Setelah menyandang status sebagai ayah, saya menyaksikan banyak perubahan pada diri suami. Ia menjadi lebih sigap, hemat, dan suka menghabiskan hari liburnya di rumah. Hal itu berbeda dengan masa pacaran atau saat belum punya anak dulu. Saat itu, suami sering sibuk dengan dunianya sendiri (sebutlah konsol game, motor, dan futsal) juga lebih mudah menghabiskan uang. Sekarang, ia lebih berpikir dua kali untuk membeli barang mahal karena banyaknya kebutuhan anak. Ternyata, banyak perubahan pada pria setelah menjadi ayah, ya!
Bahkan, menurut situs parenting DaddiLife, perubahan yang pria hadapi ketika menjadi ayah tak hanya dari segi finansial, tetapi juga hormonal, kesehatan, dan pekerjaan.
Lebih betah bersama anak-anak
Ternyata penilaian saya di atas diamini oleh Kermyt Anderson, salah satu penulis Fatherhood: Evolution and Human Paternal Behavior. Menurutnya, para ayah menghabiskan waktu lebih banyak dengan anak-anaknya, bekerja lebih lama, dan lebih sedikit menikmati waktu rekreasi maupun aktivitas sosial dibandingkan pria yang belum memiliki anak.
Penghasilan lebih banyak
Sebuah studi yang dilakukan pada 2016 untuk Institute for Public Policy Research juga mengungkapkan, ayah yang bekerja penuh waktu menikmati bonus lebih banyak daripada kolega pria tanpa anak. Bener nggak, Bu?
Menurut DaddiLife, belum ada yang tahu persis alasan di baliknya, tapi ada beberapa kemungkinan:
- para ayah bekerja lebih keras dan lama karena merasa bertanggung jawab menafkahi keluarga mereka, juga
- perusahaan tanpa sadar menganggap para ayah lebih dapat diandalkan dan bertanggung jawab sehingga memberikan bonus lebih.
Memang ya, rezeki anak enggak ke mana!
Kepuasan bekerja lebih besar
Dari segi pekerjaan dan keuangan, para ayah juga lebih tenang dan bijaksana, lho. Bahkan, berdasarkan sebuah studi besar di Amerika Serikat, para ayah yang terlibat penuh dalam pengasuhan anak mengalami kepuasan bekerja yang lebih besar. Hal ini pula yang membuat mereka urung berhenti dari pekerjaan terakini.
Lebih menjaga kesahatan
Berdasarkan DaddiLife, sejumlah studi menemukan bahwa ketika menjadi ayah, banyak pria yang menyingkirkan kebiasaan-kebiasaan buruk dari kehidupan mereka sebelumnya. Sebut saja, merokok, minum-minuman keras, sampai melakukan hal-hal berbahaya seperti melaju terlalu kencang di jalanan. Seiring bertumbuhnya buah hati mereka, para ayah otomatis lebih sering berolahraga, misalnya, karena mengajarkan anak berenang atau mengendarai sepeda.
Penelitian lainnya juga mengungkapkan, para ayah yang terlibat mengasuh anak lebih kecil kemungkinannya meninggal karena penyakit jantung. Selain itu, mereka cenderung memilih makanan yang sehat dan lebih terhindar dari depresi.
Dr. Marcus Goldman, penulis The Joy of Fatherhood, pun berpendapat bahwa kehidupan sebagai ayah telah memberi para pria tujuan hidup beserta alasan untuk lebih memelihara dirinya sendiri.
Kenaikan hormon-hormon baik
Para peneliti belakangan ini mengungkapkan, para pria mengalami kenaikan hormon estrogen, oksitosin, prolaktin, dan glukokortikoid ketika menjadi ayah baru. Adanya kontak ayah dengan ibu dan bayinya menyebabkan kenaikan hormon-hormon tersebut.
Fungsi estrogen pada pria adalah mengontrol kesehatan sperma dan hormon prolaktin bertugas mendorong produksi sperma. Sementara, hormon lukokortikoid membantu menjaga tekanan darah tetap normal dan mempunyai efek anti-inflamasi dan imunosupresif.
Bagaimana dengan oksitosin? Beberapa penelitian mengungkapkan, hormon cinta ini berdampak pada tingkah laku dan respons emosi manusia. Misalnya, membangun ketenangan, kepercayaan, dan stabilitas psikologi. Oksitosin pula yang membantu para ibu terikat dengan anak-anak mereka. Ternyata, para ayah mendapatkan dosis ekstra juga, nih!
Lalu, apa kelebihan lain bila ayah terpapar hormon oksitosin? Sebuah eksperimen menunjukkan, para ayah yang menghirup oksitosin sebelum sesi bermain dengan anak-anak mereka, lebih tertarik dan terlibat dalam permainan, lho. Jadi, oksitosin dapat membangun ikatan ayah dan anak.
Otak lebih berkembang
Ada lagi penelitian yang mengungkapkan, sel-sel saraf (neuron) baru tumbuh pada otak para ayah sebagai respons terhadap fatherhood. Soalnya, kehidupan sebagai ayah membuat para pria harus menghadapi serangkaian tantangan juga tanggung jawab baru. Otak pun menciptakan koneksi-koneksi neuron baru untuk memenuhinya.
Wah, ternyata status sebagai ayah membuat para pria mengalami kemajuan di berbagai sisi kehidupan, ya!
Referensi:
- Artikel “Hormon Steroid – Fungsi, Efek Kelebihan dan Kekurangan” pada Mediskus
- “Jenis Dan Fungsi Hormon Reproduksi Pada Pria Dan Wanita” pada Alodokter
- “Pentingnya Hormon Prolaktin Bagi Pria Dan Terlebih Bagi Wanita” pada Alodokter
- “Hormon Oksitosin: Hormon Cinta Di Dalam Kehidupan Manusia” pada Alodokter
(Febi/Dok. Shutterstock)