
Parents, jika ada rasa sakit atau gak enak badan, biasanya kita langsung browsing di internet gejalanya, dan bisa langsung identifikasi sendiri. Tapi, ini biasanya untuk rasa sakit yang ringan-ringan aja. Masalahnya, banyak persebaran informasi kesehatan yang gak selalu akurat lho Parents. Apalagi buat penyakit-penyakit yang terbilang berat, seperti kanker.
Gawatnya juga, seringkali informasi-informasi yang kurang akurat udah langsung terjaring oleh aplikasi AI untuk jadi konten informasi.
Di situasi seperti ini, juga memperingati World Cervical Cancer Elimination Day, MSD Indonesia bareng Kementerian Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia, ngadain edukasi buat jurnalis dengan tema ‘Lawan Misinformasi Kanker Leher Rahim di Era AI.’
Acara ini diisi oleh banyak pemangku kepentingan lintas sektor: mulai dari Staf Khusus Menteri Kesehatan RI, drg. Monica R. Nirmala, MPH, yang Mewakili Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin; Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan dan External Affairs Director MSD Indonesia, Dudit Triyanto.
Dari sisi edukasi dan talkshow, acara ini diisi narasumber mulai dari Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM; Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si; Deputi Bidang Pembinaan Komunikasi Pemerintah Badan Komunikasi Pemerintah RI, Noudhy Valdryno dan Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Amrilmaen Badawi, MBiomedSc.
Ramainya Hoaks Seputar Kesehatan
Hoaks seputar kesehatan masih menjadi tantangan Pemerintah di masyarakat yang makin masif dalam mengonsumsi internet. Data Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat sepanjang 2024 ditemukan lebih dari 1.900 konten hoaks, dengan 163 di antaranya terkait isu kesehatan. Terutama soal vaksinasi dan obat herbal. Kondisi ini makin menekankan pentingnya pemahaman dalam mencari informasi yang tepat, akurat, dan berbasis bukti ilmiah soal kesehatan. Apalagi, di era kecerdasan buatan (AI). Kanker leher rahim serta langkah pencegahannya sendiri belum banyak terinfo di internet, yang salah satunya melalui imunisasi HPV.
Urgensi penyebaran informasi yang tepat seputar kanker leher rahim dan imunisasi HPV ini cukup penting, karena penyakit ini dapat dicegah.
“Persebaran informasi yang tepat dan akurat punya peran yang sangat krusial, karena edukasi yang tepat akan membantu masyarakat memahami bahwa kanker leher rahim adalah penyakit yang dapat dicegah, salah satunya lewat imunisasi HPV,” ucap Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine, MKM.
Gak cuma berhenti di edukasi, pemerintah juga terus berkomitmen memperluas cakupan imunisasi, bukan hanya bagi anak perempuan, tetapi juga anak laki-laki. Ini adalah bagian dari perlindungan komprehensif terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus HPV. Karena, menegaskan bahwa pemahaman yang benar tentang risiko infeksi HPV merupakan fondasi penting dalam upaya pencegahan.
“Infeksi HPV itu sering tidak terlihat. Hari ini kita merasa sehat, tetapi 15–20 tahun kemudian, virus yang sama bisa berkembang menjadi berbagai kanker,” sebut Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si.
Pada perempuan, infeksi virus HPV menyebabkan sekitar 71% kasus kanker leher rahim. Selain itu, HPV juga dapat menimbulkan kanker lainnya seperti vagina, vulva, penis, orofaring, hingga kutil kelamin, yang 90% dipicu oleh virus ini.
Kabar baiknya, semua risiko itu bisa dicegah, salah satunya melalui Imunisasi HPV. Vaksin HPV sudah terbukti aman dan bermanfaat sejak pertama kali digunakan pada 2006, dan kini dipakai di lebih dari 130 negara. Jadi ini bukan hal baru, bukan percobaan. Ini langkah nyata untuk melindungi diri dan keluarga.
Hati-Hati Memilah Informasi di Era AI
Prof. Soedjatmiko juga mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilah informasi. Jangan sampai kita termakan mitos atau hoaks dari media sosial, apalagi jika sumbernya bukan peneliti atau ahli imunisasi.
Informasi harus dateng dari sumber yang benar, karena keputusan yang kita ambil nentuin banget kesehatan anak, cucu, keponakan, bahkan murid-murid kita di masa depan. Sang profesor juga berpesan bahwa pencegahan itu hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada mereka.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) sendiri kini menjadi alat penting dalam mengakses informasi, tak terkecuali terkait kesehatan. Berdasarkan survei Katadata Insight Center mencatat 64,7% masyarakat telah menggunakan AI untuk mencari informasi, dan 70% di antaranya mempercayai konten yang dihasilkan AI. Kondisi ini menunjukkan bahwa AI memiliki potensi besar untuk membantu penyebaran informasi kesehatan, namun juga menuntut tanggung jawab dalam menjaga akurasi dan empati dalam komunikasi publik.
Kekhawatiran ini pun sudah mulai ditangani oleh pemerintah dengan memperkuat komunikasi publik.
“Pemerintah terus berupaya memperkuat ekosistem komunikasi publik yang sehat dan terpercaya, khususnya di era informasi berbasis kecerdasan buatan. Setiap individu memiliki peran penting dalam memerangi hoaks, misinformasi, dan disinformasi, termasuk di bidang kesehatan,” sebut Deputi Bidang Pembinaan Komunikasi Pemerintah Badan Komunikasi Pemerintah RI, Noudhy Valdryno.
Pemerintah juga berkomitmen untuk terus melawan hoaks secara kolaboratif, bersama media, akademisi, dan mitra strategis seperti MSD Indonesia, agar ruang digital tetap menjadi tempat yang aman untuk berbagi informasi yang benar dan bermanfaat bagi masyarakat, khususnya terkait isu kesehatan.
Lebih jauh, tanggung jawab untuk memilah informasi soal kesehatan selalu ada di tangan kita. Kita harus banyak memeriksa ulang sumber dan rujukannya ya Parents.
“Teknologi dan AI memberi peluang besar dalam penyebaran informasi kesehatan, namun tanggung jawab menjaga akurasi tetap ada pada kita semua. Langkah sederhana seperti memeriksa sumber referensi, memastikan rujukan kredibel, berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, dan tidak menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya sangat penting dilakukan,” tutup Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Amrilmaen Badawi, MBiomedSc.
Informasi yang benar ini akan ngebantu masyarakat memahami pentingnya pencegahan untuk berbagai penyakit. Dalam konteks kanker leher rahim, pencegahan ini melalui imunisasi HPV dan deteksi dini. Itulah mengapa, sebut dr. Amril, MSD Indonesia berkomitmen terus mendukung edukasi media dan masyarakat agar ruang digital menjadi lebih sehat dan terpercaya.