Hallo Parents, terkadang tiada hari tanpa pujian untuk anak, ya. Abis mandi kita puji dia udah wangi, makan habis dibilang anak pinter, dannn seterusnya. Apalagi kalau udah sama kakek dan nenek, Si Kecil lagi bobo aja bisa dipuji. Tapi…. jangan sampai pujian itu membuat Si Kecil tumbuh jadi anak yang narsistik.
Untuk menghindari pujian yang berlebihan bagi Si Kecil, Bumin bertanya pada psikolog klinis Monica Sulistyawati, M.Psi. tentang memuji anak. Jangan sampai maksud kita mau menghargai dan memberikan kasih sayang dengan memuji, eh malah jadi salah ‘sasaran’.
Bumin rangkum penjelasan Mbak Monica tentang cara tepat memberikan pujian untuk anak. Silakan disimak ya, Parents 🙂
Memberikan pujian dengan alasan
Mbak Monica sangat menyarankan kita untuk memberi pujian disertai alasan kenapa dia bisa dipuji. Tujuan memberikan pujian untuk anak sebagai reinforcement atau memberikan penguatan terhadap perilaku, harapannya Si Kecil dapat mengulangi kembali sikap terpuji itu.
Contohnya, “Kakak pintar banget udah bisa makan sendiri.” Tujuannya agar anak paham kenapa ia dinilai pintar yaitu karena makan sendiri, selanjutnya dia akan mau makan sendiri lagi.
Memberikan pujian hanya dengan “Kakak pinter, good job yaa.”, maka Si Kecil nggak tahu apa yang menyebabkan dia dinilai bersikap baik.
Bisa jadi, dia akan berpikir, “Oh aku memang anak yang pintar.” Ini khawatir akan berujung menjadi pribadi yang narsistik.
Nggak berlebihan memberi pujian
Memuji anak memang sebaiknya nggak berlebihan atau terlalu sering. Tindakan ini untuk mencegah kebiasaan mengharapkan imbalan, reward, ataupun pujian pada Si Kecil. Bisa jadi ia akan melakukan sesuatu demi mendapatkan pujian atau tidak akan melakukan hal baik bila nggak mendapat reward.
Perlu diingat, momen tepat anak dipuji ketika dia mampu menunjukkan perkembangan perilaku atau hasil belajar. Sebelumnya nggak bisa menjadi bisa, sebelumnya nggak melakukan jadi mau melakukan.
Mencoba tantangan yang lain
Daripada kita fokus untuk memuji mending kita kasih Si Kecil tantangan baru yang membuat dirinya berkembang. Misalnya setelah bisa makan sendiri, kita ajarkan dia untuk menaruh piring bekas makannya ke tempat cuci piring.
“Ayah/ibu senang, lho. Kamu udah bisa bawa piring bekas makannya ke tempat cuci piring, besok bantuin ibu beresin meja makan yah, biar makin keren anak ibu.”
Memang sih terkadang kita spontan aja gitu ngasih pujian karena gemas. Sekarang kita sadari bahwa anak sebaiknya dipuji ketika dia melakukan perubahan ke arah lebih baik.
Kita ingat lagi, tujuan pemberian pujian adalah agar Si Kecil paham dirinya melakukan sesuatu yang positif dan bisa mempertahankan perilaku positif itu.