Keberadaan media sosial seperti TikTok menjadi keuntungan sekaligus menimbulkan dampak negatif bagi banyak orang termasuk anak-anak. Orang tua kerap disarankan untuk memperketat aturan dalam penggunaan medsos pada anak.
Luasnya akses internet sangat memungkinkan anak mendapat informasi yang gak sesuai dengan usia dan pemahamannya.
CEO TikTok, Shou Zi Chew, mengungkapkan hal yang serupa. Dirinya gak membiarkan kedua anaknya yang berusia 8 tahun dan 6 tahun mengakses aplikasi yang dipimpinnya itu.
“Mereka terlalu muda untuk itu. Di Amerika sendiri, kalau kamu berusia di bawah 13 tahun, kamu akan dapat mengakses TikTok dengan versi dibatasi,” tegasnya dalam wawancara New York Times Events pada November 2022 lalu.
Peraturan ini gak hanya TikTok terapkan di Amerika saja, tapi juga di berbagai dunia. Nah, TikTok sendiri sudah berusaha membuat batas akses media sosial pada anak-anak, lalu bagaimana kita sebagai orang tua, apakah mau membebaskan atau membatasi?
Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Irma Gustiana, media sosial menyumbang paling banyak sebagai penyebab perilaku menyimpang anak. Anak bisa melakukan pembunuhan, kekerasan, dan tindakan kriminal lainnya karena terinspirasi dari media sosial.
“Anak-anak itu logika berpikirnya masih terbatas, gak tahu namanya sebab-akibat, jadi secara spontanitas mereka akan melakukan (kekerasan) itu,” pungkasnya.
Boleh saja kita mengenalkan anak dengan media sosial karena anak kita pun lahir di zaman teknologi. Asalkan, kita selalu memberi batasan dan aturan untuk anak dalam mengakses media sosial.