Satu yang cukup fundamental untuk menghadapi berbagai hal, terlebih hal tersebut menyangkut ke kesehatan keluarga, khususnya anak-anak: jangan panik.
Percaya atau tidak, kalau kita panik – semesta juga akan mendukung kepanikan tersebut.
Bicara soal kesehatan, akhir-akhir ini, dunia tengah ramai membicarakan penyakit menular lainnya. Kekhawatiran yang tercipta, hampir seperti saat Covid-19. Tetapi, banyaknya isu sosial yang juga berkembang pesat, penyakit menular ini mengambang begitu saja.
Tetapi, tidak membuat kita lengah, ya. Mengambang atau terkesan landai, tidak membuat kita tidak peduli dengan hal ini. WHO atau Badan Kesehatan Dunia telah menetapkan Mpox sebagai PHEIC atau Public Health Emergency of International Concern, singkatnya darurat kesehatan.
Mpox, disinyalir berpotensi untuk menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Eh, sudah panjang lebar seperti ini belum sapa Parents, ya. Halo Parents, apa kabar semuanya? Semoga selalu dalam kesehatan yang baik dan segala urusannya diperlancar dan dipermudah ya. Amin.
Parents, tentu kita semua sudah mengetahui isu Mpox ini. Sebagian dari kita mungkin mengetahui hal ini dengan istilah lainnya, yaitu cacar monyet. Cacar monyet disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV).
Nah, bahasan kali ini akan mengulas tentang cara penularannya dan gejalanya. Untuk mengetahui selengkapnya, sila simak bahasan kali ini sampai selesai ya, Parents.
Cara Penularan Mpox
Dilansir dari Kumparan, Dokter Spesialis Anak Dr. Reza Abdussalam, Sp.A, mengungkapkan bahwa Mpox mempunyai cara penularan yang mirip dengan penyakit menular lainnya, yaitu terjadinya kontak langsung antara satu orang ke lainnya.
Dr. Reza menyebutkan Mpox menyebar melalui orang ke orang. Baik kontak tatap muka, kulit ke kulit atau bahkan mulut ke mulut, termasuk kontak seksual. Singkatnya, Mpox bisa menular dengan kontak langsung.
Jadi, tidak menular jika tidak kontak langsung?
Parents, perlu kita ketahui bersama bahwa Mpox juga dapat menyebar melalui kontak tidak langsung. Seperti bergantian pakaian, handuk, benda-benda elektronik, bahkan tempat tidur.
Sehingga, salah satu langkah preventif untuk memperkecil penularan Mpox adalah karantina mandiri. Mungkin, kita akan terasa jenuh atau tertekan saat mengetahui karantina adalah salah satu langkah preventifnya, seperti Covid-19.
Tetapi, langkah tersebut adalah salah satu langkah yang tepat.
Lalu, Bagaimana Gejala Mpox?
Parents, perlu kita ketahui bersama bahwa virus Mpox mempunyai masa inkubasi. Rata-rata masa inkubasi tersebut mulai dari 5 hari sampai 21 hari – sampai timbulnya gejala. Dengan jarak seperti itu, mungkin kita tidak akan merasa terpapar dan masih terasa baik-baik saja.
Sehingga, ada beberapa gejala awal yang bisa kita telaah bersama, seperti:
- Demam
- Nyeri otot
- Nyeri kepala
- Kelelahan
Dari gejala yang sudah disebutkan, terbaca seperti gejala umum terhadap penyakit lainnya ya. Tetapi, tentu gejala ini membawa beberapa perbedaan. Salah satu perbedaan yang signifikan dan begitu terlihat daripada penyakit menular lainnya adalah adanya pembesaran kalenjar getah bening pada leher, ketiak, atau inguinal serta selengkangan.
Mpox, orang-orang yang terinfeksi virus ini akan mendapati ruam setelah tiga hari demam. Ruam ini diawali dengan bercak merah. Bercak kemerahan ini akan diikuti dengan munculnya vesikel yang terisi air atau nanah.
Vesikel ini setelah 2 sampai 4 minggu kemudian akan berakhir menjadi krusta.
Parents, salah satu tanda-tanda umum adalah ruam-ruam tersebut muncul di bagian wajah.
Jadi, Bagaimana Langkah Preventifnya?
Selain karantina atau isolasi diri, beberapa langkah preventif lainnya yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan diri dan juga menghindari kontak dengan orang lain yang sudah terpapar Mpox.
Mungkin kita bisa mengingat langkah preventif saat Covid-19, kurang lebih bisa diterapkan kembali.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah membekali diri dengan mengonsumsi asupan-asupan yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Imunitas yang terjaga bisa membentengi Parents dan keluarga dari risiko Mpox.
Dr. Reza juga menyebutkan bahwa perlu sekali untuk lapor ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan monitoring dan pendataan. Lalu, apakah ada vaksin untuk Mpox?
Parents, vaksin khusus Mpox sebenarnya sudah ada dan diberikan pada individu berisiko tinggi. Tetapi, catatannya adalah soal ketersediaan. Secara global ketersediaan vaksin Mpox masih terbatas.