Orangtua kita dan generasi-generasi sebelumnya menganggap pernikahan adalah hal yang perlu dirayakan besar-besaran.
Tidak heran, jika beberapa daerah, dengan tradisinya masing-masing, merayakan pernikahan begitu megah.
Bahkan, bisa lebih dari satu hari satu malam.
Tapi, sekarang ini sudah berubah. Untuk generasi muda, pernikahan mewah bukan yang mereka impikan.
Memang, perayaan pernikahan identik dengan hal-hal idealis si punya acara. Tetapi, tidak yang seperti perayaan pernikahan terdahulu. Anak muda sekarang tidak ingin punya perayaan pernikahan mewah.
Jadi, anak muda sekarang mau perayaan pernikahannya seperti apa?
Berdasarkan Survei
JAKPAT Survey Report 2023 – “Dream Wedding Among Youth Nowadays”, dalam survei ini, JAKPAT menemukan beberapa poin penting.
Beberapa poin pentingnya adalah:
40% anak muda ingin menggelar perayaan pernikahannya yang dihadiri keluarga terdekat saja.
35% ingin pernikahannya megah.
30% ingin pernikahannya sederhana saja.
Dari beberapa poin di atas, ada beberapa hipotesis atau asumsi yang bisa kita ketahui nih, Parents.
Salah satunya adalah pergeseran idealistik yang terjadi di anak muda. Ada kemungkinan perayaan pernikahan anak muda sekarang masih mendapat pengaruh dari generasi sebelumnya.
Generasi sebelumnya, seperti yang diketahui bersama, kerap membuat pagelaran pernikahan yang mewah. Hal ini dipengaruhi tradisi, budaya, dan kondisi sosial lainnya.
Tetapi, berbeda dengan generasi muda sekarang.
Keinginan untuk bermewah-mewah, atau mewujudkan perayaan pernikahan semau mereka sepertinya bergeser ke perayaan yang lebih sederhana dan intimate.
Menikah di KUA
Selain keinginan untuk merayakan pernikahan yang intimate dan sederhana, dalam survei ini juga ditemukan bahwa generasi muda tidak masalah untuk menikah di KUA saja.
Kantor Urusan Agama menjadi tempat yang tepat untuk menikah, menurut anak muda sekarang. Apa alasan mereka ya?
Ternyata:
78% anak muda menganggap menikah di KUA lebih menghemat biaya.
72% menganggap lebih sederhana.
Alasan utamanya adalah biaya. Ada kemungkinan hal ini terjadi karena kondisi perekonomian anak muda sekarang yang kerap dianggap tidak stabil.
Anak muda sekarang kerap sekali dilabeli tukang jajan. Jajan kopi lebih tepatnya.
Tetapi, sebagian dari mereka lagi menilai kesederhanaan juga tidak masalah diterapkan di perayaan pernikahan. Nah, hal ini jauh berbeda sekali dengan generasi sebelumnya, kan?
Pergeseran nilai seperti ini yang perlu ditelaah lebih dalam.
Anyway Parents, bagaimanapun perayaan pernikahan generasi muda, hendaknya sudah dipikirkan matang-matang. Pernikahan adalah hal yang sakral, sehingga butuh persiapan yang kuat untuk melakukannya.
Dan untuk para adik-adik yang sudah punya rencana untuk menikah, semangat ya. Walau pasti ada saja halang-rintangnya, tapi kami percaya kalian bisa melewatinya.