Hmm… kepo ahh.. “Kenapa orang tidak percaya Covid-19”
Saat Bumin ngetik itu di kolom pencarian Google, langsung muncul di urutan ke-empat dengan hasil pencarian sekitar 22 juta. Waa.. banyak juga ya yang penasaran sama alasan orang tidak percaya Covid-19.
Bumin juga penasaran sihh.. Kadang ada rasa nggak nyaman juga. Ribut pengen pandemi cepet beres tapi suka langgar protokol kesehatan. Saat angka kematian dan penularan meningkat malah semakin protes, bahkan menganggap apa yang diberitakan itu hoaks.
Terus yang paling Bumin bingung kalau mereka udah jawab. “Nyawa kan di tangan Tuhan, banyak kok yang ini itu tapi nggak meninggal.”
Apalagi kalau udah bilang, “Itu orang tinggal di jalanan keluyuran, hidup-hidup aja.” Hadehh..
Ya iya sih, paham kok, tapi masa iya kita manusia nggak ikhtiar dan berdoa. Manusia cuma bisa melakukan yang terbaik, sisanya serahkan ke Tuhan. Tetap menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi Covid-19. Itu ‘kan sebagian dari ikhtiar melawan pandemi.
Menurut Hallo Sehat, salah satu penyebab orang abai terhadap protokol kesehatan karena jelas nggak percaya akan keberadaan serta fakta data ilmiah Covid-19. Udah gitu kebanyakan merasa imunnya kebal, seperti ungkapan tadi, orang yang nggak nerapin healthy lifestyle masih tetap sehat-sehat aja.
Nah, giliran ada tetangga, keluarga, atau teman yang terjangkit virus Covid-19 baru mulai deh ketatin protokol kesehatan. Baru percaya kalau Covid itu ada. Hmm.. tapi nggak juga sih, malah ada yang menyangka kalau itu di ‘Covid-kan’.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ada 44,9 juta atau 17 persen orang ngerasa nggak mungkin terpapar alias kebal hukum.. Eh, virus Covid-19.
Dari data tersebut menunjukkan ada sebanyak 45 persen masyarakat Indonesia menerapkan protokol kesehatan dengan ketat ketika kerabat atau rekan terdekat ketularan Covid-19. Bener dong sama pengalaman yang ada selama ini.
Selain itu sih ya… pengalaman Bumin pribadi, yang paling susah diatur buat nerapin protokol kesehatan itu bukan anak-anak, tapi orang tua. Ada yang sama nggak, kayak Bumin?
Mereka itu menganggap kalau Covid-19 bukan penyakit yang serius. Jadi ya.. Dikiranya kayak orang kena flu dan demam biasa, tinggal istirahat dan minum obat, terus sembuh dengan sendirinya.
Selain itu, bagi orang tua yang tidak percaya Covid-19, angka penularan yang ada terlalu berlebihan dan masih simpang siur. Makanya mereka lebih percaya sama apa yang dilihat, kayak di sekeliling masih banyak yang sehat dan beraktivitas seperti biasa.
Padahal ‘kan nggak bisa kayak gitu, pengidap Covid-19 ada yang nggak bergejala pula. Jadi ya ngerasa sehat-sehat aja. Apalagi nih, kalau ada yang kena terus bisa sembuh seperti sediakala lagi, pasti kaya jumawa gitu, lho.
“Tuh, kan, kalau dibawa happy ya nggak kenapa-napa. Ini ‘kan penyakit biasa.” Duhh, Bumin sampai hapal respons orang tua yang nggak yakin sama keberadaan Covid-19.
Terus kalau misalnya ada yang meninggal karena Covid-19 ya tetap masih denial aja. Walaupun ada juga sih yang bisa langsung percaya.
Kemunculan Covid-19 ini menimbulkan banyak kekacauan, termasuk informasi yang berubah-ubah dan bikin banyak orang kebingungan bahkan stres. Jadinya orang lebih milih nggak percaya Covid-19 dibanding harus mempercayai kenyataan yang ada.
