“Wah senang ya punya anak kembar?”
Pertanyaan itu pasti dihampiri banyak orangtua yang punya anak kembar. Padahal mengasuh dua anak berumur sama sekaligus itu tidak mudah lho. Ada banyak tantangan serta keseruan yang mesti dihadapi dengan kasih sayang dan tentunya kesabaran.
Resiko lahir prematur
Menurut dr. Benny Johan Manurung, Sp. OG., ibu yang mengandung bayi kembar berpotensi melahirkan secara prematur. “Saat hamil kembar, berat plasenta dan volume air ketuban lebih besar. Jadi beban rahim pun makin berat dan ibu beresiko melahirkan lebih awal,” ujar dokter yang praktek di RSIA Asih ini.
Kelahiran prematur seperti inilah yang dialami Devi, ibu dari Cla dan Cal. Anak kembarnya lahir secara normal di usia 32 minggu, dengan berat badan 1,7 kilogram dan 1,8 kilogram. Tantangannya di awal kelahiran, Devi harus menemani anak-anaknya dirawat dalam inkubator selama 10 hari.
Menyusui sepanjang waktu
Setelah anak kembarnya lahir, Devi mulai memenuhi kebutuhan ASI si kembar. Bagi dia, menyusui jadi proses yang cukup menantang.
“Waktu saya rasanya habis buat nyusuin dan nyusuin. Kadang kalaupun yang satu sudah nyusu, eh saudaranya mau ikutan nyusu lagi, jadi sering barengan menyusuinya,” cerita Devi pada Parentalk.
Perjuangan Devi mengASIhi si kembar dilakukan sampai anak-anaknya berusia 6 bulan. Kemudian dia mulai memberi tambahan susu formula dan MPASI untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka.
Hebohnya mengasuh si kembar sendirian
Awalnya, Devi memutuskan untuk mengasuh si kembar hanya berdua dengan suaminya, tanpa bantuan pembantu atau suster. Ia benar-benar ingin mengurus anaknya sendiri.
Keputusan itu membuat dia harus ekstra perhatian, khususnya saat si kembar mulai belajar berjalan. Saat Cla berjalan ke kiri, saudaranya Cal malah ke kanan. Padahal saat itu cara jalan mereka masih belum stabil.
Anak-anaknya pun jadi sering jatuh dan terbentur. Akhirnya saat si kembar berusia satu tahun, Devi mulai mempekerjakan suster. Dia merasa perlunya bantuan orang lain untuk mengawasi anak-anaknya.
Meski kembar, mereka tidak bisa dibandingkan
Sejak kelahiran si kembar, Devi sadar kalau dia harus membagi perhatian secara adil. Karena walaupun kembar keduanya punya karakter masing-masing.
Perbedaannya mulai dari hal sederhana seperti kegiatan makan. Meski kembar identik, pola makan si kembar ternyata berbeda. Cla butuh waktu lama untuk makan, sementara Cal lebih gampang lapar dan bisa menghabiskan makannya dalam waktu cepat.
Keunikan ini juga terlihat dari kepribadian mereka. “Karakternya beda banget. Dede pemberani dan jutek, kakak cengeng tapi lebih ramah. Karakternya saling mengisi. Jadi dari awal saya selalu menanamkan kalau mereka itu beda,” jelas Devi.
Satu sakit, yang lain ikut sakit
Kondisi ini terjadi pada kebanyakan anak kembar, terutama kalau mereka sedang mengalami sakit yang menular seperti batuk dan pilek. Tantangannya sebagai orangtua harus sabar dan telaten mengurus dua anak. Apalagi biasanya saat sakit anak jadi lebih rewel dan butuh perhatian ekstra.
Dua anak, dobel-dobel keperluannya
Punya dua anak dengan usia yang sama, membuat orangtua dari anak kembar harus menyiapkan banyak hal dengan jumlah yang dobel. Mulai dari pakaian bayi, botol susu, peralatan makan, mainan dan banyak lagi. Tujuannya supaya anak tidak berebutan dan agar mereka merasakan privasi masing-masing.
Selain benda-benda tadi, orangtua dari anak kembar juga mesti menyiapkan biaya dobel untuk memenuhi kebutuhan si kembar. Saat persalinan, biasanya rumah sakit akan menghitung tambahan biaya untuk perawatan bayi kembar.
Kemudian seiring usia si kembar, orangtua juga mesti menyiapkan biaya tambahan untuk vaksinasi, cek rutin ke dokter dan keperluan lain. Jadi, orangtua mesti lebih semangat kerja dan menabung deh.
Walau menantang, punya anak kembar itu menyenangkan. Rumah kamu bakal ramai dengan suara si kecil dan tingkah mereka berdua yang lucu. Nah, biar tidak stres, baca juga Tips Mengasuh Anak Kembar Biar Seru dan Menyenangkan ya.
(Dyah/ Pixabay)