Pada artikel Menghadapi Separation Anxiety pada Anak, Ayah atau Ibu mengetahui cara-cara bersikap tepat saat menghadapi perpisahan sementara dengan si kecil. Kali ini Parentalk juga punya tips untuk mengurangi potensi anak takut ditinggal.
Jangan menyelinap pergi
Ayah atau Ibu tergoda meninggalkan anak untuk bekerja secara diam-diam agar terhindar dari tangisan si kecil? Tahan dulu. Menurut penulis What To Expect The Second Year, Heidi Murkoff dan Sharon Mazel, kebiasaan tersebut dapat berdampak pada kepercayaan anak terhadap orang tuanya. Ia menjadi sadar bahwa ayah maupun ibunya dapat pergi sewaktu-waktu tanpa pamit dan justru akan membuatnya semakin sulit mengatasi kecemasan akan perpisahan alias separation anxiety. Drama pun menjadi tak terhindarkan.
Jika Ayah atau Ibu akan pergi saat si kecil berada di luar bersama pengasuh atau kakek-neneknya, jelaskanlah bahwa kamu sudah pergi sekembalinya mereka ke rumah.
Ciptakan transisi yang mulus
Tak hanya Ayah atau Ibu, kondisi terburu-buru juga membuat si kecil tertekan. Jika memungkinkan, melangkahlah lebih santai sebelum kamu meninggalkannya. Bila akan menitipkan anak di daycare, cobalah untuk tiba lebih awal sehingga kamu bisa memiliki sedikit waktu untuk bermain bersamanya setidaknya selama 15 menit.
Meski sebentar saja, momen kebersamaan tanpa gangguan dapat menjadi transisi yang baik menuju waktu perpisahan.
Buat si kecil sibuk
Sebelum mengambil tasmu, libatkan si kecil pada aktivitas yang mengasyikkan. Kesibukan dapat mengurangi potensi ‘drama’ saat Ayah atau Ibu berpamitan dengannya. Ini karena ia sudah memiliki sesuatu yang menarik untuk dilanjutkan usai orang tuanya pergi.
Tinggalkan jejak istimewa
Foto bersama ayah atau ibu di tempat bermain, benda-benda milik ayah untuk digenggam, atau bekas lipstik ibu di pipi akan membuat si kecil merasa seakan dekat dengan orang tua walau saat itu mereka tidak berada di sampingnya.
Singkirkan drama
Bersikaplah tenang dan santai ketika menghadapi tangisan si kecil saat kamu beranjak pergi. Tersenyumlah dan tunjukkan semangat, antusiasme, juga keceriaan. Anak-anak cenderung terbawa emosi dan tahu perasaan orang tuanya. Kamu juga bisa memilih frasa yang khas untuk disampaikan setiap kali berpisah.
“Sampai jumpa, Kesayangan Papa.”
“See you later, Alligator.”
Lambat laun, si kecil pun akan tertarik untuk membaur dengan keriaan Ayah atau Ibu. Lambaian tangan sekali atau dua kali tentu boleh, asalkan jangan berlarut-larut, ya. Setelah itu, jangan menoleh ke belakang lagi.
Jelaskan kenyataannya
Hindari berbohong kepada anak, seperti berkata bahwa Ayah atau Ibu akan pergi sebentar saja. Menurut Praktisi Pendidikan Anak Edy Wiyono alias Ayah Edy, ‘bohong kecil’ membuat anak tidak percaya lagi dengan orang tuanya. Mereka tidak dapat membedakan pernyataan yang bisa dipercaya atau tidak.
Berkatalah jujur pada anak. Ungkapkan kenyataannya dengan penuh kasih sayang dan pengertian.
“Sayang, Ayah/Ibu mau pergi ke kantor, pulangnya sebelum makan malam, ya.”
Menurut Ayah Edy, anak memangis karena belum memahami alasan orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Perlahan ia akan paham bila ayah atau ibu bekerja, anak tidak bisa ikut, sementara kalau ke tempat rekreasi, ia pasti diajak.
Pastikan orang tua selalu jujur mengatakan sesuatu karena anak mampu memahami juga menuruti perkataan kita.
Referensi:
- What To Expect TheSecond Year oleh Heidi Murkoff dan Sharon Mazel
- Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur: 37 kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk pada Anak oleh Edy Wiyono (Ayah Edy)
(Febi/ Dok. Pixabay)