Parents, rasanya sudah identik ya, ketika mengajarkan anak-anak berpuasa kita akan kasih hadiah bagi mereka yang sudah menjalaninya dengan baik. Tujuan adanya hadiah untuk membuat si Kecil termotivasi menjalani puasa Ramadan.
Hmm.. apakah cara itu efektif untuk membuat anak paham tentang nilai ibadah puasa?
Berdasarkan penjelasan Educator Positive Discipline, Damar Wijayanti, dalam metode pengasuhan positive discipline, hukuman dan hadiah gak disarankan karena bisa saja cara ini kontraproduktif untuk tujuan kita.
“Tujuan mengajarkan anak puasa itu mengenalkan nilai agama, seperti ikhlas, mengikuti perintah Allah, melakukannya karena Allah. Lalu memberikan hadiah atau hukuman apakah jadinya kita malah memberikan nilai yang berbeda?” jelas Damar.
Yess, betul juga. Kalau kita mengajak anak berpuasa agar dibelikan gadget baru ataupun takut karena diancam akan dikurangi uang jajan, maka yang ada dipikiran anak bisa saja menjadi berpuasa untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
Padahal tujuan sebenarnya untuk mengenalkan anak pada ibadah, ikhlas, sabar, dan kebaikan lainnya. Oleh karena itu, kita bisa mencari cara lain selain memberikan hadiah agar tujuannya tetap sesuai dengan nilai berpuasa yang ingin diajarkan ke si Kecil.
“Motivasinya lebih pada kepuasan diri, hari ini dia mampu berpuasa, semakin lama melihat dirinya jadi semakin mampu. Jadi bantu anak merefleksikan dirinya dalam menjalani puasa,” tambah Damar.
Misalnya kita memberikan stiker atau cap pada hari-hari si Kecil bisa berpuasa penuh, cap ini bukan dijadikan hadiah tetapi melihat performance atau kemampuan anak dalam berpuasa. Misalnya dalam seminggu berpuasa, ada satu hari yang gak kuat, lalu kita ingat lagi bersama anak, apa yang membuat puasanya jadi kurang maksimal.
Kalau penyebabnya ditemukan kita bisa memperbaiki lagi kemampuan berpuasa si Kecil. Nah, kalau sudah begini puasa jadi terasa ikhlas dan nikmat, kan? Walaupun gak ada kasih hadiah atau hukuman, anak jadi memahami nilai dalam berpuasa.