Memaafkan menjadi salah cara untuk melepaskan dendam, rasa kesal, atau kecewa pada orang lain. Kita sebagai orang dewasa terkadang masih sulit untuk memaafkan, apalagi Si Kecil yang masih belum stabil dalam mengungkapkan emosinya.
Nggak ada salahnya buat kita mengajarkan anak untuk memaafkan orang lain sejak usia dini. Sebagai orang tua perlu mengingatkan kembali bahwa memaafkan bukan berarti lemah, justru dibutuhkan kekuatan dan keberanian untuk memaafkan.
Hmm.. Sama kayak anak Bu Puty yang mulai punya banyak teman dan suka curhat. Terus cerita lagi sebel sama Si A karena begini, pernah marah sama Adik karena mainannya dirusakin nggak sengaja. Bener banget udah saatnya kita mulai menanamkan sikap pemaaf ke anak kita 🙂
Dilansir Mindful.org, terdapat studi bahwa mengajarkan anak untuk memaafkan dapat memberikan manfaat pada pergaulan Si Kecil. Ia menjadi lebih empati dan nggak mudah marah, nggak agresif terhadap teman bermain, dan mengurangi depresi.
Biasanya anak yang mulai masuk sekolah akan menghadapi beberapa masalah dalam pergaulan. Kadang masalahnya sepele ya, tapi belajar memaafkan akan membuat Si Kecil menjadi seseorang yang positif.
Untuk mengajarkan Si Kecil tentang memaafkan, ada beberapa langkah yang perlu kita lakukan sesuai dengan usianya. Berikut Bu Puty bantu jelaskan yaa..
Usia 4 sampai 5 tahun
Sebelum memperkenalkan Si Kecil pada konsep memaafkan, kita bisa terlebih dahulu mengenalkan rasa sayang dan perhatian pada orang lain. Kita bisa mulai dari mengajaknya membaca buku gambar yang menceritakan interaksi dengan keluarga dan teman yang penuh kasih 🙂
Usia 6 sampai 7 tahun
Pada usia 6 tahun, anak mulai mengerti penyebab dan dampak dari tindakan orang sekelilingnya. Maka itu, ini menjadi saat yang tepat untuk mulai mengenalkan makna memaafkan. Terdapat tiga langkah yang bisa kita lakukan untuk membuat Si Kecil mengerti hal ini.
Pertama, kita kenalkan terhadap nilai yang dimiliki pada setiap orang. Nggak peduli seberapa mereka pintar atau nggak, kaya raya atau kurang mampu, mereka tetap memiliki nilai. Sebab setiap orang mempunyai keunikan yang nggak tergantikan. Jadi kita nggak perlu merendahkan mereka dalam hal apapun, semua berhak memiliki kesempatan dalam hidupnya.
Kedua, sebelum mengenalkan sikap memaafkan itu sendiri, kita bisa membangun pondasi pada diri Si Kecil dengan menunjukkan mereka kebaikan, rasa hormat, kemurahan hati, dan rasa sayang. Ini dilakukan sambil kita terus mempelajari kisah saling memaafkan dari buku cerita.
Ketiga, ketika anak mulai memahami tentang kebaikan, rasa hormat, dan rasa sayang, mulailah berikan Si Kecil afirmasi positif tentang ‘forgiveness’. Misalnya kita bisa menjelaskan dengan begini, “Saat seseorang memaafkan, mereka tetap bersikap tulus pada orang yang nggak baik sama mereka.”
Jadi kita menunjukkan bahwa mengampuni kesalahan seseorang adalah perilaku yang kuat dan berani. Meskipun telah mendapatkan perilaku yang kurang menyenangkan baik itu sengaja atau tidak, kita bisa tetap memberikan hal positif dalam kondisi apapun.
Parents, perilaku ini mungkin saja nggak langsung dipraktikan oleh Si Kecil, namun dengan terus menanamkan kebaikan dan memberikan contoh yang nyata, mudah-mudahan Si Kecil bisa menjadi pribadi yang pemaaf dan berbesar hati, ya.