Seringkali kita mengingatkan anak untuk gak membully orang lain, namun tanpa disadari kita sebagai orang tua juga memiliki potensi dalam membully anak. Bullying yang dilakukan orang tua bisa melalui verbal atau fisik.
Kenapa orang tua bisa membully anak? Yap! Pada dasarnya bullying dapat dilakukan siapa saja termasuk orang tua. Malah terkadang kita gak sadar kalau melakukan intimidasi dan bullying pada anak.
Jangan sampai kita menjadi orang tua yang kerap membully anak terutama saat dia melakukan kesalahan. Anak yang menjadi korban bullying akan mendapatkan dampak negatif seperti kurang percaya diri, merasa rendah diri, bahkan gak layak dicintai.
Yuk, kenali ciri orang tua yang suka membully anak agar kita bisa menghindari sikap buruk ini.
Mengomentari penampilan fisik anak
Sering mengkritik bentuk tubuh anak jelas membuatnya jadi gak percaya diri. Apalagi ungkapan ini dilontarkan oleh orang terdekat si Kecil, pasti rasanya lebih ‘ngena’. Body shaming seperti ini akan terus memengaruhi pikiran anak.
Anak merasa dirinya gak diinginkan, kehilangan percaya diri, bahkan merasa kurang dicintai. Bisa jadi anak mencontoh perilaku orang tuanya dengan sering mengkritik kondisi fisik orang lain.
Mendidik anak dengan agresif
Kepenginnya bisa tegas dan bikin anak jadi disiplin, tapi seringkali menggunakan cara yang keliru. Membentak, menghukum, bahkan mencaci dilakukan untuk ‘menaklukan’ anak agar menuruti perintah orang tua.
Ketika anak melakukan sesuatu yang gak diinginkan, orang tua gak segan untuk menggunakan bahasa yang kurang baik, dalam kasus ekstrem orang tua dapat memukul ataupun menendang.
Mendidik anak dengan cara agresif seperti itu menjadi bagian dari intimidasi emosional pada anak. Sesekali memarahi anak agar bisa disiplin itu masih gapapa, tapi kalau keseringan bisa membahayakan kondisi mental si Kecil.
Menuntut anak sesuai ‘standar’ orang tua
Dilansir Klikdokter, tanpa disadari orang tua memiliki opini dan standar pribadi menyangkut anak-anaknya. Terkadang orang tua merasa berhak buat ngasih kritik sama sesuatu yang gak sesuai sama standarnya.
“Halahh, kok sukanya mewarnai? Suka tuh belajar, jago ngitung jadi nilainya bagus juara kelas. Ini cuma berantakan aja.” Sakit ya rasanya digituin? Iya anak juga merasa sedih kalau pilihannya terus-menerus dikritik.
Jadi hargailah pilihan dan preferensi anak, kalau ada yang kurang ‘sreg’ sampaikan aja dengan halus supaya gak menurunkan kepercayaan diri si Kecil. Dengan begini anak jadi gak merasa terbebani dan dituntut.
Parents, apakah kita pernah melakukan hal tersebut ke anak? Jadikan ini pelajaran kita untuk belajar menjadi lebih baik lagi. Pastikan diri kita ini tempat ternyaman bagi anak dengan begitu si Kecil akan menghargai dan mencintai kita juga, kok 🙂