Metode Montessori memiliki ide-ide utama seperti membebaskan anak mengerjakan kegiatan yang mereka inginkan, memberikan kesempatan kepada anak untuk bekerja sesuai ritme mereka sendiri, dan mengobservasi kesiapan anak untuk mempelajari hal baru. Prinsip tersebut tentu berdasarkan temuan sang penggagasnya, Dr. Maria Montessori, terkait perkembangan anak. Ia juga menggagas konsep milestone yang dikenal dengan tahap perkembangan anak dan masa peka Montessori.
Empat tahap perkembangan anak
Montessori mengindentifikasi empat tahap perkembangan anak. Salah satunya, first plane (masa awal kanak-kanak: pembentukan diri seseorang secara individual) pada usia 0-6 tahun. Berdasarkan buku Montessori di Rumah: 55 Kegiatan Keterampilan Hidup oleh Elvina Lim Kusumo, pada first plane, anak menunjukkan karakteristik khusus.
- Masa-masa keemasan saat anak menyerap segala sesuatu bagaikan spons (masa absorbent mind).
- Anak membutuhkan keteraturan, pengasahan pancaindra, stimulasi motorik halus dan kasar, lebih mudah menangkap sesuatu yang bersifat konkret, dan kesempatan mengerjakan segala sesuatu sendiri
- Masa penting perkembangan eksplorasi dan pertumbuhan fisiologi
- Pikiran anak begitu mudah menyerap informasi dan meniru hal yang dilihat. Karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam berucap dan bersikap.
Dampak masa peka bagi perkembangan anak
Selain tahap perkembangan anak, ada juga istilah masa peka yang perlu menjadi perhatian orang tua. Yakni, tahapan-tahapan ketertarikan dan keingintahuan anak pada periode tertentu. Pada masa peka inilah anak-anak tergugah dan terpikat oleh aspek-aspek khusus di lingkungan sekitarnya.
Menurut Pendiri Yayasan Montessori Tim Seldin dalam bukunya, Membesarkan Anak Hebat dengan Metode Montessori, masa peka merupakan suatu mekanisme biologis yang melekat erat dalam diri anak-anak dan membantu mereka mengembangkan keterampilan juga bakat mereka sebagai manusia. Setiap tahapannya mewakili sebuah kesempatan yang punya pengaruh besar terhadap perkembangan anak.
Selama masa peka, anak-anak dapat mempelajari berbagai hal dan menguasai keterampilan baru. Tanpa beban dan hampir tanpa sadar, anak akan menyerap bahasa, kebudayaan, sikap, etika, nilai, serta interaksi di sekitar dengan mudah.
Masa peka tak datang dua kali
Sekalinya anak-anak meguasai sebuah keterampilan atau menyerap suatu konsep, masa peka ini terlihat seperti menghilang. Karena itulah, jika mereka tidak mendapatkan pengalaman dan stimulasi yang tepat pada saat yang tepat pula, kesempatan belajar tersebut akan terlewat.
“(Di masa mendatang) keterampilan-keterampilan tersebut masih dapat dipelajari, tetapi membutuhkan kerja keras dan latihan bertahun-tahun. Itu sebabnya, misalnya, mempelajari satu atau dua bahasa relatif mudah bagi anak-anak usia dua dan tiga tahun ketika mereka berada pada masa peka bahasa daripada sebagian besar orang dewasa,” tulis Tim Seldin dalam bukunya.
Dengan mengenali tahap perkembangan dan masa peka anak-, orang tua dapat mempersiapkan lingkungan dan kegiatan yang tepat untuk mengoptimalkan kecerdasannya. Penasaran dengan kategorisasi masa peka anak usia 0-6 tahun? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, Ayah dan Ibu bisa membaca artikel Kategori Masa Peka dalam Montessori.
(Febi/ Dok. Pixabay)