Memiliki pernikahan yang harmonis dan selalu terlihat lengket udah jadi idaman banget. Kita juga bisa kok, punya hubungan pernikahan yang baik dengan pasangan. Pastinya dengan usaha dan niat dulu.
Setiap pernikahan pasti berpotensi untuk terjadi konflik baik itu kecil ataupun besar. Justru biasanya dari masalah yang kecil-kecil ini bisa menjadi ‘bom atom’. Maka dari itu, diperlukan untuk merawat pernikahan agar bisa adem ayem, kalaupun ada masalah bisa diselesaikan bersama dengan baik.
Menurut psikolog klinis Nuran Abdat, M.Psi., Psikolog, merawat pernikahan memerlukan kualitas komunikasi dua arah yang baik, punya waktu untuk bersama, dan tentunya bisa membicarakan masalah yang ada dalam hubungan pernikahan.
Nah, supaya kita bisa mewujudkan pernikahan yang bahagia, berikut Bumin uraikan berdasarkan penjelasan psikolog mengenai cara merawat pernikahan biar makin harmonisss.
Memahami bahasa cinta
Awali dengan memahami bahasa cinta diri kita sendiri dulu. Saat sudah tahu bahasa cinta yang membuat kita nyaman, otomatis kita akan melakukan itu dalam hubungan. Secara nggak langsung kita mengajarkan pasangan untuk kerja sama memiliki ruang menyampaikan bahasa cinta.
Terdapat 5 bahasa cinta atau love language yaitu words of affirmation, quality time, receiving gifts, act of service, dan physical touch. Misalnya kita menyukai bahasa cinta quality time, maka kita akan sering melakukan itu pada pasangan, terus dia jadi ngerti bahwa kita suka menghabiskan waktu bersama.
Menyampaikan apa yang ingin disampaikan
Namanya juga rumah tangga pasti ada aja masalahnya ya Parents, nggak mulus dan indah terus, kan. Ketika udah mulai muncul ‘krikil’ dalam rumah tangga, maka akan sangat bijak untuk menyampaikan perasaan dengan teknik I Message atau I Statement. Hmm.. kayak gimana tuh?
Jadi kita menyampaikan keluh kesah itu datangnya bukan dari duduk masalah utama tetapi dari apa yang sedang dirasakan. Misalnya, “Aku beberapa hari ini merasa nggak nyaman karena sepi.” Padahal sebenarnya karena pasangan pulang kerjanya larut malam. Usahakan untuk menitikberatkan pada perasaan dulu, bukan pemicu 🙂
Evaluasi dalam hubungan
Mbak Nuran menjelaskan, evaluasi hubungan itu butuh dilakukan dan nggak perlu punya masalah dulu. Justru lebih tepat dilakukan ketika kita dan pasangan lagi adem ayem dan bahagia.
“Sama kayak lagi medical check up, nggak lagi cari sakit apa, tapi butuh tahu gimana kondisi tubuh kita. Bagian mana nih yang butuh dikuatkan, harus rajin olahraga di bagian apa, itu bukan cari penyakit tapi mencegah dengan hidup sehat, begitu ibaratnya,” jelas Mbak Nuran.
Tujuan evaluasi hubungan ini sebagai teknik pencegahan ketidakpuasan. Sebelum ada ‘bom atom’ kita dan pasangan sudah tahu ada masalah apa saja.
Evaluasi hubungan ini memberikan manfaat seperti komunikasi dua arah yang lebih lancar, menumbuhkan keintiman dalam pernikahan, apa yang bikin nggak nyaman dan nggak nyaman itu terkuak. Jadi nggak ada yang dipendam-pendam terus meledak, deh.
Punya waktu untuk berdua
Parents disarankan untuk pergi berduaan aja sama pasangan, setidaknya sebulan sekali. Pergi berdua bukan jadi Ayah dan Ibu ya, tapi kayak orang lagi pacaran gitu, jalan sama ayang 😀
Ngobrol pakai bahasa sayang kita. Topik obrolannya bisa macam-macam kok, meski obrolan berat tapi bisa kita diskusikan dengan santai karena suasananya lagi santai berdua. Misalnya tentang kondisi keuangan, mengungkapkan perasaan, dan nggak mesti ada masalah.
Ini tujuannya agar kita nggak menumpuk ketidaknyamanan. Memang kesannya bukan masalah besar tapi karena nggak nyaman yang kecil itu jadi tumbuh besar. Jadi salah satu rilis emosi buat kita menunjukkan dengan bahasa cinta tadi.
“Saya sarankan, selalu punya aktivitas yang dilakuin bareng. Misalnya ada yang senangnya olahraga bareng, beresin kamar bareng, lakukan. Kalau nggak punya aktivitas yang dilakuin bareng, itu akan mengurangi cara kita merawat hubungan,” katanya.
So, Parents, udah tercerahkan ya bagaimana cara merawat hubungan pernikahan agar makin lengket dan langgeng. Memang butuh usaha, kita seperti dituntut untuk punya kemampuan banyak agar pasangan merasa diterima, diakui, dan dipahami.
Kemampuannya ya itu tadi, bisa menyampaikan perasaan dengan tepat, punya waktu berdua, menjalani aktivitas bersama. Menemani pasangan menjalani hobinya, dan masih banyak lagi. Lakukan apapun yang bisa bikin kita dan pasangan sama-sama merasa bahagia 🙂
Semangat merawat pernikahan ya, Parents!