Kelebihan berat badan atau biasa dikenal dengan obesitas, adalah salah satu masalah serius yang perlu diselesaikan bersama. Obesitas kerap jadi dasar beberapa penyakit lainnya, sehingga tubuh mengalami komplikasi penyakit.
Halo, Parents! Semoga hari ini sehat-sehat dan aman saja semuanya, ya!
Dari prolog singkat di atas, sepertinya sudah jelas ya, kita kali ini akan membahas obesitas, terutama obesitas pada masa remaja.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama nih Parents, kalau obesitas itu bisa saja terjadi pada semua kalangan dan semua umur. Alih-alih melengkapi nutrisi – tapi kita malah membuat dasar penyakit komplikasi.
Sehingga, perlu sekali nih Parents untuk kita memerhatikan apa saja yang masuk ke dalam mulut sebagai makanan dan minuman.
Ada data yang menarik untuk kita telusuri lebih dalam. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 yang lalu – 1 dari 5 anak usia sekolah, sekitar 20 persen atau 7,6 juta, dan 1 dari 7 remaja (14,8 persen atau 3,3 juta) di Indonesia hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
Data ini akhirnya menarik berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Kesehatan, Kedutaan Besar Denmark di Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dan beberapa asosiasi medis, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dan Novo Nordisk, melakukan diskusi terkait solusi mengatasi obesitas pada anak Indonesia.
Dalam diskusi yang dalam, bersama mereka berkomitmen untuk bersinergi menciptakan solusi yang komprehensif. Termasuk dalam perbaikan sistem makanan dan urban, yang akan berdampak signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan anak.
Wakil Menteri Kesehatan Kementerian Kesehatan Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD. KEMD, PhD menyatakan bahwa data Riskesdas di tahun 2018 sebelumnya sebenarnya mengalami kenaikan jika dilihat mundur ke tahun 2007. Adapun peningkatannya sebesar 21,8 persen. Obesitas pada anak akan menjadi halangan besar untuk Indonesia yang sedang menyiapkan generasi Indonesia emas 2045.
Kemudian, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI, Direktur Eksekutif di International Pediatric Association, juga ikut menjelaskan bahwa ada beberapa ciri yang bisa dilihat ketika anak obesitas. Seperti timbulnya warna kehitaman pada leher anak. Ini merupakan tanda acanthosis nigricans (AN), suatu kelainan kulit yang umum terjadi pada anak gemuk. Lalu, Prof. Aman juga menyatakan bahwa sekitar 15-16 persen anak SD di Jakarta mengalami resistensi insulin, sementara 34 persen anak SD di Jakarta telah mengalami hipertensi. Kondisi ini cenderung akan meningkatkan risiko penyakit lainnya seperti diabetes.
Lalu, Diah Satiyani Saminarsih, Founder dan CEO CISDI juga menjelaskan bahwa begitu penting membaca label kandungan gizi makanan sebagai upaya preventif obesitas pada anak. Dengan membaca label kandungan gizi, kita juga bisa mengetahui dan memahami apa yang sebenarnya kita konsumsi. Tetapi, yang tidak kalah penting adalah akses terhadap makanan yang cenderung tinggi akan gula. Jika orang tua tidak membatasi akses ini, maka kecenderungan akan obesitas pun akan bertambah.
Diah juga menyatakan bahwa perlunya peran pemerintah di sebuah kebijakan untuk mengatur bagaimana makanan dan minuman yang mengandung pemanis beredar. Hal ini diharapkan bisa membantu mengurangi konsumsi gula dan jadi upaya penting mencegah obesitas.
Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.E Sten Frimodt Nielsen menyatakan perlunya kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan juga sektor swasta untuk bekerja sama dalam mengatas obesitas pada anak. Obesitas adalah masalah global, sehingga tidak terjadi di Indonesia saja tapi juga di seluruh dunia.
Sreerekha Sreenivasan, Vice President dan General Manager Novo Nordisk Indonesia menambahkan Novo Nordisk Indonesia berkomitmen untuk mendorong perubahan pada obesitas dan aktif untuk bantu meningkatkan kesadaran dan melakukan edukasi sebagai langkah pencegahan terhadap obesitas anak. Berbagai kerja sama sudah dilakukan dan akan terus berjalan sehingga jangkauan Novo Nordisk Indonesia semakin luas untuk membawa perubahan pada kehidupan anak-anak Indonesia.
Wah, bagaimana Parents? Cukup lengkap ya penjelasan kali ini. Memang benar bahwa lingkungan adalah salah satu faktor yang penting sekali untuk perubahan signifikan terhadap obesitas anak.
Kita sebagai orang tua, jadi garda utama untuk melakukan tindakan preventif agar anak-anak tidak lagi terjangkit penyakit dasar komplikasi ini. Parents, bersama-sama mari kita ciptakan lingkungan yang suportif untuk mengatasi obesitas anak.