Terkadang, kita sebagai orang tua baru kerap keki atau minimal awkward ketika kakek-neneknya berusaha ikut dalam pengasuhan. Walau kental dengan berbagai macam pesan-pesan budaya atau tradisi, tetapi kita sebagai orang tua dari anak kita – mesti jadi yang paling paham untuk anak dari segala kebutuhannya.
Halo Parents! Apa kabar hari ini? Semoga selalu lancar-lancar saja dan sehat semuanya, ya.
Sebelum kita membahas judul dan prolog, sebaiknya kita sebutkan dulu konteks atau kasus yang terjadi terkait dengan prolog di atas.
Jadi Parents, belum lama ini, di media sosial, ramai akan informasi tentang bayi yang akhirnya meninggal setelah dipijat oleh nenek dari sang Ayah. Sebelumnya, sang Ibu sudah melarang si nenek untuk melakukan pemijatan tersebut, tetapi dengan dalih pijatannya itu baik, akhirnya pemijatan dilakukan.
Sampai pada akhirnya…
Well, berkaitan dengan judul, prolog, serta konteks yang ada, polemik keikutsertaan orang terdekat menjadi hal yang kerap kita temui, terlebih untuk orang tua baru. Rasa ingin memberikan yang terbaik tentu jadi rasa prioritas yang pasti terus muncul.
Tetapi, usaha seperti apa dulu yang kerap dilabeli ‘yang terbaik untuk anak’? Apakah memang sesuai dengan kebutuhan di umur anak yang baru lahir?
Penyesuaian ‘yang terbaik untuk anak’ adalah salah satu hal yang akan terus dilakukan oleh kita sebagai orang tua anak, yang punya hak penuh untuk segala keputusan terkait dengan buah hati. Oleh karena itu, seharusnya ada beberapa consideration yang mesti dilakukan dengan orang terdekat yang juga ingin memberikan ‘yang terbaik untuk anak’.
Mungin Parents – salah satu latar belakang yang kuat untuk melakukan pertimbangan dengan orang terdekat adalah perbedaan zaman. Memang klasik, tetapi dengan latar belakang ini, seharusnya orang terdekat seperti kakek-nenek, semoga memahami perbedaan ini.
Perbedaan zaman, membawa banyak perubahan, salah satunya perubahan di pola pengasuhan atau parenting. Tentu, Parents semua setuju akan hal ini, kan?
Tetapi, mungkin tidak dengan para kakek-nenek.
Sehingga, hal yang perlu Parents atau para orang tua baru lakukan adalah menjelaskan detil perbedaan tersebut, walau ini effort yang begitu besar – tapi semoga tujuan yang baik ini selalu menemukan jalannya.
Pertanyaan selanjutnya, lalu bagaimana caranya?
Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rose Mini Agus Salim, M.Psi mengatakan, salah satu langkah awal yang cukup fundamental terkait pengasuhan anak adalah membuat kesepakatan.
Musyawarah Untuk Sepakat
Menurut Bunda Romy, sapaan akrabnya – salah satu isi dari musyawarah atau diskusi tentang pengasuhan anak adalah aturan atau batasan-batasan yang tidak bisa dilewati oleh orang-orang terdekat selain orang tua anak tersebut.
Sehingga, orang tua tetap punya hak utuh untuk anaknya sendiri. Harapannya, dari aturan atau batasan yang ada, bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sumber Kredibel Jadi Landasan Kuat
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, effort besar akan terjadi saat kita sebagai orang tua baru menjelaskan hal-hal yang dahulu mungkin bisa dilakukan oleh kakek-nenek dalam pengasuhan anak, tetapi karena perbedaan zaman sekarang ini – hal tersebut tidak lagi sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Sumber kredibel akan jadi landasan kuat untuk Parents dalam menolak ini-itu dari kakek-nenek terkait pengasuhan anak. Dokter, ahli dari bidangnya, penelitian-survei, sampai jurnal – menjadi contoh sumber-sumber kredibel yang Parents bisa kutip untuk meyakinkan kakek-nenek.
Terbuka Disertai Menghormati
Parents, terkadang polemik pengasuhan antara kita sebagai orang tua si anak dengan kakek-neneknya kerap berasal dari cekcok yang terjadi karena komunikasi tertutup dan saling tidak menghormati.
Sehingga, disarankan komunikasi yang dilakukan bersifat asertif. Komunikasi asertif adalah komunikasi yang terbuka, tetapi tetap dengan rasa saling menghormati. Hal ini secara teori memang mudah sepertinya, tetapi begitu terbalik saat praktik.
Maka, jangan kaget ya Parents kalau kerap berbeda dengan teori. Jadi, trial and error adalah hal yang biasa. Semoga tetap diberikan kesabaran ya.
Dengarkan dan Terima Kasih
Parents, berkaitan dengan komunikasi asertif – pada dasarnya, komunikasi akan lancar ketika adanya proses mendengarkan yang baik. Sehingga, tetap mendengarkan dengan baik adalah salah satu kunci suksesnya.
Jangan lupa untuk tetap mengucapkan terima kasih, Parents. Merasa dihormati dan dihargai dengan mengucapkan terima kasih menjadi salah satu fundamental untuk terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Jadi, bagaimana nih Parents?
Sudah cukup jelas beberapa langkah di atas, ya. Semoga semuanya dilancarkan dan bertemu di titik tengah yang ideal.