Parents, bukannya tidak mengajarkan sopan dan santun. Tetapi, kita boleh membuat anak memutuskan sendiri tentang tubuhnya.
Jadi, jika ada anak yang tidak mau diajak salaman, bahkan saat momen Lebaran, hal ini bukanlah jadi pertanda bahwa anak tidak sopan.
Anak yang tidak mau salaman, bisa jadi tengah menjalankan mekanisme pertahanan dirinya. Mungkin, di lingkungan tersebut, anak tidak merasa nyaman.
Sehingga, tidak melakukan tradisi salaman.
Hal ini sekarang menjadi lumrah, kok. Karena anak tahu bagaimana orang lain boleh bersentuhan dengan dirinya.
Tapi, tenang – ada hal-hal lain yang bisa Parents lakukan saat anak enggan untuk bersalaman. Seperti:
Mengucapkan salam
Mengucapkan salam pada umumnya adalah salam dari masing-masing agama. Tetapi, boleh juga kok dalam bentuk umum.
Seperti selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan lainnya.
Hal ini mungkin jadi bentuk yang nyaman untuk anak berkomunikasi dengan sanak saudara. Jika langkah ini juga tersendat, pastikan Parents tidak langsung memarahi anak ya. Kita bisa bicara perlahan saja.
Toss / high five
Hanya melakukan toss juga sudah menjadi hal yang lumrah atau wajar. Sekali lagi ya Parents – kita tidak bisa memaksa anak untuk patuh dengan tradisi salaman ini. Selama anak nyaman untuk menjalaninya, mungkin tidak masalah.
Mungkin, kita juga bisa beritahu apa esensi dari salaman, dan bagaimana ini menjadi tradisi. Aturan sopan santun sepertinya tidak kaku seperti dahulu, tetapi ada beberapa hal yang bisa dilakukan adjustment atas nama sopan santun.
Akan tetapi, hal yang perlu diingat adalah tidak menjustifikasi anak atau pun keluarga yang memang menormalisasi tidak bersalaman. Mungkin, ada beberapa kondisi yang kita tidak mengetahui mengapa hal tersebut terjadi.
Saling menghormati dan saling menghargai tentu akan membuat Hari Raya Idulfitri akan semakin meriah dan berwarna ya Parents.