Parents, pernah bertanya-tanya, kenapa sih kita perlu mengenalkan emosi ke anak? Mungkin aja Parents menganggap kalau anak yang nangis, marah, teriak itu hal yang wajar pada anak kecil. Itu memang benar, tetapi kita perlu membantu anak untuk menamai emosinya dan cara meluapkannya dengan tepat.
Layaknya seperti orang dewasa, si Kecil juga perlu mengelola emosinya, sehingga anak mampu membangun keterampilan sosial-emosionalnya. Anak yang sadar dengan emosinya maka mudah bagi dirinya untuk memecahkan masalah, dan menenangkan diri.
Dalam jurnal ‘Children’s Emotional Development Is Built into the Architecture of Their Brains’ yang diterbitkan Harvard University, pada tahap awal anak belum mampu memproses perasaan menjadi sebuah bentuk ekspresi. Maka diperlukan pengasuhan yang sensitif dan responsif sedari dini membantu perilaku dan struktur otak anak.
Jadi kalau misalnya anak lagi merasakan marah, dia bisa mengungkapkan penyebab kemarahannya, terpenting anak menyalurkan emosi negatif itu dengan cara yang benar. Misalnya memeluk ayah/ibu, menyendiri di kamar, memukul bantal, yang gak merugikan dirinya maupun orang lain.
Terdapat 5 alasan yang penting yang perlu kita ketahui tentang mengenalkan berbagai macam emosi pada anak berdasarkan penjelasan psikolog klinis Angela Pruess.
Menormalkan perasaan untuk mengurangi kecemasan
Berbagai macam emosi pasti dirasakan setiap orang, namun bagi si Kecil ini bisa membuatnya stres dan merasa menakutkan. Berikan anak ruang untuk merasakan emosinya dan memvalidasi apa yang anak rasakan, kalau kita terus melawan apa yang dirasakan anak mereka akan sulit menghilangkan kecemasan yang gak semestinya.
Contohnya anak merasa marah banget saat mainannya rusak, lalu anak jadi meledak-ledak karena rasa marahnya. Cobalah untuk memvalidasi kemarahannya, menamai emosinya, dan memberikan cara meregulasi emosi.
“Adik sedih mainannya rusak, marah ya. Kamu merasa marah karena mainannya rusak. Adik bisa peluk ibu/ayah buat meredakan rasa marahnya atau sendiri dulu di kamar.”
Mengetahui emosi dapat meningkatkan kecerdasan emosional
Mungkin aja Parents mengharapkan anak bisa sabar, tenang, mengelola emosinya dengan cara yang baik. Maka langkah pertama yang dilakukan adalah membuat anak bisa mengidentifikasi emosinya.
Saat kita membiasakan menamai emosi anak dengan bahasa, anak lebih mampu menentukan apa yang sedang mereka alami. Memahami dan menyesuaikan emosi sangat penting untuk kecerdasan emosional.
“Kamu sedih ya, gapapa kalau sedih nangis aja. Mau ditemenin atau peluk boneka?”
“Rasanya deg-degan ya? Kamu gugup kalau mau tampil di depan kelas? Tarik napas dan buang pelan-pelan, ya.”
Anak yang mengerti emosi dapat memudahkan orang tua
Rasanya lebih mudah untuk meminta anak berhenti nangis saat sedang merengek. Masalahnya, kalau itu yang terus kita lakukan anak malah semakin meledakan emosinya. Anak gak mengerti cara menenangkan diri, gak mengerti apa yang sebenarnya dirasakan, dan sulit mengungkapkan perasaannya.
Kalau anak sudah merasa marah, sedih, dan lainnya lalu mereka tahu bagaimana mengelola emosi itu entah dengan memeluk orang tuanya, menyendiri di kamar, atau marah dengan cara yang wajar, itu akan memudahkan kita. Memang gak mudah tapi hasilnya bisa kita rasakan.
Membuat anak menjadi dirinya sendiri dalam versi terbaik
Bila anak memendam ataupun menekan perasaannya terlalu sering dan lama, maka sulit bagi anak untuk berkembang dengan penuh. Perasaan yang belum terselesaikan dalam waktu lama, dapat berisiko pada mental dan kepercayaan diri anak yang berfungsi pada kehidupan sehari-hari.
Dengan kemampuan anak dalam menyampaikan dan mengenali emosinya, anak bisa bersikap baik dalam versinya. Misalnya aja, anak sering merasa malu saat tampil di depan kelas, memahami itu dan mengetahui cara menghapi emosi tersebut, anak bisa melawan perasaan negatifnya dan percaya diri dalam menghadapi tantangan itu.
“Kamu kalau malu waktu baca di depan kelas, itu gapapa, biasa kok. Kamu bisa mengatur napas supaya gak deg-degan atau menekan jempol dengan jari lain.”
Kesehatan emosional sangat penting untuk kesehatan fisik
Sama kayak kita yang dewasa, kalau ada suatu hal yang bikin kita sedih, sakit hati, kecewa kita bisa gak napsu makan bahkan sampai jatuh sakit. Ketika ada perasaan yang belum terselesaikan kemungkinan besar muncul gejala tubuh sakit kepala, maag, atau tekanan darah tinggi.
Kelihatannya sederhana tapi sangat penting ya, Parents. Yuk, kita mulai memahami emosi anak dengan mengenalkan emosi dengan menamai emosinya dan memberitahu cara meregoluasi emosi yang dirasakan si Kecil saat itu. Dengan begitu, semoga kita menjadi tempat ternyaman anak dalam mengungkapkan emosinya 🙂