok menyusu disebabkan karena bingung puting, terapkan penanganan yang telah disinggung dalam artikel Ciri-Ciri Bayi Bingung Puting. Selain itu, beberapa cara lain untuk mengatasi mogok menyusu adalah sebagai berikut.
- Perbanyaklah kegiatan menyenangkan bersama bayi dan libatkan ia dalam kegiatan sehari-hari. Seperti mandi bersama, memijat bayi, membawanya jalan-jalan, bermain, dan mengajak berbicara. Bila memungkinkan, tidurlah bersama bayi dengan tetap mempertimbangkan keamanannya.
- Cari dan pertahankan posisi yang nyaman bagi ibu dan bayi ketika ia sudah melekat agar mau menghisap. Teknik menyusui seperti penekanan payudara dan posisi dancer hold bisa digunakan untuk bayi dengan masalah hipotonik.
Monika berpesan, apapun penyebab bayi menolak menyusu, ia harus tetap mendapatkan ASI. Oleh karena itu, ibu harus tetap memerah rutin setiap 2-3 jam dan memberikannya pada bayi dengan gelas kecil, cup feeder, pipet, suntikan tanpa jarum, maupun sendok. Pantau juga tanda-tanda kecukupan ASI pada bayi.
Referensi: Buku Pintar ASI dan Menyusui oleh F. B. Monika
(Febi/Dok. Shutterstock)