Mungkin jika pertama kali melihat anak tiba-tiba suka masukan benda ke mulut, kita sebagai orang tua akan kaget dan sontak akan langsung mengambil benda tersebut. Khawatir akan tersedak, tertelan, atau kekhawatiran yang lainnya, itu sudah pasti. Tapi, kenapa hal ini bisa terjadi, ya?
Halo Parents! Apa kabar hari ini? Semoga selalu sehat dan lancar-lancar saja segala urusannya, ya.
Dari judul dan prolog singkat di atas, kita akan mencoba menguak ada alasan apa ya di balik anak suka masukan benda ke mulut. Kita sebagai orang tua, pasti sedikit banyaknya ada rasa panik ketika tahu anak mulai memasukan benda ke mulut.
Kalau benda yang dimasukan ke mulut seperti makanan yang sesuai dengan umur anak, sepertinya tidak masalah ya. Akan menjadi masalah ketika yang masuk ke dalam mulut adalah mainannya, atau lebih buruk lagi benda-benda yang harusnya tidak masuk ke dalam mulut anak.
Kejadian ini kerap terjadi saat anak belum genap setahun. Seperti yang dilansir dari Kumparan, bayi yang belum berusia tujuh bulan, tangan dan jarinya belum bisa mengenali tekstur benda dengan baik. Walau sudah mulai bisa menggenggam, meremas, atau mengambil barang, tetapi si kecil belum bisa merasakan permukaannya.
Nah ini yang perlu kita ketahui bersama ya Parents – bibir dan lidah bayi memiliki kemampuan lebih dalam merasakan tekstur benda. Secara anatomi, mulut bayi memiliki lebih banyak ujung syaraf dibanding bagian tubuh yang lain.
Sehingga, hal inilah yang membuat bayi kerap memasukan benda yang ada di sekitarnya. Alih-alih terlihat berbahaya, bayi ingin menemukan tekstur atau rasa dari benda tersebut.
Poin tersebut adalah poin secara anatomi ya, Parents.
Lalu, ada poin lain yang sebenarnya sudah menjadi rahasia umum, nih, yaitu anak sedang tumbuh gigi. Pada fase seperti ini, bayi sedang mencoba untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan pada gusinya. Jadi, bayi tengah membutuhkan sesuatu untuk dikunyah.
Maka, benda-benda di sekitarnya menjadi target untuk masuk ke dalam mulut.
Lalu, apakah harus dilarang?
Kekhawatiran kita sebagai orang tua melihat anak memasukan benda ke dalam mulutnya adalah risiko sakit karena kontaminasi kuman. Maka dari itu, apakah aktivitas ini perlu dilarang?
Dilansir dari Klik Dokter, momen di mana anak kerap memasukan benda ke mulutnya disebut dengan istilah Fase Oral. Fase oral adalah di mana anak senang memasukan segala benda, mulai dari jari tangannya sendiri, dot, mainan, pakaian, selimut, atau apapun yang mudah dijangkaunya.
Parents, yang perlu kita ketahui bersama bahwa fase oral ternyata mempunyai peran penting untuk anak. Peran tersebut adalah membantu perkembangan ketrampilan di masa mendatang. Hal ini karena mereka tengah belajar dan eksplorasi lingkungan.
Kemudian, fase oral juga merupakan fase si kecil sedang membangun sistem kekebalan tubuh. Hal ini berkaitan dengan kontaminasi kuman ‘baru’ yang masuk dari mulut. Sehingga, tubuh akan mengadaptasi dan melindungi dari kuman tersebut nantinya.
Nah, jawaban untuk dilarang atau tidak dilarang adalah kebijakan dari Parents sendiri. Hal ini berkaitan dengan pengawasan yang dilakukan kita sebagai orang tua. Langkah fundamental yang bisa kita lakukan untuk anak di fase ini adalah menjauhkan barang-barang atau benda yang berbahaya dan beracun.
Apakah fase ini akan bertahan lama?
Selain melakukan pengawasan yang ketat untuk anak yang sedang gemar memasukan benda ke dalam mulut, ada beberapa lain yang perlu kita ketahui bersama lagi.
Seperti durasi dari fase ini berjalan. Walau nanti akan ada fase di mana anak tumbuh gigi dan rewelnya minta ampun, tetapi fase oral ini akan berangsur menghilang atau ditinggalkan oleh anak saat menginjak usia tiga tahun.
Hal ini cenderung dikarenakan oleh tangan si anak yang sudah bisa mengenali tekstur permukaan benda, sehingga tidak lagi perlu sensor dari mulut. Sebelumnya dijelaskan bahwa anak kerap memasukan benda ke mulut karena keingintahuannya tentang benda tersebut.
Semakin tumbuh dan usia yang bertambah, tentu kemampuan eksplorasi anak juga ikut berkembang, di mana anak akan melakukan eksplorasi dengan cara yang lebih luas lagi. Misalnya, anak sudah bisa untuk bare foot dan bermain di taman atau alat permainan yang sudah memicu daya konsentrasi dan komunikasinya.
Seiring berjalannya waktu, fase oral memang akan ditinggalkan. Nah, hal yang perlu kita sadari adalah ketika anak sudah tumbuh dan melewati fase oral, tetapi dia masih kerap memasukan benda asing ke dalam mulutnya, di waktu seperti inilah kita mesti memeriksakan anak ke dokter.
Hal ini bisa jadi di luar dari kebiasaan selesainya fase oral. Sehingga, perlu diketahui lebih dalam.
Nah, bagaimana nih Parents? Sudah cukup jelas ya dengan pemaparan di atas tentang anak yang kerap memasukan benda ke dalam mulutnya. Jika dirangkum, hal ini adalah langkah eksploratif anak, walau secara dewasa kita melihat hal ini bukan hal yang wajar.
Walau ini termasuk ke fase eksploratif, namun tidak berarti pengawasan kita sebagai orang tua kendur terhadap anak ya. Justru di momen atau fase seperti inilah kita harus menemani mereka untuk memberikan panduan di dalam eksplorasinya.
Panduan yang kita berikan tidak hanya bermanfaat bagi eksplorasinya, tetapi juga bermanfaat dalam membangun keselarasan antara orang tua dan anak.