Terkadang, kita sebagai orang tua memang suka terlepas emosinya saat kedua anak kita berselisih. Tidak apa Parents, ini menandakan kita sebagai orang tua juga masih manusia biasa.
Halo, Parents! Apa kabar hari ini? Semoga semuanya sehat dan lancar-lancar saja, ya.
Dari judul dan prolog singkat di atas, sepertinya sudah tertebak kalau kali ini kita akan membahas bagaimana menanggapi kakak-adik yang kerap berselisih. Walau kita sebagai orang tua memahami perselisihan tersebut hanya love-hate relationship antara saudara – tapi jika sudah kejadian, bisa bikin keki seharian!
Dilansir dari klikdokter – ada beberapa cara untuk menanggapi bagaimana love-hate relationship antara kakak dan adik. Buat Parents yang tengah menghadapi situasi yang sama, sila simak bahasan kali ini sampai selesai, ya.
Ini Bagian Paling Penting dan Mendasar
Sebelum tenggelam dalam bahasan kali ini, ada satu hal yang menjadi bagian paling penting dan mendasar untuk Parents dalam menanggapi kakak-adik yang suka berselisih. Bagian penting tersebut adalah berusaha untuk tetap bisa berpikir dengan kepala dingin.
Secara teori, mungkin terlihat mudah untuk melakukan hal ini. Tetapi, secara praktik, hmm – belum tentu. Bisa jadi, kakak-adik sedang berselisih, kita yang sebagai orang tua yang akan jadi reog-nya. Wah, sebisa mungkin dihindari ya, Parents.
Untuk menjaga kepala tetap dingin dan berpikir jernih – salah satu langkah awalnya adalah tetap bernapas dengan teratur, Parents. Inhale-exhale dengan hitungan teratur, sehingga Parents bisa mengidentifikasi masalah apa yang terjadi di antara kakak dan adik.
Identifikasi masalah ini sebaiknya tetap objektif ya Parents. Artinya, Parents fokus untuk tahu masalahnya tanpa menghakimi antara kakak-adik. Walau mungkin, sumber masalahnya ada di antara kakak dan adik, tetapi sebisa mungkin untuk tidak langsung justifikasi ya.
Hindari Jadi Penonton
Parents, memang kadang pada praktiknya, kita perlu waktu untuk memisahkan mereka. Tetapi, jangan terlalu lama dan jadi penonton saja, ya. Hal ini dikhawatirkan menjadi salah satu faktor permasalahan lain yang akan mengakar lama di kakak atau adik, seperti pengabaian.
Sehingga, dengan kepala dingin sebagai fundamentalnya, Parents bisa beraksi sebagai penengah atau pemberi solusi yang objektif untuk mereka. Memberikan solusi pun sebaiknya di waktu yang tepat ya, Parents. Terkadang, memang peribahasa waktu akan menyembuhkan ada benarnya – sehingga, Parents bisa menyesuaikan kapan akan bicara pada kakak atau adik.
Penengah Bukan Pembela Satu Sisi
Nah, ini yang kerap terjadi pada praktiknya – terkadang, anak sampai punya persepsi kalau kita sebagai orang tua itu pilih kasih. Hal ini perlu dihindari sebagaimana mungkin ya, Parents. Cara untuk menghindari persepsi ini adalah kita sebagai orang tua bisa bantu anak untuk mengungkapkan emosinya terlebih dahulu.
Satu per satu bisa dibantu, baik kakak atau adik terlebih dahulu, namun kitab isa validasi emosi atau perasaannya – harapannya, tidak ada persepsi orang tua pilih kasih. Maka dari awal sudah dijelaskan kalau identifikasi masalahnya jangan subjektif, melainkan objektif saja.
Mungkinkah Aturan Untuk Bekerja Sama?
Walau secara teori ini mungkin saja diterapkan – tapi, kadang pada praktiknya sulit juga untuk dijalankan. Parents, hal ini tapi masih mungkin untuk dilakukan. Ajak kakak dan adik untuk berdiskusi terkait masalah mereka.
Dalam diskusi tersebut, selain mendapatkan solusi, Parents bisa sekaligus membuat aturan yang sifatnya kakak dan adik tersebut bisa bekerja sama. Misalnya, perselisihan itu terjadi karena sebuah mainan yang direbutkan. Parents bisa membuat regulasi di mana mainan tersebut bisa jadi landasan mereka harus bekerja sama terlebih dahulu.
The Last But Not Least…
Terakhir, Parents – baik kakak atau adik, tentu ada kekurangan dan kelebihannya, apalagi saat mereka berselisih, dua hal tersebut pasti akan dengan mudah terlihat. Jika sudah terlihat jelas, maka satu hal yang tidak kalah penting adalah jangan membandingkan mereka.
Perbandingan hanya akan menjadi akar cemburu yang kuat, di mana jika akar ini dipelihara, maka risiko atau konsekuensi jangka panjang adalah buah yang akan dipetik nantinya. Membuat perbandingan hanyalah bom waktu yang siap meledak di waktu yang krusial.
Nah, dari berbagai penjelasan di atas – ternyata, jika memang pada dasarnya kita bisa tenang untuk menghadapi perselisihan antara kakak dan adik, semestinya bisa diselesaikan dengan mudah. Oh iya, satu lagi Parents – hal ini sebenarnya adalah hal yang normal terjadi.
Perselisihan antara kakak-adik memang diusahakan sebagaimana mungkin untuk tidak terjadi, tetapi sekalinya pun terjadi, hal ini adalah hal yang normal-normal saja.
Untuk mengetahui bahasan kali ini dengan sudut pandang lain, yuk kita nonton video di bawah ini ya!