Sebagian besar Ayah memiliki waktu berkualitas yang lebih sedikit dibandingkan Ibu karena harus bekerja. Meski begitu, bukan berarti Ayah menjadi kesulitan akrab dengan anak, lho. Suami saya, misalnya, mengandalkan sesi berkeliling kompleks perumahan dengan motor seusai pulang kantor demi lebih dekat dengan buah hati. Saat libur tiba, ia juga tidak segan melibatkan Si Kecil mencuci motor kesayangannya.
Setiap ayah pasti memiliki kegiatan andalan untuk mempererat hubungannya dengan anak. Berikut beberapa cara sederhana yang bisa ayah lakukan agar lebih dekat dengan anak.
Mendengarkan celoteh Si Kecil dengan penuh perhatian
Kita sebagai orang dewasa saja senang bila orang terkasih mau mendengarkan keluh-kesah dengan saksama apalagi anak-anak yang masih banyak belajar. Meski Si Kecil masih belajar berbicara dan kamu kesulitan memahami perkataannya, berusahalah merespon dengan berkata, “Oh, begitu, ya.” Tapi, ketika gerak-gerik tubuh anak menunjukkan kebutuhan akan sesuatu, cobalah untuk memahami dan memenuhinya.
Ketika Si Kecil berbicara, lakukan ini:
- tunda dulu kesibukan yang Ayah lakukan,
- singkirkan gadget,
- posisikan dirimu sejajar dengannya,
- tatap matanya dengan lembut, dan
- berikan respon setelah ia selesai berbicara.
Dengan begitu, ia akan merasa dihargai dan semakin sayang sama Ayah. Cara ini juga dapat Ayah lakukan ketika mengoreksi perbuatan Si Kecil, lho.
Memandikan anak
Jika anakmu masih bayi, sesi mandi merupakan kesempatan emas bagi Ayah untuk lebih dekat dengannya. Selain menjalin interaksi, Ayah juga dapat memberikan stimulasi pancaindra ketika memandikan bayi. Misalnya, ketika menyanyi, bersenandung, dan mengajak bicara, Ayah memberikan stimulasi pendengaran pada Si Kecil. Begitu juga saat kalian berpandangan satu sama lain, ia akan mendapatkan stimulasi penglihatan.
Menciptakan permainan DIY untuk anak
Para ayah biasanya kreatif dalam menciptakan permainan menyenangkan untuk anak-anak. Contohnya, membuat terowongan dari kardus, ayunan dari ban atau hammock, atau perosotan dari matras. Anak-anak saya sih, selalu antusias ketika suami membuatkan ragam permainan tadi untuk anak-anak. Apalagi, permainan tersebut khusus diciptakan sang ayah untuk mereka.
Melakukan aktivitas fisik bersama
Tahukah, Ayah, menurut penelitian ParticipACTION, lembaga swadaya masyarakat di Kanada, anak usia balita membutuhkan kegiatan fisik paling sedikit 180 menit sehari. Nah, kalau Ibu sudah kelelahan mengurus tugas-tugas rumah tangga maupun anak, tak ada salahnya bila Ayah yang memenuhi kebutuhan tersebut. Kegiatan fisik yang Ayah bisa lakukan bersama buah hati seperti bermain bola, menemaninya naik sepeda, mendampinginya bermain perosotan di taman, dan sebagainya.
Mencuci kendaraan bersama
Setiap anak pasti suka bermain air ya, Ayah! Manfaatkan kesukaan Si Kecil itu untuk mengakrabkan diri dengannya. Misalnya dengan melibatkan buah hati dalam rutinitas mencuci motor atau mobil kesayangan Ayah.
Menurut Presiden Yayasan Montessori Tim Seldin, sebagian besar anak ingin membantu pekerjaan rumah tangga agar merasa berguna dan lebih dewasa. Dengan memberikan kesempatan pada Si Kecil untuk membantu Ayah, ia akan memiliki rasa bangga terhadap dirinya. Ini karena ia berperan dalam menjadikan kendaraan kesayanganmu lebih kinclong.
Meski mungkin Ayah harus bekerja dua kali, ingatlah bahwa kegiatan ini dapat menanamkan rasa tertib dan pemecahan masalah pada diri Si Kecil, lho.
Berkeliling kompleks perumahan
Ayah memiliki waktu yang sangat terbatas untuk bercengkrama dengan Si Kecil? Jangan khawatir. Sepulangnya Ayah dari kantor atau saat hendak berangkat kerja, cobalah luangkan waktu 15 menit saja untuk berkeliling kompleks perumahan dengan Si Kecil. Kamu bisa mengajaknya naik motor atau mobil bahkan berjalan kaki. Ajak ia mengamati lingkungan sekitarnya seperti kucing yang melintas atau burung yang hinggap di pepohonan. Ayah juga bisa membuat permainan seru dengan memintanya untuk menunjuk hal-hal yang ada di sekitar kalian.
Kalau #MillennialDads punya cara apa lagi agar lebih dekat dengan anak?
Referensi lain: Membesarkan Anak Hebat dengan Metode Montessori oleh Tim Seldin
(Febi/Dok. Shutterstock)