Elisa Oktaviana alias Icha tak menyangka, orang Turki punya budaya merokok yang kuat. Di sana, kebiasaan merokok tak memandang usia maupun gender juga lokasi.
“Ibu-ibu, bapak-bapak, nenek-nenek, kakek-kakek di taman bermain juga merokok sambil jagain bocah. Lha, di rumah sakit, dokter dan suster pada merokok di taman. Begitupun anak-anak SMP juga cuek merokok di lingkungan sekolah karena guru-gurunya juga begitu,” jelas Icha kepada Parentalk.
Serba salah, begitu yang dialami Icha, ibunda Kaan (17 bulan) selama ikut sang suami bermukim di Turki. Upaya menghadirkan lingkungan bebas asap rokok menurutnya sangat sulit.
“Kalau di rumah mertua, Kaan selalu sakit. Selain udara dingin, papa mertuaku juga perokok berat. Bajunya pasti bau rokok. Kalau merokok di balkon, sebagian asapnya ada aja yang masuk ke rumah. Nah, ia paling senang main sama Kaan, tapi enggak ganti baju kalau habis merokok,” tambah Icha.
Asap rokok mengganggu sistem imun
Lingkungan yang dikelilingi perokok membuat Kaan didiagnosis menderita bronchitis. Ia bahkan sempat menjalani terapi nebulizer selama dua minggu. Penyakitnya masih kambuhan, terutama saat musim dingin seperti sekarang ini yang menurut Icha memperparah kebiasaan orang Turki untuk merokok.
Dokter Spesialis Anak Yulianto menjelaskan, secondhand tobacco smoke atau asap rokok tangan kedua dapat mengiritasi dan menyebabkan radang pada paru-paru sehingga memperbesar potensi penyakit pernapasan akut.
“Asap rokok akan memengaruhi alveolus yang menjadi tempat pertukaran oksigen di paru-paru, fungsi bulu getar yang bertugas mengeluarkan lendir dari saluran napas, juga makrofag yang berfungsi melindungi saluran napas dari benda asing, virus, dan bakteri, ” jelas dokter yang akrab disapa Anto ini kepada Parentalk.
Dengan kata lain, asap rokok dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dalam saluran pernapasan, tak terkecuali pada perokok pasif.
Dampak jangka pendek dan panjang
Keseharian si kecil yang kerap terpapar asap rokok pun memicu dampak kesehatan jangka pendek maupun panjang. Bahkan, paparannya juga dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Menurut buku What to Expect the First Year oleh Heidi Murkoff dan Sharon Mazel, anak yang sering terpapar asap rokok berisiko mengalami hal sebagai berikut.
Kolik
Beberapa studi menunjukkan bahwa ibu yang merokok selama atau setelah kehamilan cenderung memiliki bayi dengan gangguan kolik. Yakni, bayi rewel dan menangis konstan minimal selama tiga jam karena adanya gas yang sebabkan rasa tak nyaman pada perut si kecil. Bayi juga rentan mengalami kolik bila ibu menjadi perokok pasif.
Rentan terkena penyakit
- Anak yang sering terpapar asap rokok rentan terkena penyakit otitis media akut atau infeksi telinga yang dapat sebabkan gangguan pendengaran.
- Bayi yang menjadi perokok pasif maupun perokok tangan ketiga (seperti menghirup residunya pada pakaian perokok) akan lebih sering sakit ketimbang anak-anak dari keluarga bebas rokok. Mereka rentan terhadap asma, radang amandel, infeksi pernapasan (common cold, flu, dan bronkiolitis) juga infeksi bakteri maupun virus berbahaya lainnya.
- Penyakit menyerang tubuh si kecil lebih lama bila ia kerap terpapar asap rokok.
- Anak-anak yang menjadi perokok pasif juga memiliki risiko mengidap kanker paru lebih tinggi.
Sindroma kematian bayi mendadak
Risiko lain yang sangat berbahaya adalah SIDS atau sindroma kematian bayi mendadak. SIDS sendiri merupakan penyebab utama kematian bayi di bawah enam bulan.
Dampak kecerdasan dan perilaku
- Anak-anak dari perokok juga mencetak skor yang lebih rendah pada tes kemampuan penalaran dan kosakata.
- Anak-anak yang melihat orang-orang terdekatnya merokok cenderung menjadi perokok juga, dengan berbagai risiko serius yang bisa memperpendek masa hidup mereka nanti.
Jangan sepelekan residu rokok
Dokter Anto mengungkapkan betapa berbahayanya thirdhand smoke atau asap rokok tangan ketiga. Yakni, residu nikotin dan zat kimiawi lainnya yang tertinggal pada pakaian atau permukaan lainnya di area merokok. Residu berbahaya ini menempel pada karpet dan dinding meski asap rokok sudah menghilang.
Berdasarkan artikel Cleveland Clinic berjudul “5 Dangers of Thirdhand Smoke-Especially to Children, Non-Smokers” yang disodorkan dr. Anto kepada Parentalk, asap rokok tangan ketiga berkemungkinan menjadi penyebab kebanyakan kasus kanker paru belakangan ini. Pasalnya, para peneliti menemukan semakin banyak kasus kanker paru yang tak berkaitan dengan paparan langsung asap rokok. Fatalnya lagi, menurut dr. Anto, kanker paru stadium lanjut akan sulit disembuhkan.
Selain itu, anak-anak berkemungkinan besar menjadi korban asap rokok tangan ketiga karena mereka kerap bersentuhan langsung dengan lantai, pakaian, atau objek lainnya di dalam rumah dalam keseharian mereka.
Mencegah anak dari kepungan asap rokok
Bagi Icha, rasanya mustahil mengubah kebiasaan kebanyakan masyarakat Turki yang sudah kecanduan rokok. Namun, ia selalu berusaha keras menjauhkan Kaan dari paparan asapnya.
“Aku sebisa mungkin mengurangi main di area yang banyak perokoknya. Pernah sekali ngusir cewek yang merokok. Selebihnya pasang muka jutek sambil nyindir, ” cerita Icha kepada Parentalk.
Sementara bagi orang tua yang ingin menegur perokok di kawasan bebas rokok, ada lho, peraturan pemerintah terkait pembatasan kegiatan merokok yang bisa dijadikan acuan maupun pegangan.
Berdasarkan Pasal 115 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kawasan tanpa rokok antara lain:
- fasilitas pelayanan kesehatan;
- tempat proses belajar mengajar;
- lokasi anak bermain;
- tempat ibadah;
- angkutan umum;
- tempat kerja; dan
- tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Orang yang terbukti melanggar kawasan tanpa rokok diancam pidana denda paling banyak Rp 50.000.000.
Bila orang tua adalah perokok
Nah, bila kamu atau pasangan justru menjadi perokok aktif, simak baik-baik pesan dari dr. Anto berikut ini.
- Dengan tidak merokok, Anda mengurangi risiko kanker paru.
- Bila Anda merokok, Anda merugikan diri anda dan orang-orang sekitar.
- Kita akan menjadi lebih berguna saat sehat dan tidak membuat orang lain sakit.
- Keputusan berhenti merokok tak hanya menjadikan buah hati lebih sehat, tapi juga membuatnya berumur lebih panjang.
Selain itu, orang tua yang lebih sehat dan bahagia tentunya hadiah paling berharga bagi si buah hati, bukan?
(Febi/Dok. Pixabay)
1 comment