Salah satu hal yang paling dicemaskan para orang tua dengan anak bayi dan balita adalah risiko cedera pada Si Kecil saat anak terbentur. Jantung saya sendiri rasanya mau copot ketika melihat buah hati terbentur entah karena terjatuh atau menabrak sesuatu.
Saya masih ingat kejadian si sulung yang terbentur tempat tidur berbahan kayu ketika berlompatan di atasnya. Sudut mata si kakak terluka agak dalam dan memar. Saya beserta ibu pun langsung membawanya ke Unit Gawat Darurat rumah sakit terdekat. Beruntung, ia tidak mengalami luka yang serius dan mengalami sedikit memar. Meski demikian, kondisi itu telah membuat saya sedih bukan kepalang.
Agar Ayah dan Ibu bisa lebih tenang saat itu terjadi, pahami dulu pemulihan memar dari waktu ke waktu serta ketahui kapan memar pada anak berbahaya.
Pahami penyebab memar dan pemulihannya
Menurut situs yang dikelola Nemours, organisasi nonprofit bidang pediatri di Amerika Serikat, memar terjadi ketika ada bagian tubuh yang cedera dan darah pada pembuluh kapiler yang rusak merembes. Darah tersebut pun terperangkap di bawah kulit sehingga membentuk tanda berwarna merah atau keunguan yang terasa lunak bila disentuh. Untungnya, tanda tersebut bersifat sementara karena biasanya menghilang dalam kurun dua minggu.
Selama itu pula, penampakan memar berubah warna karena tubuh menyerap kembali darah yang merembes tadi. Nah, perubahan warna pada memar sampai akhirnya benar-benar menghilang, antara lain sebagai berikut.
- Ketika pertama kali mengalami memar, warna kulit anak menjadi kemerahan, persisnya saat darah terperangkap di bawah kulit.
- Dalam waktu 1-2 hari, hemoglobin (zat yang mengandung besi dan membawa oksigen) dalam darah berubah dan memar berubah warna menjadi biru keunguan atau bahkan kehitaman.
- Setelah 5-10 hari, memarnya berubah menjadi kehijauan atau kekuningan.
- Kemudian, setelah 10 atau 14 hari, warna memar berubah menjadi kuning kecokelatan atau cokelat muda.
Memar terlihat lebih jelas pada bayi dan anak-anak balita karena kulit mereka masih tipis. Selain itu, sebagian anak dapat mengalami memar dengan mudahnya usai terbentur, sementara anak lainnya tidak. Ini karena memar bergantung pada beberapa hal seperti:
- kekuatan jaringan kulit,
- ada atau tidaknya penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, dan
- anak tengah menjalani pengobatan tertentu atau tidak.
Kapan perlu ke dokter?
Jika memar menyebabkan rasa nyeri (misal, Si Kecil kesakitan ketika memarnya disentuh), tanyakan pada dokter mengenai pemberian asetaminofen atau ibuprofen dengan dosis yang sesuai. Meski demikian, ingatlah bahwa obat-obatan tersebut hanya membantu mengurangi rasa sakit, sementara memar akan hilang dengan sendirinya.
Biasanya memar ringan dapat ditangani di rumah saja, namun konsultasikan pada dokter jika menemukan kondisi sebagai berikut.
- Memar tak kunjung sembuh setelah 2 minggu.
- Memar akibat jatuh dari sofa, tempat tidur, atau kecelakaan traumatis lainnya. Dokter mungkin akan memeriksa kemungkinan cedera yang kurang terlihat jelas.
- Memar disertai bengkak dan anak terlihat sangat kesakitan.
- Memar berada di dekat mata Si Kecil dan ia kesulitan melihat atau menggerakkan matanya.
- Si Kecil terbentur dan terdapat memar di belakang telinga atau tanda tengkorak retak lainnya.
- Anak kesakitan selama lebih dari 24 jam.
- Memar terdapat di sendi-sendi besar (seperti lutut, pergelangan kaki, siku, atau pergelangan tangan) dan anak enggan atau kesusahan menggerakkan lengan atau kakinya.
- Terdapat luka atau goresan dan menunjukkan tanda-tanda infeksi seperti nanah, demam, dan rasa nyeri maupun bengkak yang semakin parah.
- Memar akibat cedera di bagian punggung bawah. Kondisi ini dapat mengindikasikan cedera pada ginjal atau organ lainnya.
- Si Kecil sering memar tanpa sebab, terlebih jika disertai mimisan atau gusi berdarah karena dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang serius.
Referensi lain: artikel “Bruises” pada Baby Center
(Febi/Dok. Shutterstock)