Pada sebagian besar ibu, produksi air susu ibu (ASI) menyesuaikan kebutuhan bayi. Ada ibu yang air susunya cukup, tapi ada juga busui yang ASI-nya sangat sedikit dan sebaliknya, melimpah! Bahkan, produksinya terlalu melimpah setelah persediaan ASI sudah terbentuk. Inilah yang disebut hiperlaktasi, yakni kondisi ketika tubuh ibu memproduksi lebih banyak ASI dibandingkan dengan kebutuhan menyusu bayi.
ASI mungkin keluar cepat sehingga menyulitkan Si Kecil menyusu dengan baik. Hiperlaktasi juga membuat banyak ibu yang mendapati ASI mereka merembes atau menyembur banyak.
Untuk mengetahui kamu mengalaminya atau tidak, simak dulu tanda-tanda Ibu mengalami hiperlaktasi berikut ini.
Penyebab hiperlaktasi
Hiperlaktasi paling sering menjadi masalah pada ibu dengan banyak alveoli pada payudaranya. Alveoli adalah kelenjar payudara yang menghasilkan ASI. Jumlah rata-rata alveoli, yakni 100.000 sampai 300.000 per payudara. Nah, pada ibu yang mengalami hiperlaktasi, jumlahnya cenderung lebih banyak dari kisaran tersebut.
Menurut situs Baby Center, terkadang busui menghasilkan terlalu banyak ASI karena ia secara tidak sengaja memberi sinyal kepada tubuh untuk memproduksinya berlebihan. Misal, busui memerah lebih banyak ASI daripada kebutuhan bayi.
Selain itu, ketidakseimbangan hormon tertentu, tumor kelenjar bawah otak, dan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan produksi ASI yang berlebih.
Tanda hiperlaktasi pada ibu
Ibu dapat mencurigai hiperlaktasi bila merasakan hal-hal di bawah ini.
- Payudara terlalu penuh atau membesar setiap saat.
- Kamu mungkin mengalami pembengkakan saluran ASI karena adanya sumbatan (plugged ducts) atau mastitis.
- Payudara terasa menyakitkan selama refleks pengeluaran ASI (let down reflex).
- ASI bocor disela-sela menyusui, membasahi breast pads, dan mungkin merembes pula di payudara lain secara berlimpah.
Gejala-gejala di atas mungkin muncul di minggu pertama atau 2-3 minggu pascakelahiran Si Kecil. Sementara itu, tubuhmu akan mengatur persediaan ASI sekitar tiga bulan setelah kelahiran. Meski demikian, tanpa pengobatan, Ibu bisa saja tetap memproduksi terlalu banyak ASI empat hingga lima bulan setelah persalinan.
Tanda yang terlihat pada bayi dan dampaknya
Si Kecil mungkin tidak bereaksi sama sekali, Tapi, jika refleks pengeluaran ASI terlalu cepat atau kuat, ia akan melepaskan mulutnya dari puting atau tersedak setelah hisapan pertama. Bisa juga, bayi mungkin menyusu hanya selama 5-10 menit dan mencoba menekan puting Ibu yang dapat menyebabkan nyeri.
Tanda-tanda hiperlaktasi lainnya yang mungkin menunjukkan tanda hiperlaktasi, antara lain sebagai berikut.
- Si Kecil ingin menyusu lebih sering.
- Bayi menolak payudara Ibu dan rewel atau meregangkan tubuhnya selama menyusu.
- Si Kecil mungkin sering gumoh setelah menyusu (hiperlaktasi terkadang disalahpahami sebagai refluks)
Saat Busui mengalami hiperlaktasi, bayi mungkin kenyang dan berhenti menyusu sebelum mendapatkan ASI yang lebih tinggi lemak, yakni hindmilk yang berada di payudara bagian lebih dalam. Kemungkinan dampaknya, ia memperoleh terlalu banyak laktosa dalam ususnya sehingga dapat menyebabkan perilaku mirip kolik. Misalnya, perut yang bergas juga lebih sering pipis maupun buang air besar dalam jumlah sangat banyak. Terkadang tinja bayi juga berwarna hijau dan berbuih.
Akibat ibunya hiperlaktasi, Si Kecil mungkin menghadapi dua kemungkinan: kenaikan berat badannya sangat rendah atau sebaliknya, sangat tinggi.
Cek juga artikel Mengatasi ASI yang Terlalu Melimpah untuk mengetahui penanganan hiperlaktasi.
(Febi/Dok. Shutterstock)