Parents, kerap kali kita menghindari konflik pada anak. Kalau bisa, Si Kecil jangan sampai tahu ada masalah atau ribut-ribut kecil. Hmm.. ternyata mengenalkan konflik pada anak itu penting lho, tujuannya agar Si Kecil memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah.
Bumin pun juga awalnya berpikir yang sama, selalu ngumpetin atau menghindari Si Kecil dari berbagai macam konflik atau masalah. Mikirnya sih karena kasihan dan masih kecil aja gituu, eh ternyata kurang tepat juga ya, kalau kayak gitu caranya.
Setelah mendengar penjelasan dari psikolog anak Roslina Verauli, M.Psi.,Psi, bahwa anak itu perlu melihat adanya adu argumen di depan mereka, namun pastinya dengan catatan dan harus digaris bawahi, konflik itu bisa diselesaikan saat itu juga. Bukan suatu masalah besar yang butuh waktu lama untuk diselesaikan.
“Jadi Si Kecil lihat bagaimana kita menyelesaikan masalah. Bilang pada anak, bahwa Ibu dan Ayah lagi argumen. Kita kasih pilihan buat anak, kamu mau di sini atau kamu mau masuk kamar?” jelasnya.
Menurut Mbak Vera, biasanya anak-anak suka mau cari tahu apa yang terjadi sama orang tuanya. Bila anak masih cukup kecil, biasanya mereka akan kaget melihat orang tuanya konflik, terkadang Si Kecil akan menangis karena ketakutan. Maka butuh diselesaikan masalahnya, setelah itu tunjukkan bahwa Ayah dan Ibu baik-baik saja setelah ada argumen.
Selanjutnya, Parents jangan lupa untuk menanyakan perasaan Si Kecil, bantu dia menghadapi kebingungannya karena melihat orang tuanya konflik atau berbeda pendapat. Sehingga Si Kecil menjadi paham bahwa masalah harus diselesaikan agar keadaan bisa membaik.
“Orang tua butuh menunjukkan proses penyelesaian masalah di depan anak. Kemudian kasih konfirmasi ke anak bahwa sudah selesai, dan kita baik-baik aja. Kemudian bantu anak memahami apa yang dia rasakan. Itu penting banget,” katanya.
Harapannya dengan terbiasa melihat orang lain berargumen, Si Kecil jadi terlatih untuk menghadapi masalah perbedaan pendapat. Apalagi bertengkar dengan Kakak atau Adiknya, menurut Mbak Vera hal itu nggak masalah karena anak butuh dilatih dengan berbagai dinamika dalam keluarga. Bukan menunjukkan cara menghindari masalah.
Bumin bantu ingatkan lagi ya, argumen atau konflik yang bisa kita tunjukkan ke anak adalah masalah yang bisa diselesaikan saat itu juga, bukan masalah orang tua yang butuh waktu panjang penyelesaiannya.
Misal contohnya seperti ini, berargumen dalam memilih restoran untuk makan malam, konflik dalam pembagian tugas rumah tangga, atau mungkin perbedaan selera dalam menonton film. Jadi bukan masalah menghadapi perselingkuhan apalagi bertengkar hebat mengenai hubungan pernikahan.
Semoga cara ini bisa membuat Si Kecil tumbuh menjadi anak yang problem solver, ya! 🙂