Parents, memaafkan pasangan yang sudah selingkuh terasa berat, ya. Banyak sekali pertimbangan yang kita pikirkan untuk melanjutkan hubungan atau berhenti saja. Dibutuhkan waktu, proses, dan cara yang tepat agar kita benar-benar bisa legawa untuk menerimanya lagi.
Menurut psikolog klinis Nuran Abdat, M.Psi, memaafkan pasangan atau tidak, kembali lagi ke diri kita dalam memaknai hubungan, seperti apa komitmen hubungan yang diinginkan. Seandainya kita memilih untuk memaafkan, artinya kita perlu mengenali lagi pasangan kita.
“Apakah ada itikad dari kita terutama pasangan untuk belajar mengkomunikasikan kembali tentang perasaan dan kepercayaan? Makanya yang pertama butuh diperhatikan adalah kondisi hubungan kita, baik dari sebelum sampai sesudah perselingkuhan,” jelasnya.
Untuk Parents, yang sedang bingung dalam memaafkan atau tidak pasangan yang selingkuh, Bumin mau bantu menemukan jawabannya berdasarkan penjelasan psikolog. Mari kita simak 🙂
Apa yang membuat pasangan selingkuh?
Seandainya sebelum dan sudah terjadi perselingkuhan hubungan terus memburuk, nggak ada komitmen di antara pasangan dan kita, bahkan nggak ada upaya untuk memperbaiki, itu bisa menjadi red flag bagi kita untuk nggak melanjutkan hubungan.
Sebaliknya, ketika kita merasa hubungan masih bisa diperbaiki, komitmen masih sangat ada, kita dan pasangan merasa yakin bisa memperbaiki hubungan. Kemungkinan besar kita masih bisa melanjutkan hubungan dengan baik bersama pasangan.
“Jadi masih ada komitmen, perbaikan, usaha, itu monggo. Boleh kita coba untuk lanjutkan lagi hubungan yang sudah terjalin,” kata Mbak Nuran.
Apakah pasangan menunjukkan penyesalan?
Penyesalan yang ditunjukkan pasangan nggak hanya kata maaf. Kita bisa lihat apakah dia bisa mengutamakan kepercayaan, bisa lebih terbuka, jujur, komunikasi dua arahnya lebih enak dijalani.
“Kita butuh melakukan checklist terhadap sikap pasangan kita, ibarat kayak check in relationship untuk melihat bagaimana cara dia menunjukkan sikapnya setelah tragedi selingkuh,” ucapnya.
Salah satu contohnya bisa kita lihat dari keterbukaan pasangan terhadap kita, misalnya yang tadinya laptop atau hp selalu disimpan sekarang sudah nggak. Lebih mengutamakan kepentingan hubungan dan nggak ada lagi yang ditutupi.
Seandainya kita masih merasa curiga dengan pasangan, kita boleh bertanya pada pasangan apa yang membuat kita kurang nyaman atau bertanya-tanya. Misal dia mengangkat telepon di malam hari, bisa kita tanyakan begini, “Sayang, malam gini nelpon karena masih ada kerjaan atau gimana?”
Lalu, kita bisa lihat respons dia seperti apa.
Apakah kita siap untuk bisa percaya lagi?
Ketika kita mau memaafkan pasangan, berarti kita memberikan diri ini sudut pandang bahwa kita mau belajar lagi untuk bisa percaya pasangan, menilai pasangan dan diri kita lagi, lalu memperbaiki komunikasi dalam hubungan.
“Kita kenali lagi value dalam relationship ini. Misalnya menurut saya selingkuh ya tetap selingkuh, nggak mungkin bisa baik lagi. Nah, daripada dijalanin lagi kita jadi menyudutkan dia, masalah lagi, makanya kenali value kita dalam hubungan ini,” jelasnya.
Sebelum memutuskan untuk menerima kembali pasangan, kita harus saling jujur meski itu menyakitkan. Nggak ada lagi rahasia yang ditutupi, Menurut Mbak Nuran, yang membuat pasangan sulit memaafkan karena pasangan nggak mau jujur meski sudah ketahuan selingkuh.
So, Parents, kita tenangin lagi pikirannya yuk, tanya lagi pada hati dan pikiran, bisakah kita memberikan kesempatan kedua pada pasangan dengan pertimbangan yang sudah disebutkan oleh psikolog tadi? Hanya Parents yang tahu jawabannya 🙂