Pelecehan seksual itu nggak ada habisnya ya, Parents. Mau itu kejadian di dunia nyata maupun di media sosial. Tentunya kita nggak mau suatu saat si Kecil terjerumus menjadi korban ataupun pelaku pelecehan seksual.
Anyway, pelecehan seksual itu nggak cuma dialami sama perempuan, laki-laki juga, lho. Tapi karena masih kuatnya stereotip maskulinitas dan pelaku pelecehan didominasi lelaki, jadi ya… buat sebagian masyarakat merasa aneh kalau lelaki bisa dilecehkan.
Malah sebagian pelaku nggak sadar kalau ternyata yang dia lakuin termasuk pelecehan. Biasanya ini terjadi melalui verbal, jadi makanya kita sebagai orang tua harus banget ngajarin si Kecil tentang pelecehan seksual.
Apalagi anak-anak masih polos banget, belum tahu mana yang bener, mana yang enggak. Misal si Kecil mengira kalau dicium bibir itu tanda sayang, tapi kalau dilakuin sama sembarangan orang dan tanpa seizinnya itu bisa dianggap pelecehan.
Seiring berjalannya waktu, si Kecil akan terus beranjak dewasa. Kalau dipupuk dari kecil tentang adanya pelecehan seksual, Bumin yakin, anak akan menghindari bercandaan yang menjatuhkan lawan jenis atau sesama jenis. Contoh ya..
“Kamu kalau foto muka terus yang ditunjukin, sesekali tunjukin dong badannya yang montok. Cieee..”
See? Kalau nggak peka soal pelecehan, bisa berpotensi melakukan hal itu secara nggak sengaja ataupun sengaja. Maka itu kita sebagai orang tua harus ngajarin si Kecil buat sensitif sama ciri-ciri pelecehan seksual.
Yaudah, Bumin langsung jelasin ya merangkum dari berbagai sumber. Berikut cara mengenalkan ciri-ciri pelecehan seksual ke anak supaya kelak mereka nggak jadi korban atau pelaku.
Menyentuh bagian intim
Bagi pelaku pelecehan seksual, menyentuh bagian intim menjadi langkah utama. Jadi Parents wajib mengajarkan si Kecil dasar edukasi seksual. Salah satunya dengan memberi tahu, bahwa organ intim nggak boleh dipegang sembarangan, sekaligus dilarang keras memaksa untuk bisa menyentuh bagian intim orang lain.
Berikan si Kecil pemahaman terhadap hukum dan lembaga yang melindungi terkait kasus pelecehan seksual. Korban akan mendapat perlindungan, sedangkan pelaku harus menerima hukuman berat dan sanksi sosial.
Kita kasih tahu mengenai hal itu, tujuannya untuk menumbuhkan rasa berani pada anak bahwa menjadi korban bukan berarti akan dihina. Lalu jangan sampai menjadi pelaku karena hukuman berat dan panjang akan menunggu.
Menempelkan tubuh untuk sentuhan fisik
Terkadang korban nggak sadar sama pelecehan ini karena dilakukan secara diam-diam, tapi ada juga yang melakukannya terang-terangan demi melampiaskan hawa nafsu.
Di antaranya dengan cara memeluk si Kecil secara tiba-tiba, menempelkan tubuhnya untuk menyentuh area bokong atau dada. Walaupun itu dilakukan oleh orang terdekat termasuk keluarga, si Kecil harus peka terhadap tindakan itu. Apalagi yang dilakukan secara diam-diam dan mengancam si Kecil.
Ajarkan anak untuk nggak takut melawan, berani bilang tidak dan segera menjauh dari pelaku, jangan pernah takut speak up untuk melindungi diri sendiri. Beri tahu bahwa orang lain nggak bisa seenaknya menyentuh tubuh kita. Begitu pun sebaliknya, kita nggak bisa memperlakukan tubuh orang lain semau kita.
Godaan verbal
Kalau ada hal ganjil yang terjadi pasti perasaan kita nggak enak, begitu juga dengan si Kecil. Namun dia nggak tahu nih, apa sih yang salah, terus harus berbuat apa.
Pelecehan seksual lewat verbal emang agak sulit dikenalkan ke si Kecil, tapi Parents bisa kasih kata kunci. Pokoknya kalau seseorang menyinggung soal bagian tubuh, penampilan, dan lelucon atau komentar yang bernada seksual merupakan pelecehan.
Parents bisa mengajarkannya dengan contoh. Misalnya dengan, “Hai cantik, mau kemana? Eh kamu ganteng nggak mau ditemenin bobo?”
Menunjukkan kelamin atau mengajak hubungan seksual
Jangan sampai anak kita mendapat perlakuan seperti ini. Katakan pada mereka, kalau ini sampai terjadi, harus ingat pelaku atau ciri-cirinya seperti apa untuk dilaporkan ke pihak berwajib.
Yakinkan bahwa Parents akan menjadi pendengar yang baik dan nggak gampang menghakimi. Jadi si Kecil merasa dilindungi oleh orang tuanya ketika mendapat perlakuan pelecehan seksual.
Sebab yang tersulit adalah ketika anak menutupi kejadian pelecehan yang terjadi olehnya. Ketahuannya pas anak udah depresi. Haduh..
So, Parents, kita nggak hanya bisa melindungi anak perempuan saja, tapi juga perlu mengedukasi anak laki-laki. Keduanya dilakukan untuk tujuan saling menjaga dan membuat masa depan jadi lebih cerah.