Metode Montessori belakangan menjadi tren di kalangan orang tua. Sebenarnya apa sih, Montessori itu? Untuk berkenalan dengan Montessori, sebaiknya Ibu mengetahui dulu latar belakang munculnya metode ini dan sosok penggagasnya.
Montessori berbekal ilmu teknik dan kedokteran
Nama montessori diambil dari Dr. Maria Montessori, seorang wanita Italia pertama yang menjadi dokter. Sebelum melanjutkan studi kedokteran di Universitas Roma, ia menempuh pendidikan teknik di Regio Istituto Tecnico Leonardo da Vinci. Pengalaman mendalami ilmu teknik pun kelak menjadi bekal Maria mengembangkan berbagai jenis aparatus yang menunjang metode pembelajarannya.
Usai lulus dari fakultas kedokteran, Maria melanjutkan penelitiannya di klinik kejiwaan universitasnya, lalu menjadi asisten sukarela di sana. Salah satu tugasnya adalah mengobservasi anak-anak dengan keterbelakangan mental di rumah sakit jiwa.
Terinspirasi oleh anak-anak berkebutuhan khusus
Suatu ketika Maria mendapati anak-anak di sebuah bangsal yang memainkan remah-remah makanan ke dalam mulut mereka.
“Seseorang berkata pada Maria, ‘lihat anak-anak itu. Mereka rakus sekali, sudah kenyang, tapi masih saja memain-mainkan makanan ke mulutnya’,” jelas Diploma Montessori Jenny Amar saat memberikan pelatihan Montessori di Sunshine Teacher’s Training, Cempaka Putih, Jakarta.
Montessori menangkap ada hal yang salah mengenai cara rumah sakit jiwa di sana menangani anak-anak tersebut. Menurutnya, mereka berperilaku demikian lantaran kekurangan dan membutuhkan stimulasi. Ia juga memperhatikan bangsal tempat mereka tinggal tanpa hiasan apapun juga tidak berwarna.
Sampai akhirnya Dr. Maria tergerak untuk menciptakan sistem pendidikan khusus anak-anak penyandang disabilitas. Ia juga mendirikan sekolah khusus untuk melatih para guru dalam mendidik anak-anak dengan keterbelakangan mental. Selama dua tahun di sekolah ini, ia mengembangkan metode dan material yang kemudian ia adaptasi untuk mendidik anak-anak normai pada umumnya.
Perubahan di Casa dei Bambini
Di Casa dei Bambini (rumah anak), Montessori menerapkan metode yang digagasnya. Tempat penitipan anak-anak yang belum bersekolah ini terletak di sebuah perkampungan miskin Roma.
Di sana, Maria berhasil mengubah anak-anak yang sebelumnya berperilaku agresif menjadi ramah dan sopan. Ia mengajarkan cara menyelesaikan pekerjaan sehari-hari pada anak yang lebih besar, merawat sekolah, membantu menyiapkan makanan, serta memelihara kebersihan lingkungan.
Mendorong kemandirian pada anak balita
Montessori pun menyadari bahwa anak-anak usia tiga dan empat tahun sangat senang mempelajari keterampilan hidup sehari-hari. Ia juga menyiapkan furnitur dan perlengkapan makan seukuran anak agar mereka dapat melakukan apapun sendiri.
Yap, metode Montessori memang mendorong kemandirian pada anak. Bahkan di kelas-kelas sekolah Montessori, anak-anak selalu ditanyai 1) keinginan untuk mencoba mengerjakan sebuah tugas atau tidak, 2) kebutuhan akan bantuan, atau 3) kesiapan mereka untuk mengerjakannya.
Anak diperlakukan dengan hormat
Maria Montessori percaya, anak-anak belajar dengan kecepatan langkah mereka masing-masing. Karena itulah, setiap anak dalam sebuah kelas Montessori mengerjakan hal berbeda-beda. Tak seperti sekolah pada umumnya yang menyeragamkan materi pembelajaran siswa dalam sebuah kelas.
Dalam metode ini, anak harus diperlakukan dengan hormat, tanpa paksaan, dan didorong untuk mencoba keterampilan baru. Dengan begitu, mereka lebih siap belajar untuk melakukan berbagai hal bagi dirinya sendiri.
Untuk mengenal lebih jauh tentang Metode Montessori, kamu bisa membaca artikel Prinsip-prinsip Montessori dalam Pengasuhan.
Referensi:
- Membesarkan Anak Hebat dengan Metode Montessori oleh Tim Seldin
- “Maria Montessori Through the Seasons of the Method” oleh Paola Trabalzini pada The NAMTA Journal
- Maria Montessori oleh Rita Kramer
(Febi/ Dok. Pinterest)