Idealnya, saat atau setelah berhubungan seks, kepuasaan yang di amini adalah milik laki-laki dan perempuan.
Halo Parents! Apa kabar hari ini? Semoga selalu sehat dan lancar semuanya, ya.
Dari judul dan prolog di atas – wah tentunya bahasan kali ini jadi salah satu bahasan yang menarik, ya. Berdiskusi tentang seks terkadang tidak ada habisnya. Mungkin, hal ini adalah salah satu hal yang begitu relate dengan kehidupan kita, ya.
Tapi, memang – seks lebih sering dikaitkan dengan kepuasan, dan idealnya kepuasan tersebut harusnya dimiliki oleh masing-masing pelakunya, yaitu pasangan suami-istri. Hal menarik yang perlu didiskusikan lebih lanjut adalah ketika kepuasan tersebut hanya dimiliki satu pelaku saja.
Parents, berdasarkan survei The Pleasure Gap Study 2022 yang digelar oleh Durex bersama Toluna, dan mendapatkan 535 responden Indonesia. Studi ini tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, tetapi ke banyak pasangan di seluruh dunia. Kita bahas yang dari responden Indonesia saja, ya.
Survei ini dibagi menjadi 4 bagian:
1. Diskusi Aktivitas Seksual dengan Pasangan
2. Pentingnya Foreplay dalam Aktivitas Seksual
3. Pengalaman Orgasme
4. Penggunaan Kondom Sebagai Alat Kontrasepsi
Dari 4 bagian tersebut, bagian ketiga ternyata mempunyai data yang begitu menarik untuk dibahas dan relate dengan apa yang akan kita bahas lebih dalam ini. Parents, berdasarkan survei ini, 1 dari 3 wanita pernah memalsukan orgasme mereka.
Eh, mengapa hal ini bisa terjadi, ya?
Masih dari survei yang sama, ditelaah lebih dalam, pemalsuan salah satu kepuasan dalam aktivitas seksual adalah kondisi kesehatan yang kurang baik, kurangnya rasa semangat, seks yang kurang memuaskan, dan distraksi lainnya.
Psikolog Klinis Inez Kristanti, M.Psi – dalam penjelasannya, jika hal ini atau pemalsuan orgasme ini terjadi, sebaiknya didiskusikan dengan pasangan dengan asas keterbukaan dan transparansi. Tujuan diskusi ini adalah untuk tercapainya equal pleasure.
Parents, memalsukan orgasme ketika berhubungan seks, pada kenyataannya adalah tindakan membohongi diri dan pasangan. Sehingga, memang harus dicari tahu sebab dan menghindari akibat jangka panjangnya. Seperti berdiskusi dengan pasangan, hal ini adalah salah satu tindakan preventifnya.
Jika seperti ini keadaannya, apakah pihak laki-laki yang bertanggung jawab penuh soal ini?
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kebanyakan laki-laki sebenarnya mendambakan durasi yang lama di ranjang.
Padahal, durasi seksual adalah metrik individual. Sehingga, tolak ukurnya jelas ada di masing-masing pelaku aktivitas seksual tersebut. Beberapa faktor yang terkait dengan durasi adalah kesehatan fisik dan mental, bahkan foreplay.
Nah, Parents – untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, Bu Puty ada diskusi menarik dengan Sexologist & Anti Aging Haekal Anshari. Sila simak video di bawah ini, ya!