Parents pasti akrab dengan istilah puber kedua, di mana seseorang yang berada di usia midlife crisis yaitu sekitar 40-an dianggap kembali bersikap seperti ‘remaja’. Namun ternyata, dalam tahap perkembangan psikologis istilah puber kedua ini nggak dikenali alias nggak ada.
Banyak yang cerita nih sama Mammin, ada yang khawatir takut pasangannya masuk masa puber kedua, atau malah ada yang mewajarkan perselingkuhan karena menganggap pasangannya sedang puber kedua ini.. Waduhh..
Mengkhawatirkan banget ya kedengarannya. Untuk menjawab keresahan ini, Bumin meminta penjelasan psikolog klinis Nuran Abdat M.Psi., Psikolog, yaa.
Meskipun istilah puber kedua nggak ada dalam psikologis, biasanya usia sekitar 40 tahun atau midlife crisis mulai mencari media hiburan atau rasa kepuasan yang baru. Bisa juga dibilang, melampiaskan kebosanan dengan cara yang kurang tepat.
Biasanya sih ya, ketika menginjak usia sekitar 40 tahun, kehidupan cenderung sudah mulai membaik. Dilihat dari segi pekerjaan, pasangan, bahkan kehidupan. Namun, bisa juga masih merasa kurang puas dengan hidupnya atau pencapaiannya.
“Mereka lebih mencari tantangan baru, kerap kali terjadi pada mereka yang bingung mau melakukan apa lagi? Jadi tantangannya dalam ranah yang salah, akibat rasa bosan ini justru mengarahkan ke perilaku coba-coba, ingin melakukan tindak-tanduk yang nggak tepat,” jelas Mbak Nuran.
Pada dasarnya mereka yang dianggap puber kedua, merasa nggak puas sama apa yang telah dialaminya. Misalnya nggak puas sama masa lalu, pasangan, ataupun kehidupannya. Sampai pada akhirnya mereka mencari jalan pintas atau jalan keluar yang kurang tepat.
“Nggak selalu kondisi kehidupannya stabil ada juga yang merasa fase kehidupannya kurang memuaskan. Biasanya, walaupun nggak semua akan selingkuh, mereka merasa butuh melengkapi ketidakpuasannya di masa lalu atau pencapaiannya kini. Ternyata lari ke ranah yang nggak tepat yaitu selingkuh, judi, flirting, prostitusi,” jelasnya.
Hmm… jadi memang kebanyakan mereka yang berada di midlife crisis dan merasa nggak puas dengan apa yang telah dicapainya ataupun dimilikinya, kebanyakan dari mereka melakukan perselingkuhan. Walaupun tetep ya, nggak semuanya kayak gitu, lho.
Orang yang disebut-sebut puber kedua ini biasanya dikarenakan perlu pengakuan. Ketika mereka sadar dalam ranah hubungan ternyata ada yang belum ‘terisi’, maka hormon adrenalin bekerja untuk menciptakan rasa menggebu-gebu. Mereka berpikir, ketika bertemu pasangan yang lain itu bisa menjadi poin lebih untuk melengkapi.
Lantas, gimana dong cara menghadapi pasangan yang lagi midlife crisis atau terlihat seperti puber kedua?
Menurut Mbak Nuran, kalau kita rutin merawat hubungan bahkan hingga sampai lansia, kecenderungan untuk memaknai midlife crisis itu puber kayaknya nggak akan ada. Bisa begitu karena mereka punya konsep gambaran yang nyata. Punya pasangan yang mereka cintai, senang melakukan apapun sama pasangan, merasa dirinya utuh, penuh, dan puas yaitu dari pasangannya.
“Jadi sebelum usia 40-an tadi, dia udah mencapai apa aja. Semakin kurang semakin dia merasa tertantang untuk coba-coba. But anyway, banyak ‘kan usia 20 sampai 30-an masih ‘mencoba’,” jelasnya.
Meski begitu, jangan sampai kita mewajarkan adanya perselingkuhan karena midlife crisis atau yang dikatakan puber. Ini pertanda mereka nggak mau kerja sama dan nggak cukup dewasa dalam menghadapi hubungan, jadi masalahnya tetap di mereka bukan pasangannya.
So, Parents, sudah tercerahkan ya mengenai puber kedua? Kenyataannya tahap puber kedua nggak ada dalam dunia psikologis, orang yang melakukan itu karena nggak ada kepuasan dalam dirinya sehingga mencoba hal baru yang lebih menantang, tetapi cenderung ke arah negatif.
Untuk mencegah pasangan mengalami yang disebut puber kedua, kita perlu merawat hubungan pernikahan. Mammin pernah bahas di sini ‘Kiat Merawat Pernikahan Agar Selalu Lengket dan Awet’.
Ingat, seandainya pasangan selingkuh (amit-amit ya). Ini bukan salah kita, memang mereka nggak cukup dewasa untuk berada dalam suatu hubungan 🙂