Ayah biasanya jadi sosok yang diutamakan sebagai tulang punggung keluarga. Tapi, enggak semua ayah bisa menghabiskan waktu lama bersama istri dan anak-anaknya. Terkadang sistem kerja menuntut mereka tinggal jauh dari keluarga. Atau meskipun serumah, tapi hanya sempat melihat anaknya saat sedang tidur. Para ayah pun harus berjuang demi memiliki waktu berkualitas dengan anak-anak.
Ayah jarang pulang
Cendy Herdiana bekerja sebagai karyawan perusahaan tambang di Balikpapan, Kalimantan Timur. Profesinya di bidang geologi menuntut dia untuk terjun ke lapangan. Biasanya dalam sebulan, dia akan menghabiskan waktu tiga minggu di site tambang dan satu minggu untuk libur.
Mau tidak mau, pria 36 tahun ini mesti tinggal terpisah dengan istri serta tiga anaknya (yang berusia lima tahun dan satu tahun) di Jakarta. Bahkan saat anaknya masih kecil, dia pernah dianggap orang asing.
“Mungkin dia lupa sama bapaknya. Karena habis dari lapangan kulit saya menghitam, pertama kali melihat saya mereka nangis dan histeris. Jadi waktu itu butuh pendekatan satu minggu baru mereka mau digendong lagi sama saya,” kata Cendy pada Parentalk.
Saat di lokasi tambang, Cendy berusaha menjalin komunikasi dengan telepon dan video call. Tapi kadang dia terkendala sinyal karena tempat kerjanya yang terpencil. Jadi, demi bisa ngobrol dengan anak dan istri, Cendy harus mencari lokasi yang mendapat akses sinyal.
Menurut Cendy, kerjasama dengan istri jadi hal penting agar keluarga mereka tetap dekat satu sama lain. “Buat saya, tantangan terbesarnya adalah menampilkan sosok ayah di mata anak-anak agar mereka merasa sebagai keluarga yang utuh. Ini jadi peran penting dari bundanya untuk memberi pengertian ke anak-anak,” cerita Cendy.
Serumah tapi ketemu anak saat tidur
Cerita serupa tapi tak sama dialami Rizki Abadi yang bekerja sebagai jurnalis video. Meski sering di rumah, dia jarang punya waktu lama bersama anak kembarnya. Terkadang tugas liputan membuat dia harus meninggalkan rumah selama satu minggu.
Kalaupun sedang di Jakarta, jam kerja menuntut dia berada di luar rumah sampai lebih dari 12 jam. Akhirnya, dia lebih sering bertemu anak-anaknya saat mereka sedang tidur di malam dan pagi hari.
“Kadang sedih juga karena walaupun serumah tapi berasa jarang ketemu. Jadi harus cari cara buat bagi waktu di tengah jam kerja yang panjang. Sebelum jalan, mesti disempet-sempetin main sama anak walau sebentar. Karena enggak ada waktu lagi selain itu,” cerita Rizki.
Meski jauh, ayah mesti tetap dekat
Banyak studi menyatakan kalau ayah berperan penting dalam perkembangan diri anak-anak. American Psychological Association menyebutkan kalau kehadiran ayah punya manfaat yang sama besarnya dengan kehadiran ibu.
Kasih sayang ayah dapat membantu anak menempatkan diri mereka di tengah lingkungan. Khususnya lewat perkembangan sosial, emosional dan kognitif. Sementara anak-anak yang jarang mendapat kasih sayang ayah cenderung bersikap lebih agresif.
Cara bonding ayah dan anak yang paling simpel yaitu dengan melibatkan diri dalam pengasuhan anak. Hal ini memang lebih mudah dilakukan orangtua yang setiap hari bersama anak. Tapi bukan berarti ayah yang kerja jauh dan jarang ketemu tidak bisa bonding ya.
Usahakan untuk tetap dekat dengan anak, walaupun fisik berjauhan. Hal ini bisa diupayakan kok. Selengkapnya bisa dibaca di artikel Cara Ayah Tetap Dekat Dengan Anak, Meski Jarang di Rumah.
(Dyah/ Dok: Cendy Herdiana, Rizki Abadi)
1 comment