Apakah Millennial Parents atau orang sekitarmu akan menghadapi perceraian dalam waktu dekat? Kebetulan, salah satu pengikut Parentalk di Instagram, Putri (bukan nama sebenarnya), berkenan membagikan tips menata hidup pasca bercerai.
Semoga pengalaman Putri dapat menguatkan Parents yang berjuang menghadapi perceraian, ya.
Menghadapi konflik besar pasca melahirkan
Putri tak menyangka hubungan yang telah ia jalin cukup lama dengan mantan suami sebelum menikah berujung perceraian. Terlebih, keduanya berpisah ketika anak mereka, Zahra (bukan nama sebenarnya), masih berusia batita.
Putri dan mantan suaminya resmi bercerai persisnya tahun lalu setelah membina rumah tangga sejak 2015. Di awal kehamilan, mereka mesti hidup berjauhan karena mantan suaminya ditugaskan di luar kota. Sementara, Putri tinggal di Jakarta karena mereka ingin sang buah hati dilahirkan di sana, mengingat masih sekota dengan orang tua kedua belah pihak.
Konflik pun terjadi menjelang persalinan Putri. Ia mendapati sang mantan suami berselingkuh dan masalah itu terus berlangsung pasca melahirkan.
“Empat bulan pertama dari anak saya lahir, konflik sedang terjadi. Bisa dibilang, mantan suami saya memberi perhatian sekadarnya saja kepada kami, anak dan istrinya. Dalam empat bulan pertama itu, mungkin hanya beberapa kali kami dikunjungi mantan suami saya. Itu pun, saat ia berada di sini, terasa sekali hatinya bukan di kami,” jelas Putri kepada Parentalk.
Adaptasi menjadi ibu baru dengan masalah rumah tangga yang pelik merupakan hal terberat baginya. Situasi tersebut akhirnya memaksa Putri untuk menyerah dan pasrah berpisah.
Walau perasaan hancur, sedih, dan marah masih membekas di hati, Putri merasa kondisi hidupnya sudah lebih baik setelah resmi bercerai.
“Karena ada jeda sekitar satu tahun sebelum kami benar-benar resmi bercerai,” terang Putri .
Meski begitu, Putri harus berpikir keras mengenai cara yang membuatnya tetap bisa mengurus anak dengan baik di tengah segala drama ibu baru dan terpuruknya perasaan. Belum lagi, ada masalah finansial yang tak luput dari beban pikiran.
Ia memikirkan masa depan Zahra. Pasalnya, selama mantan suami sering berpindah-pindah tugas, Putri fokus menjadi ibu rumah tangga. Sejak menikah, ia tidak bekerja maupun memiliki usaha.
“Mantan suami masih memberi nafkah, namun hanya untuk kebutuhan anak. Bahkan, sampai hari ini, orang tua masih banyak membantu saya dalam hal keuangan,” ungkap perempuan berusia 29 tahun itu.
Putri pun mantap untuk bangkit dan menata hidupnya pasca bercerai. Berbagai hal ia upayakan demi masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan sang buah hati.
Sabar dan ikhlas
Kesabaran dan keihklasan membuat Putri percaya, meski harus bercerai, ini adalah jalan terbaik yang diberikan Sang Ilahi.
Berusaha move on dari ketergantungan pada mantan suami
Bagi Putri, salah satu perubahan hidup yang paling terasa setelah resmi bercerai adalah hilangnya teman berbagi dan diskusi saat sedang benar-benar membutuhkan. Terlebih, ia sudah menjalin hubungan cukup lama sebelum memutuskan menikah. Ia lantas menghadapinya dengan:
- mendekatkan diri dengan Sang Pencipta;
- menghabiskan waktu dengan orang tua, keluarga, dan sahabat terdekat. Kehadiran mereka sangat membantu sebagai tempat berkeluh kesah;
- fokus mengurus anak karena cukup mengalihkan pikirannya dari masalah yang sedang ia hadapi.
Menghindari berkeluh kesah di media sosial
Meski tak ragu bercerita dengan orang-orang terdekat untuk mengurangi beban pikirannya, ia sangat menghindari berkeluh kesah soal urusan pribadi di media sosial.
“Berkeluh kesah di media sosial toh tidak akan menyelesaikan masalah kita. Apalagi, saya lihat beberapa contoh seperti itu (mengungkapkan masalah pribadi di media sosial) dengan kalimat-kalimat yang sepertinya tidak enak dibaca. Malahan (itu) akan menimbulkan penilaian yang tidak baik untuk diri kita,” jelas Putri.
Mencari sumber pengasilan baru dan menyiapkan dana pendidikan anak
Kini, Putri sedang merintis bisnis kecil-kecilan di sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. Ia berharap, usaha tersebut dapat membantu perekonomian keluarga kecilnya.
Selain berusaha memenuhi kebutuhan hidup secara finansial, ia juga menabung dan merencanakan investasi untuk biaya pendidikan anaknya.
Fokus pada pendidikan dan pertumbuhan anak
Hal yang kini menjadi fokus utama bagi Putri adalah menanamkan nilai-nilai agama dan sopan santun sejak dini kepada anak. Pasalnya, menurut Putri, hal itulah fondasi penting dalam kehidupan sang buah hati saat ia dewasa.
Memutuskan memperkenalkan anak pada ayah kandungnya atau tidak
“Mungkin saya salah satu dari sekian single moms yang tidak sanggup menggambarkan mantan suami sebagai sosok ayah yang baik kepada anak saya setelah hal-hal yang ia lakukan terhadap rumah tangga kami. Ditambah lagi, mantan suami saya juga tidak berusaha menemui atau menghubungi anaknya sampai hari ini,” ungkap Putri.
Meski begitu, Putri menyadari bahwa anak tetap harus diperkenalkan dengan ayahnya apapun yang terjadi dengan kedua orang tuanya. Terlebih, jika sang buah hati adalah perempuan. Hal itu berdasarkan pengalamannya sebagai anak perempuan serta beberapa referensi yang ia baca. Yakni, ayah dan anak perempuan memiliki punya ikatan batin tersendiri yang mungkin akan berpengaruh terhadap cara pandang dan pola pikirnya.
Namun, ia juga menegaskan bahwa keputusan memperkenalkan anak pada ayah kandungnya atau tidak kembali lagi pada kondisi masing-masing ibu
(Febi/Dok. Shutterstock)