Melansir Kompas.com, psikolog sosial, Dicky Chresthover Pelupessy, Ph.D, menjelaskan fenomena nggak percaya Covid-19 ini erat kaitannya sama status manusia sebagai makhluk kognitif. Jadi cukup wajar kalau banyak orang yang masih mencoba untuk memahami data yang ada.
Ia menambahkan, biasanya orang yang tidak percaya Covid-19, mereka gampang percaya sama konspirasi termasuk soal pandemi corona ini. Biasanya sih, nggak percaya juga dengan pemerintah yang sedang berjalan.
Nah, terus gimana nih menghadapi orang tua yang nggak percaya Covid-19 untuk bisa ngikutin protokol kesehatan yang harus dipatuhi?
Apalagi kalau orang tua kita usianya sudah 65 tahun ke atas, ditambah data kematian lansia menjadi kelompok rentan yang mendominasi angka kematian pasien Covid-19.
Parents bisa mencoba cara ini untuk memberi tahu orang tua agar patuh protokol kesehatan.
Bicarakan baik-baik
Emang nggak gampang buat ngomong sama orang tua yang agak keras kepala, tapi tetap kita harus hormati dan beri penjelasan dengan baik. Kalau dijawab marah, ya nggak perlu kita bales marah juga nanti jadinya berantem.
Bisa juga orang tua kita nggak mau pakai masker karena merasa sesak atau hal lainnya. Jadi selain kita memberi tahu, kita tanya juga alasan beliau menolak mengikuti protokol kesehatan.
Seandainya karena nggak percaya Covid-19, kita kasih tahu risikonya. Selan Nenek atau Kakek, anak-anak juga bisa tertular. Ketika sudah mengidap virus itu, kita nggak tahu akan mengalami keluhan yang parah atau nggak.
Bilang, kalau ini buat kebaikan beliau juga supaya bisa tetap sehat dan main sama cucu. Bumin pakai cara ini, lumayan ampuhh sih, seengaknya bisa melembutkan hati mereka.
Bersikap tegas
Tegas di sini bukan berarti membentak orang tua dengan nada tinggi ya, Parents. Tegas di sini maksudnya untuk melindungi orang tua kita.
Semisalnya orang tua kita habis dari luar atau kita mau mengajaknya jalan sore. Usahakan selalu cuci tangan, pakai masker, dan mengikuti protokol kesehatan lainnya. Seandainya merek nggak mau kita beri ketegasan.
Ini dilakukan bukan untuk bergaya, tapi memang wajib dilakukan untuk melindungi diri dan orang lain dari penularan virus Covid-19. Ingat, di rumah ada anak-anak yang masih kecil dan harus kita jaga juga.
Bumin yakin dengan begitu pasti orang tua kita mau mengikuti aturan prokes. Selain itu, kita bisa berikan fakta misalnya nge-share berita tentang Covid-19 dari situs berita yang kredibel.
Jangan terlalu sering juga ngirimin beritanya nanti yang ada malah parno atau menganggap kita berlebihan. Jadi cukup kasih informasi yang paling penting untuk diketahui beliau.
Buat kesepakatan bersama
Biasanya orang tua paling susah diatur sama anaknya sendiri karena mereka selaluu menganggap kita anak kecil dan mereka lebih berpengalaman 😀
Supaya mereka nggak terlalu merasa diatur, kita bisa bikin kesepakatan. Kayak misalnya, orang tua boleh keluar rumah untuk beli belanjaan tapi syaratnya harus selalu pakai masker dan hand sanitizer.
Yaudah nggak percaya Covid-19 tapi ikut berjemur, yaaa. Ajak deh beliau berjemur dengan cucu-cucunya sambil main atau olahraga. Pokoknya sepakatan yang dibuat ada unsur protokol kesehatannya.
Kita memaklumi orang tua nggak percaya Covid-19, namun bukan berarti kita jadi mengabaikan kesehatannya. Maka kita buat kesepakatan dan sikap tegas agar orang tua kita ini tetap mau menjalani protokol kesehatan.
Selain itu, pelan-pelan berikan edukasi bahwa Covid-19 berbahaya bagi mereka yang punya imun lemah termasuk sudah lanjut usia.