Parents, suka khawatir nggak sih kalau dengar berita tentang pelecehan seksual? Namanya naluri orang tua ya pasti langsung teringat anak. Jangan sampai deh hal itu menimpa si kecil. Amit-amit!
Hmm.. tapi kadang ada kalanya juga kita denial sih, kayak misalnya, “Ah, itu nggak bakal kejadian lah sama si Kecil”, “Masa sih orang yang kita kenal bisa begitu?” Tapi pada kenyataannya situasi terburuk sangat mungkin bisa terjadi.
Pelecehan seksual pada anak merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi lho, Parents. Menurut data Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) di tahun 2019 ditemukan sebanyak 350 perkara kekerasan seksual pada anak, jumlah ini meningkat 70 persen dibandingkan tahun lalu. Denger-denger setiap tahunnya juga makin meningkat 🙁
Perlu diingat lagi, angka tersebut dari yang sudah melaporkan, bisa jadi yang nggak melaporkan pelecehan seksual anak itu lebih banyak. Ya ampunn…
Pelakunya nggak cuma berasal dari pihak luar aja tapi ada juga dari pihak keluarga sendiri. Tindakannya macam-macam dari menyentuh area sensitif si kecil, ciuman, berhubungan seksual, memberikan tontonan pornografi, atau menunjukkan kemaluan.
Psikolog anak dan remaja Monica Sulistyawati, M.Psi pernah bilang, bayi dari lahir saja sudah bisa diberikan edukasi pendidikan seks. Memang sih, si Kecil nggak langsung paham tapi lama kelamaan itu akan terserap olehnya. Sehingga ketika ia sudah tumbuh, si Kecil sudah cukup paham mengenai bagian tubuhnya yang harus dijaga.
“Ini penis, untuk pipis tidak boleh sembarang disentuh, sembarangan digaruk nanti luka, nanti sakit, itukan sudah pendidikan seksual sejak dini,” begitu kata Ibu Monica, Parents.
Selanjutnya, edukasi seks yang diberikan bisa dengan sesuai umur, lho. Begini nih urutannya:
0-3 tahun —– Nice: Name it, Claim it, Explain
Parents harus menyebut anatomi tubuh sesuai nama biologinya termasuk alat kelamin seperti vulva dan penis. Nggak lagi ya menyebut dengan istilah-istilah lain, seperti burung, anu atau apalah, jadi nggak usah menganggap hal itu tabu yaa.
Lalu kita bisa jelaskan, kalau vulva dan penis nggak boleh dipegang oleh sembarang orang, nggak boleh juga terlihat oleh orang lain. Berikan pemahaman bahwa area tersebut adalah bagian privat, peraturannya sama walaupun dengan orang yang dikenal. Ini dikarenakan orang terdekat bisa menjadi pelaku pelecehan seksual anak.
“Ibu atau Ayah akan menyentuhnya saat mandi dan membersihkan tapi di waktu lain nggak ada yang boleh menyentuhnya, ya.”
Setelah itu mulai kenalkan perbedaan antara tubuh perempuan dan lelaki. Jelaskan juga proses yang dialami tubuh seperti kehamilan atau melahirkan. Cara ini bisa dikenalkan dari mainan, hard book, atau video edukasi. Pilih cara sederhana sebagai “perkenalan” untuk anak.
3-5 tahun —- Sesi tanya jawab
Saat si Kecil sudah lancar bicara dan rasa ingin tahunya tinggi, bisa jadi momen kita untuk mewadahi keingintahuannya. Perdalam lagi obrolan tentang anggota tubuh. Mulai terbuka soal seks, tapi nggak vulgar ya, Parents. Jangan sampai keceplosan lho..
Maksud soal seks di sini yang merupakan kebutuhan pribadi dan terjadi di rumah. Misalnya si Kecil nggak boleh tuh larian kemana-mana tanpa pakai baju atau celana. Kasih tahu alasannya kenapa, kalau itu aurat dan area privat. Tidak boleh diperlihatkan sembarangan maka tidak boleh juga disentuh sembarangan.
