Biasanya anak kecil identik dengan benda kesayangan ya, sama deh kayak kita dulu waktu kecil punya benda kesayangan dari mulai guling, boneka, atau mungkin empeng, dll. Kadang kita sebagai orang tua suka heran, kok bisa dia sampai susah lepas dari benda kesayangannya?
Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Reti Oktiana, M.Psi., itu terjadi karena Si Kecil mempersepsikan benda kesayangannya sebagai benda yang bisa menenangkan dirinya. Boneka misalnya biasa digunakan untuk dipeluk saat sedih atau guling yang digunakan untuk membuat tenang sebelum tidur.
Umumnya, Si Kecil belum memiliki kemampuan yang mumpuni untuk meregulasi emosi secara internal. Maka ia akan membutuhkan hal-hal eksternal seperti bantuan orang lain termasuk benda-benda kesayangannya.
“Oleh sebab itu, Si Kecil jadi percaya benda tersebut dapat menemani atau membantu mereka melewati saat-saat sulit. Misalnya menghadapi situasi baru atau saat berpisah dengan sosok kesayangan. Memaknai hal-hal eksternal untuk membantu tenang, ini semua hal yang normal,” jelas Reti.
Dulu waktu anak Bumin masih kecil banget ada sih yang sayang banget sama gulingnya, sampai nggak bisa tidur kalau nggak ada guling kesayangannya. Bumin pernah coba pisahin dia dari gulingnya malah nangis kejer. Parents ada yang ngalamin hal sama kayak Bumin?
Kadang bingung juga ya, sikap anak kita ini masih termasuk normal atau nggak. Terkadang ada anak yang memperlakukan benda kesayangannya cukup berlebihan.
Kita bisa mengukur sikap Si Kecil ini normal atau nggak, sebab terkadang ada anak yang memperlakukan benda kesayangannya cukup berlebihan. Dari penjelasan psikolog Reti, kita bisa mendeteksinya dengan metode 4D, yaitu;
Deviance – Penyimpangan
Coba kita lihat lagi, Si Kecil dan jenis benda yang digunakannya itu masih dalam taraf wajar nggak untuk anak seusianya. Pastikan lagi bahwa Si Kecil nggak menghabiskan banyak waktunya dengan benda kesayangan itu.
Dysfunction – Gangguan fungsi
Ngomongin benda kesayangan pasti kita ingin menjaga dan melindunginya terus, ya. Parents perlu perhatikan lagi nih, tanpa benda kesayangan apakah Si Kecil masih bisa beraktivitas? Misalnya tetap mau tidur meski tanpa benda kesayangannya. Walaupun proses ini butuh kesabaran dan waktu yang lebih lama.
Distress – Kesulitan
Bila Si Kecil jauh dari benda kesayangannya dan masih bisa bersikap tenang, itu berarti masih termasuk wajar. Sedangkan yang harus mulai menjadi perhatian Parents ketika anak menyebabkan situasi stresful karena jauh dari benda kesayangannya.
Danger
Parents, kebayang nggak kalau Si Kecil berani membahayakan diri karena jauh dari benda kesayangannya? Atau mungkin anak justru membuat lingkungan kurang nyaman karena ia merasa nggak tenang tanpa benda itu. Nah, kalau sudah begini Parents harus waspada.
Mudah-mudahan anak kita masih normal ya sama benda kesayangannya. Kita sebagai orang tua perlu peka terhadap benda-benda yang disukainya, berikan pemahaman bahwa kita nggak bisa selamanya bersama benda yang disukai.
Tips menyapih Si Kecil dari benda kesayangannya
Salah satunya kita perlu mengajarkan regulasi emosi pada anak. Bantu Si Kecil mengenali emosinya dulu, ajarkan trik-trik sederhana untuk menenangkan diri. Mulai ajarkan tarik nafas panjang atau minum air dingin agar nggak mudah emosi. Dengan begini, Si Kecil bisa belajar mengelola emosi secara mandiri dan internal. Maka nantinya ketika ia menemui waktu sulit, berpisah dengan Parents, merasa bosan, dia bisa meregulasi diri.
Nantinya di masa transisi untuk sapih benda kesayangan, orang tua juga perlu hadir di samping Si Kecil. Pada dasarnya, benda tersebut akan memberi anak kenyamanan. Jadi saat ia dipisahkan dengan benda kesayangannya kita gantikan dengan hal lain yang membuat Si kecil nyaman bisa dengan pelukan atau belaian dari Parents 🙂