“Duh… mertua aku kenapa sih, maksud aku kan begini.. kenapa dia malah begitu?”
“Salah lagi, salah lagi.. Rasanya nggak pernah bener deh kalo di depan ibu mertua”
Siapa yang familiar sama hal itu?? Sabar, sabar, sabar… kayaknya itu yaa kuncinya, kalau lagi menghadapi mertua. Rasanya tuh nano-nano kalau ingat soal orang tua pasangan. Kadang omongannya agak menyinggung, semua jadi serba salah, ujung-ujungnya jadi drama.
Pastinya kita semua pengen akrab sama mertua. Nggak cuma sama pasangan aja, tapi harmonis juga sama orangtuanya. Kalau Parents lagi merasa kurang akrab nih sama mertua, Psikolog Keluarga Irma Gustiana, berbagi jurus pamungkas biar makin harmonis sama mertua.
Menurut Mbak Irma, berdasarkan pasien yang sering datang ke klinik, ternyata hampir 70 persen masalah dalam rumah tangga yang diadukan, dipicu oleh hubungan sama mertua. Menariknya lagi nih, kebanyakan terjadi antara ibu mertua kepada menantu perempuan. Uuh…penasaran? Simak yuk demi merebut hati sang mertua!
Jangan merasa mertua adalah kompetitor
Mertua kadang suka ‘nyolek’ kita, misalnya bilang dapur kurang rapi lah atau masakan buat suami kok gini-gini aja. Apalagi kalau misalnya Ibu mertua lebih jago dan enak masakannya terus masakan kita dikomentari. Jiwa kompetitifnya bisa langsung membara deh.
Sabar dulu, Parents. Kalau kita sudah menganggap mertua adalah kompetitor, dampaknya akan negatif. Bisa-bisa hubungan menantu dan mertua jadi tegang dan dingin. Kita perlu tenang menghadapinya. Wajar saja mertua agak sedikit ‘rewel’ karena dia merasa lebih berpengalaman dan paling paham soal anaknya. Mungkin mertua ingin memberi saran tapi cara penyampaian dan intonasinya terlalu spontan, jadi kita mengira sedang dikritik habis.
Jangan langsung ditanggapi secara reaktif ya Parents. Serap dulu kritikannya dengan tenang. Misal masakan kita dibilang kurang variatif, okee… berarti skill masak kita perlu ditingkatin lagi nih. Jadi output-nya harus positif.
Menantu harus acceptance
Dalam hubungan apapun, kita perlu menurunkan ego ya, Parents, termasuk pas menghadapi mertua. Coba inget-inget lagi deh, usia mertua kita sudah berapa? Ketika mereka sudah mulai menua, sifat seperti anak-anak akan muncul lagi. Jadi bisa tiba-tiba ngambek terus pengen ini itu lah. Yang perlu kita lakukan adalah menerima keadaan supaya jadi pandai mengubah strategi. Misalnya,
Kita mau video call biar tetap dekat meski jauh, tapi tiba-tiba mertua cranky, “Kok nggak kesini sih??” Bisa dong kita ubah strategi, curi hatinya dengan kirim makanan kesukaan beliau. Kalau ternyata mertua masih kurang happy, nggak usah tersinggung, at least kita sudah coba. Anak-anak kan juga suka gitu, udah dikasih masih ngambek. Terima saja keadaannya dan no baper.
Belajar mengakrabkan diri
Menantu harus jemput bola nih. Jadi kaya pedekate sama gebetan gitu, Parents. Kita cari tahu mertua sukanya apa, apa aja sih yang diinginkan dan dibutuhkan beliau? Cari tahu juga kebiasaan atau kegiatan yang mereka suka.
Ketika kita sudah tahu itu semua, berikan pelayanan dari macam-macam cara. Mulai kasih hadiah dari yang mereka sukai, perhatian, kata-kata, sering video call. Apalagi kalau sudah memasuki usia senja, bisa jadi, satu-satunya sumber kebahagiaan mereka adalah anak, cucu, dan menantu.
Nah, solusinya lebih jelas kan, Parents? Intinya jangan terlalu terbawa suasana, saat mertua mengkritik atau komentar tertentu langsung merasa nggak berdaya. Jadikan hal yang mertua sampaikan sebagai bahan koreksi.
Lalu yang nggak kalah penting, jangan ceritakan keburukan mertua pada orang lain. Cukup curhat sama pasangan aja. Kalau ada masalah dibicarakan baik-baik, pakai ata-kata yang baik, dan pastikan pasangan dalam keadaan tenang.