“Jangan gendong bayinya terus-terusan. Nanti anaknya ‘bau tangan.’”
Istilah ‘bau tangan’ yang dimaksud kita adalah bayi menjadi rewel jika ditaruh dan ingin digendong terus. Saya adalah salah satu ibu yang pernah menerima nasihat tersebut. Namun, saran tadi tidak saya telan mentah-mentah. Saya justru merasa kebiasaan menggendong anak ketika ia menangis memudahkan saya menenangkannya. Apalagi, seiring bertambahnya usia, jiwa mandiri anak akan tumbuh. Jadi, anggapan bayi jadi ‘bau tangan’ kalau digendong terus hanya mitos, kok.
Menurut penulis What To Expect The First Year, Heidi Murkoff, kita tidak mungkin memanjakan bayi di enam bulan pertama kehidupannya. Kebiasaan merespon bayi dengan cepat justru tidak membuat Si Kecil lebih banyak menuntut. Sebaliknya, bayi cenderung lebih menuntut dan ‘lengket’ ketika kita tidak segera merespon tangisannya. Semakin cepat kebutuhan bayi terpenuhi, semakin ia tumbuh menjadi bayi yang lebih kuat dan tak banyak menuntut.
Banyak manfaat menggendong bayi
Menurut Murkoff, penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang digendong sedikitnya tiga jam setiap hari menangis lebih sedikit daripada bayi-bayi yang tak digendong sesering itu. Selain memberikan kenikmatan akan kedekatan fisik dengan Ibu, kebiasaan menggendong Si Kecil juga akan membantumu memahami kebutuhannya.
Kebanyakan bayi mendapatkan kenyamanan dan ketenangan dengan diayun dalam gendongan. Lewat menggendonglah, Ibu belajar cara mengayun yang dapat menenangkan maupun menstimulasi Si Kecil.
Kurangi frekuensi menggendong bayi di atas 6 bulan
Namun, ketika bayi sudah berusia tujuh bulan, Ibu dapat mulai sedikit menunda respon terhadap bayi yang minta digendong. Pasalnya, di usia tersebut Si Kecil perlu belajar mempraktikkan kemampuan motoriknya seperti merayap dan merangkak. Kemampuan tersebut tentunya berperan besar dalam proses belajar berjalan Si Kecil kelak.
Selain itu, bayi di atas enam bulan tidak akan memiliki kesempatan untuk melatih kemandiriannya seperti bermain sendiri bila ia digendong terus sepanjang hari.
Keuntungan lain dari mengurangi frekuensi menggendong adalah Ibu dapat mengerjakan tugas rumah tangga dekat Si Kecil yang sibuk bermain di play yard, bukan?
Jadi, apa yang harus ibu lakukan ketika si bayi besar minta digendong?
Kenali dulu motif anak minta digendong
Apakah karena adanya kebutuhan untuk berpindah tempat atau sekadar menarik perhatian? Pasalnya, bayi memang membutuhkan banyak interaksi tatap muka dengan orang dewasa sekitarnya.
Periksa kenyamanan bayi
Apakah popoknya basah, sudah saatnya makan, haus, atau kelelahan? Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, gendonglah ia.
Pindahkan Si Kecil ke suasana baru
Misal, pindahkan ia ke play yard jika sebelumnya ia duduk di bouncer atau dudukkan Si Kecil bila sebelumnya ia berbaring/menghabiskan tummy time di play mat. Ganti pemadangan untuk memenuhi kebutuhannya bereksplorasi.
Ciptakan hiburan baru
Bayi masih memiliki rentang konsentrasi yang terbatas, yakni hanya beberapa menit. Karena itulah, kamu perlu menempatkan mainan Si Kecil secara bergilir. Ini karena mainan yang banyak justru membuat bayi kewalahan. Sediakan cukup dua sampai tiga mainan di waktu yang sama.
Temani anak bermain
Duduklah di sebelah anak dan perlihatkan cara menyusun balok, tunjuklah bagian-bagian wajah bonekanya, atau pencet tombol mainan yang bersuara. Dengan begitu, Si Kecil dapat sibuk meski beberapa menit saja.
Latih anak untuk menunggu
Kamu sudah melakukan segala hal, tapi Si Kecil terus minta digendong? Coba deh, tunda untuk menggendongnya 1-2 menit. Lakukan kesibukanmu dengan santai, menyanyi, mengobrol, atau tersenyumlah. Buat ia menunggu sedikit lebih lama setiap kali ia minta digendong. Tapi, jangan membuatnya menunggu terlalu lama karena rengekan dapat meningkat menjadi teriakan. Duduklah kembali di sebelahnya, tenangkan, peluk, dan gendong ia bila perlu. Lalu mulai lagi trik-trik sebelumnya sebelumnya.
Pada kenyataannya, kebanyakan bayi hanya bisa bermain sendiri beberapa menit saja. Bahkan, bayi-bayi yang sangat mandiri sekalipun kerap membutuhkan mainan dan pemandangan yang berbeda-beda. Itu berarti, Ibu perlu selalu berada di sisinya.
Jadi, kesimpulannya? Ibu boleh saja sering menggendong anak ketika ia membutuhkanmu. Apalagi, kebiasaan menggendong dapat membangun kasih sayang di antara ibu dan anak. Tapi, tetap berikan kesempatan bagi bayi untuk bermain sendiri dan melatih kemampuan motoriknya, ya. Nikmati pula masa-masa Si Kecil lengket kayak perangko. Ini karena seiring usianya bertambah, kemandirian anak akan tumbuh. Kelak kita menghadapi masa ketika anak tak mau lagi digandeng apalagi digendong lama karena ingin mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan berjalan sendiri.
Referensi: What To Expect The Second Year oleh Heidi Murkoff dan Sharon Mazel
(Febi/Dok. Shutterstock)