Saat si kecil menangis, Ayah atau Ibu mungkin bingung akan reaksi yang tepat. Apalagi, ketika ia menangis di depan umum. Di sisi lain, upaya mendiamkan tangisan buah hati setiap saat dapat berdampak pada perkembangan emosinya untuk jangka panjang sebagaimana telah dibahas pada artikel sebelumnya: Anak Menangis untuk Menyalurkan Emosi dan Pentingnya Membiarkan Anak Menangis. Kali ini Parentalk tak hanya membahas hal yang dilakukan saat anak menangis, tapi juga pantangannya.
Ungkapan untuk menenangkan anak secara umum
Ketimbang menolak perasaan yang dialami buah hati, Ayah atau Ibu bisa mengakuinya dengan menunjukkan empati seperti di bawah ini sesuai situasi dan usia.
“Enggak apa-apa kok, kalau kamu sedih.”
“Pasti kamu sulit menerimanya, ya.”
“Ayah/Ibu ada di sini untuk kamu.”
“Yuk, ceritakan ke Ayah/Ibu.”
“Ayah/Ibu mendengarkanmu, Sayang.”
“Pasti kamu merasa sangat sedih/kecewa/sebal/takut, (dan sebagainya) ya, (jelaskan peristiwanya).” Misal, “Pasti kamu sedih sekali ikan kesayanganmu mati.”
“Ayah akan membantu kamu memecahkan masalahnya.”
“Ibu tahu kamu butuh waktu menenangkan diri. Ayah/Ibu ingin berada dekat denganmu. Jadi, kamu bisa mendekat kalua kamu merasa siap, ya!”
“Rasanya enggak adil, ya…”
“Pastinya menakutkan ya, ketika kita tidak terbiasa dengan sesuatu. Tapi, kita akan menghadapinya bersama-sama. Ayah/Ibu janji akan memegang tanganmu erat-erat.”
Menyinggung kembali peristiwa yang dialami
Ayah dan ibu juga dapat menarik perhatian si kecil dengan menyinggung peristiwa yang membuatnya kecewa.
“Kamu sangat ingin mainan itu/es krim/ayah ada di rumah/pergi ke taman, ya.”
“Anak itu berteriak sampai membuatmu ketakutan.”
“Coba kita lihat lagi lutut/jarimu yang terluka.”
Menekankan batasan
Ayah dan Ibu juga dapat menekankan batasan pada situasi tertentu sembari mendengarkan ‘protes’ si kecil.
“Ibu enggak mau kamu menyakiti anak itu.”
“Ayah ingin kamu naik ke mobil sekarang.”
Tunjukkan harapan
Orang tua juga bisa mengingatkan si kecil bahwa ada harapan dari peristiwa yang dialaminya.
“Kamu bakal dapat cokelat lagi nanti. Sabar, ya.”
“Ibu yakin kamu dapat memecahkan masalah ini.”
“Ayah kembali lagi nanti, ya.”
“Ibu yakin kamu akan baik-baik saja dengan kaos yang kita kenakan.”
“Kita akan tetap bersenang-senang, kok.”
“Ini hanya sementara.”
Bila anak kamu masih berusia balita, Ayah atau Ibu dapat memberi nama perasaan-perasaan yang sedang ia alami. Dengan begitu, ke depannya ia memiliki kosakata untuk mengekspresikan diri.
Lewat ungkapan-ungkapan di atas, kamu juga menunjukkan pada buah hati arti dari rasa empati. Ia pun belajar untuk memperbaiki perilakunya dan lebih memilih untuk mengutarakan perasaannya.
Jangan lakukan ini saat si kecil menangis
Meski begitu, Ayah dan Ibu bisa juga tidak berkata apa-apa saat si kecil menangis. Terkadang nihilnya kata-kata diperlukan dan kenyamanan fisik atau kehadiran kamu sudah cukup bagi buah hati yang sedih.
Ada pula beberapa hal yang sebaiknya Ayah dan Ibu hindari selain berupaya mendiamkan si kecil ketika ia menangis.
Memperbaiki keadaan (“Kamu mau beli es krim, ya? Ya sudah, ayo kita beli sekarang.”)
Mencaci tangisannya (“Suara kamu mengganggu orang lain.”)
Jangan mengalihkan perhatiannya
“Lihat tuh, lucu banget baju yang dipakai anak itu.”
Ketika Ayah atau Ibu mengalihkan perhatian si kecil dari perasaannya terhadap hal yang tidak relevan, kamu akan melewatkan kesempatan untuk menjalin dan membantu mereka menata emosi, sebuah kemampuan yang ia perlukan di masa depan. Ayah dan Ibu juga akan menyampaikan pesan bahwa perasaannya tidak penting atau kamu kewalahan untuk menanganinya.
“Anak-anak perlu mengetahui bahwa orang tua mereka mampu menangani emosi mereka sehingga merasa aman dan mampu pula,” jelas Sara.
Jangan menghukum atau memberikan imbalan
“Kalau kamu tidak diam sekarang, kita pulang!”
Saat menangis, jangan pernah menghukum, mengancam, menyalankan, mempermalukan, atau menghakimi si kecil karena perasaannya.
Sementara bila orang tua justru memberikan imbalan, menurut Praktisi Pendidikan Anak Edy Wiyono alias Ayah Edy, sikap tersebut justru menghadiahkan anak atas perilaku buruknya.
“Kalau kamu diam nanti Ayah/Ibu belikan mainan.”
“Sejak saat itu juga, anak mempelajari bahwa permintaannya dapat dikabulkan dengan perlawanan yang gigih. Kejadian ini pun akan terus diulangi dan diujicobakan pada permintaan yang lain,” jelas Edy dalam bukunya, Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur: 37 kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk pada Anak.
Pastinya trik-trik tadi membutuhkan latihan ya, Ayah dan Ibu. Semoga usaha untuk berempati akan membangun ikatan yang lebih kuat di antara orang tua dan anak. Buah hati pun dapat belajar menata emosi dan lebih mudah mengutarakan perasaannya.
Referensi:
- Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur: 37 kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk pada Anak oleh Edi Wiyono
- “10 Things to Say Instead of ‘Stop Crying’” pada Happiness is here
- “20 Things To Say To Your Child Instead Of “Don’t Cry”” pada Huffington Post
(Febi/ Dok. Pixabay)