Mungkin hal ini sepele untuk sebagian orang tua, tetapi ternyata mempunyai dampak jangka panjang yang luar biasa.
Bercanda, baik secara fisik atau verbal, memang diperlukan untuk mencairkan suasana dan bahkan mempererat ikatan antara anak dan orang tua. Tetapi, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam kegiatan bercanda ini.
Salah satu yang utama adalah batasan.
Batasan dalam bercanda harus ada. Kita sebagai orang tua, mesti paham, mengerti, dan bisa menerapkan batasan-batasan dalam sebuah bercandaan. Sebentar, kenapa sih bercanda saja mesti ada regulasinya?
Jawaban sederhananya adalah agar tidak berlebihan.
Eh, sudah panjang lebar seperti ini tapi belum sapa Parents ya? Halo halo Parents, apa kabar hari ini? Semoga kita semua selalu dalam kesehatan yang baik, serta segala urusan kita diperlancar dan dipermudah, ya.
Dari judul dan prolog di atas, mungkin sebagian Parents masih bertanya-tanya apa yang akan diulas di bahasan kali ini?
Jadi begini Parents, beberapa waktu belakangan ini, banyak berita berseliweran yang menunjukan anak-anak yang mudah tersinggung, marah, atau bahkan menantang orang yang sedang bicara padanya – tidak luput bahkan orang tuanya sendiri. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, nih.
Salah satu hal yang ditemukan dari helicopter view PakDe Min adalah kegiatan bercanda. Seperti yang sudah disebutkan di prolog – kalau mungkin hal ini untuk sebagian orang tua adalah sepele, tetapi ternyata ada dampak jangka panjang yang menunggu di sana, lho.
Terlebih saat bercandaan ini, baik bentuknya verbal atau fisik, jika sudah berlebihan, maka salah satu efek jangka panjang yang akan kita terima adalah anak mengalami ODD.
Apa Itu ODD?
ODD dengan kepanjangan Oppositional Defiant Disorder adalah perilaku yang menunjukan anak mudah marah, berani berdebat, menantang, bahkan bisa balas dendam. Nah, salah satu trigger atau pemicu dari ODD ini adalah bercandaan.
ODD mempunyai beberapa tingkatan, seperti:
- ODD Ringan
- ODD Sedang
- ODD Berat
Bercanda yang berlebihan adalah hanya salah satu pemicunya saja. Lho, berarti ada yang lain?
Parents, percaya atau tidak – sesuatu yang berlebihan, biasanya mempunyai dampak. Dampak yang muncul cenderung buruk dan bisa jadi jangka pendek serta jangka panjang.
ODD, adalah salah satu dampak jangka panjangnya.
Lalu, bagaimana kita sebagai orang tua bisa tahu kalau anak mengalami ODD, ya?
Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan kepada anak untuk melihat apakah mereka mengidap ODD atau tidak, beberapa hal atau gejalanya seperti:
- Anak mulai sering mengekspresikan penolakan, disusul dengan perdebatan
- Mulai mengeksplorasi kelemahan dari sebuah aturan
- Berani untuk bicara keras, cenderung untuk melawan aturan yang ada
- Sulit untuk berteman, ada kecenderungan suka bertengkar karena hal sepele
- Sering cemas, jadi sensitif, dan mudah sekali kehilangan kesabaran
Jadi, Parents Harus Bagaimana?
Salah satu langkah yang cukup fundamental untuk Parents lakukan adalah berkaca. Melakukan intropeksi diri sendiri dan juga pasangan – apakah kita sebagai orang tua secara tidak sadar mencontohkan ke anak hal-hal seperti itu?
Dari berkaca, Parents bisa menemukan hal-hal yang terlalu keras dalam penerapannya. Misal, aturan yang begitu ketat, sering memberikan hukuman pada anak, atau bahkan tidak memedulikan anak.
Parents, ingat – anak adalah peniru ulung. Sehingga, apapun yang kita lakukan atau contohkan, mereka bisa dengan mudah mengikutinya.
Kemudian, langkah selanjutnya yang bisa Parents ambil adalah konsultasi ke para ahli. Dokter, Psikolog, atau bahkan Psikiater adalah deretan ahli yang bisa membantu Parents meredam ODD pada anak.
Berkonsultasi dengan para ahli akan membuat Parents menemukan cara yang tepat atau treatment yang cocok dengan karakter anak. Harapannya – Parents tidak dengan membabi buta malah terus-menerus menyudutkan anak karena kelakukannya.
Kita sebagai orang tua, pasti ingin yang terbaik untuk anak. Betul kan Parents?
Dengan penjelasan ini, harapannya kita semakin peka terhadap apapun yang terjadi dengan anak. Sehingga, kita bisa meminimalisir hal-hal yang tidak diingikan untuk terjadi, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.