Parents, ada banyak sekali alasan perceraian yang dialami pasangan suami istri. Bisa disebabkan oleh hal-hal yang melanggar dalam aturan pernikahan. Mulai dari nggak memberikan nafkah, nggak saling menghormati, sampai perselingkuhan.
Di balik kerusakan rumah tangga yang terjadi, ada istri ataupun suami yang memilih untuk bertahan. Meskipun berbagai macam kehancuran sedang dialami dan terjadi di depan matanya.
Kebanyakan dari mereka takut akan memiliki keluarga yang nggak lagi utuh, dianggap gagal dalam membangun rumah tangga, dan nggak jarang yang memilih untuk bertahan demi anak.
Parents, rasanya nggak ada orang yang mengimpikan pernikahannya berujung perpisahan. Namun apa daya, kita nggak bisa mengatur semuanya sesuai dengan keinginan kita. Terkadang ada banyak hal yang harus dikorbankan untuk hidup yang lebih baik, termasuk memutuskan bercerai.
Dilansir Live Science, terdapat penelitian yang menunjukkan, anak-anak dari orang tua yang kerap bertengkar namun tetap bertahan maka akan mengalami lebih banyak konflik ketika dewasa, dibanding anak-anak dari orang tua bercerai.
“Implikasi dasarnya, jangan tinggal bersama demi anak-anak kalau kita dan pasangan dalam konflik pernikahan yang tinggi,” ucap profesor Ilmu Keluarga dan Pengembangan Manusia, Constance Gager, dari Montclair State University di New Jersey, AS.
Perlu dicatat, bukan berarti anak dari orang tua bercerai artinya sangat lebih baik, mereka tentu memiliki masalah namun bisa diminimalisir dan dicegah. Dikutip Halodoc, pada beberapa kasus, perceraian yang baik nyatanya lebih disarankan dibanding mempertahankan rumah tangga yang buruk seperti adanya kekerasan, penuh konflik, sampai mengabaikan Si Kecil.
Perpisahan memang tidak pernah didambakan dalam hubungan tapi ada “hal baik” yang bisa didapat dari perceraian untuk anak, di antaranya:
Terdapat sedikit konflik
Parents bayangin nggak, kita dan pasangan sering bertengkar sampai teriak-teriak di depan anak. Pada saat menyakitkan seperti itu, kita jadi sulit untuk fokus dalam mengasuh anak. Berpisah dengan pasangan bisa membantu meredakan situasi buruk, anak nggak perlu lagi dapat emosi negatif dari orang tuanya dan bisa mengganggu kesehatan mentalnya.
Anak belajar kompromi mengenai kehidupan
Ketika orang tua memutuskan untuk berpisah, pasti menyakitkan bagi anak. Namun, itu adalah pilihan terbaik yang membuat anak belajar bahwa terkadang hidup itu butuh kompromi. Saat segala pertimbangan sudah dipikirkan dan nggak ada lagi yang dipaksakan, maka perpisahan menjadi keputusan yang baik untuk bersama.
Mendapat pola asuh terbaik
Di awal perceraian, kita merasa sedih dan terpuruk, namun itu semua akan terlewati dibanding kita hidup bersama orang yang terus membuat kita sakit. Menjadi orang tua yang bahagia memberikan dampak positif pada pengasuhan Si Kecil dan lebih fokus mengasuhnya, dibanding terus menangis dan terlihat sakit. Itu akan membuat anak ikut merasakan kesedihan yang ada.
Nggak semua anak merasakan konflik yang dialami orang tua karena berusia balita. Berbeda dengan anak yang sudah duduk di bangku sekolah, sudah bisa mengerti dan pasti akan merasakan ketidaknyamanan dari kondisi itu.
Berapapun usia anak, diri kita yang paling mengalami sulitnya menghadapi rumah tangga yang sudah diambang kehancuran. Semua orang tentu ingin punya rumah tangga yang utuh, namun apa boleh buat kalau sudah ‘ditampar’ kenyataan.
Bertahan dalam kekerasan rumah tangga, tetap bersikeras meski suami nggak menjalani kewajibannya, itu tentu sakit rasanya. Bila perasaan sakit sudah nggak terbendung, konflik terus-terusan terjadi, apakah dengan begitu kita akan terus merasa bahagia?
Nggak hanya untuk anak, perceraian bisa memberikan sisi baik untuk diri kita, kok. Ada banyak hal baik yang masih bisa kita dapatkan dari keputusan ini, seperti..
Melakukan pengembangan diri
Setelah kita terus terpuruk dalam kesedihan, kita akan masuk fase untuk kembali bangkit. Usai perceraian, kita akan berusaha untuk hidup lebih mandiri dan mengatasi tekanan kehidupan sehari-hari. Mulai dari mengembangkan keterampilan pribadi untuk menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Menghabiskan energi pada hal positif
Saat berada dalam pernikahan yang menyedihkan, energi kita habis untuk menghadapi hal negatif itu dan sering merasa kesedihan. Perpisahan membuat kita untuk mencurahkan seluruh energi untuk banyak hal positif, salah satunya dengan ingin memberikan yang terbaik untuk anak.
Mendapat kesempatan baru dalam hidup
Bertahan dalam pernikahan yang buruk terkadang membuat kita lebih aman karena tahu hidup kedepannya. Namun perceraian memberikan kita harapan yang diinginkan, harapan untuk bahagia, harapan menemukan orang lain untuk dicintai. Memberi kesempatan dalam diri kita untuk kembali menata hidup yang lebih baik.
Parents, memang nggak mudah untuk memutuskan bercerai. Pikirkan segalanya dengan matang, konsultasi pada psikolog ataupun konselor pernikahan untuk menghadapi masalah rumah tangga yang ada. Seandainya sulit diselesaikan dan harus berpisah, yakinlah kalau ini yang terbaik untuk kita, pasangan, dan anak-anak.
“Divorce isn’t such a tragedy. A tragedy is staying in an unhappy marriage”. -Anonymous