Satu lagi yang nggak kalah penting yaitu ajarkan si Kecil untuk keluar dari situasi yang tidak nyaman. Berani berkata tidak, berteriak, menjauh, atau menggunakan kode yang disepakati anak dan Parents, bila si Kecil berada di situasi terancam.
Anak menjadi korban pelecehan seksual
Seandainya kita sudah terlambat memberikan edukasi dan pencegahan pelecehan seksual, sehingga si Kecil terlanjur menjadi korban pelecehan seksual. Parents harus berkuat hati dengan membuat situasi aman bagi si Kecil.
Kebayang kan, kalau Parents malah ngamuk atau nangis-nangis, si Kecil malah akan merasa tertekan. Kalau ingin meluapkan emosi itu boleh saja, tapi jangan sampai ketahuan anak. Ingat, kita hadir untuk menguatkan dan melindungi si Kecil yang telah menjadi korban pelecehan.
Ajak anak berbicara hal-hal ringan, jangan terus ditanya kejadian itu. Saat mengobrol anggaplah kejadian itu nggak pernah terjadi. Berikan si Kecil waktu untuk menyembuhkan dirinya, terus kita semangati, dukung, dan lindungi. Di saat seperti itu nggak ada lagi yang bisa menyembuhkan selain kehadiran penuh orang tuanya. 🙂
Hmm.. tadi sudah dijelaskan contoh kasus, solusi dengan memberikan edukasi seks, lalu cara cara menyikapi pelecehan ketika menimpa si Kecil. Oh iya, gimana kalau ternyata anak merahasiakan pelecehan itu karena diancam? Parents bisa menilai dari tanda-tanda efek pelecehan seksual dilansir dari Alodokter. Ini penjelasannya:
Perubahan perilaku
Biasanya si Kecil yang mengalami pelecehan seksual akan menarik diri dari lingkungan, lebih agresif, sering mengompol, sampai sulit tidur. Kalau sudah seperti ini buatlah anak nyaman dan pelan-pelan tanyakan apa yang terjadi. Ketika si Kecil akhirnya menceritakan apa yang terjadi, tetap tenang ya Parents. Fokus pada solusi terbaik untuk si Kecil.
Terdapat masalah fisik
Saat anak mengeluhkan nyeri pada kemaluan atau dubur, mungkin ada luka dan cedera yang kelihatannya nggak wajar, terus anak sering susah berjalan dan jongkok. Kita harus peka dan curiga, supaya nggak telat penanganannya. Kalau perlu langsung diperiksa ke dokter, cari tahu kalau itu luka karena memang ada keluhan penyakit atau adanya pelecehan seksual.
Selain itu, ada kemungkinan si Kecil terkena penyakit menular seksual atau luka kekerasan seksual.
Si Kecil menghindar dari seseorang
Mengalami pelecehan seksual bikin anak males baaanget buat bersosialisasi, karena ia takut sekali hal itu akan terulang. Anak juga sudah merasa risih duluan kalau dibiarkan berduaan dengan orang lain terutama dengan pelaku. Jadi wajar kalau anak mendadak jadi penyendiri. Ayah dan Ibu, pelan-pelan tanyakan, apa yang menyebabkannya jadi seperti itu? Buat ia nyaman dan tidak takut untuk menceritakan apa yang terjadi.
Sulit belajar di sekolah
Kita kalau lagi banyak pikiran atau berantem sama pasangan rasanya langsung males ngapa-ngapain. Sama! Si Kecil juga bisa menunjukkan tanda stres kalau mengalami pelecehan seksual. Prestasi menurun karena susah buat konsentrasi, karena ia trauma dengan apa yang menimpa dirinya.
Parents, kita terus berdoa yuk dan berusaha agar anak-anak kita selalu dilindungi. Awali dengan memberikannya edukasi supaya mampu melindungi dirinya sendiri, sebagai orang tua kita harus menjadi rumah yang paling nyaman bagi si Kecil. Kalau Parents kesulitan dalam berkomunikasi dengan si kecil yang sudah jadi korban pelecehan, ada baiknya meminta bantuan ahli seperti psikolog anak atau dokter. Setiap masalah pasti akan ada solusinya ‘kan yaa.. 🙂
Semoga anak-anak kita terhindar dari pelecehan seksual. Aamiin..