Kedua anak saya yang kini berusia balita dulu mengonsumsi ASI perah (ASIP) selama saya bekerja. Saya pun menyetok ASIP sejak sebulan setelah melahirkan. Sebegitu ‘sayang’-nya dengan stok ASIP, ASIP hanya boleh dipakai ketika saya mulai bekerja.
Saya pun menerapkan prinsip FIFO alias first in first out dalam menerapkan manajemen ASIP. Yakni, ASIP yang pertama kali masuk ke freezer adalah ASIP yang lebih dulu diberikan pada Si Kecil. Setelah anak-anak sudah lebih besar, saya baru tahu ada prinsip LIFO atau last in first out dan ternyata lebih ideal ketimbang FIFO. Untuk mengetahui bedanya manajemen ASIP berprinsip FIFO dan LIFO, baca sampai habis artikel ini, yuk!
First In, First Out (FIFO)
Ilustrasi untuk FIFO misalnya, Ibu mulai memerah tanggal 10 Juli 2018 dan masuk bekerja kembali tanggal 4 Oktober 2018. Saat mulai meninggalkan Si Kecil untuk bekerja, ia akan mengonsumsi ASIP beku yang paling dulu disimpan, yaitu tanggal 10 Juli 2018. Prinsipnya sama seperti mengantre. Metode FIFO pun cocok bagi ibu bekerja yang ‘kejar tayang’ menyetok ASIP.
Keuntungan metode ini adalah kemungkinan ASIP kedaluwarsa atau terbuang lebih rendah. Ini karena Si Kecil selalu mengonsumsi ASIP yang lebih dulu diperah. Namun, kekurangannya adalah gizi ASIP beku tentunya tidak sebaik gizi ASIP yang baru diperah karena lebih segar.
Last In, First Out (LIFO)
Sesuai namanya, ASI yang terakhir diperah adalah ASIP yang lebih dulu diberikan ke bayi. Misal, Ibu bekerja pada 4 Oktober 2018. Bayi pun mengonsumsi ASIP yang diperah saat subuh atau dini hari di tanggal yang sama. ASIP yang telah disimpan beberapa bulan lalu pun sebagai cadangan saja. Oleh karena itu, LIFO cocok bagi ibu dengan hasil perahan yang ‘meluber’.
Metode inilah yang direkomendasikan para dokter saat ini. Menurut Konselor Laktasi Tiga Generasi, dr. Hikmah Kurniasari, MKM, CIMI, ASI yang terakhir diperah mendekati segar terutama untuk zat-zat daya tahan tubuh. Sementara, ASIP yang lebih lama disimpan bisa berubah zat-zat kekebalannya.
Senada dengan dr. Hikmah, Asosiasi Ibu Menyusu Indonesia (AIMI) juga merekomendasikan LIFO. Pengurus AIMI Kalimantan Barat Nadya Batubara berpendapat, ASI yang paling baru diperah adalah ASIP paling ideal karena kandungannya paling mendekati kebutuhan bayi dan kualitasnya lebih baik dibandingkan yang sudah disimpan lebih lama.
Karena itulah, alangkah lebih baik lagi bila ASIP segera diberikan tanpa harus disimpan di kulkas maupun freezer. Namun, memang hal itu sulit diterapkan oleh ibu-ibu yang bekerja.
Lalu, apa kekurangan dari metode LIFO? Kemungkinan ASIP kedaluwarsa pun semakin besar karena ASI yang diperah terakhir selalu diberikan pada Si Kecil. Meski begitu, jika ASIP sudah mendekati masa kedaluwarsa, menurut dr. Hikmah, kita tetap boleh menggunakannya, kok.
“ASIP kalau disimpan di freezer, tahan 3-6 bulan. Pada akhirnya sih, pasti terpakai semua. Kalaupun mentok enggak terpakai, ASIP masih bisa dipakai untuk MPASI dengan dijadikan sup atau puding misalnya,” jelas dr. Hikmah seperti dilansir detikHealth.
Kombinasi FIFO dan LIFO
Ini dia metode yang kerap menjadi win-win solution kebanyakan ibu menyusui saat ini. Menurut Nadya, jika Ibu memiliki cukup banyak stok ASIP, metode LIFO dapat digabungkan dengan FIFO. Konsekuensinya, Ibu perlu lebih teliti lagi mengombinasikan ASIP beku dan ASIP segar. Pemberian label tanggal dan jam pada botol ASIP pun penting dilakukan guna memudahkan pemberian ASIP untuk bayi.
Ilustrasinya, saat Ibu kembali bekerja tanggal 4 Oktober 2018, Si Kecil akan mengonsumsi ASIP beku yang paling awal disimpan dan ASI yang terakhir kali diperah. Yakni, ASIP tanggal 10 Juli dan 3 Oktober atau 4 Oktober 2018 (berdasarkan contoh situasi di atas). Bayi pun akan mendapatkan lebih banyak ASIP segar. Selain itu, kemungkinan ASIP kedaluwarsa lebih kecil ketimbang menerapkan metode LIFO saja.
Jadi, Busui lebih cocok dengan metode yang mana, nih?
Referensi: artikel “Sukses Menyusui bagi Ibu Bekerja” pada AIMI
(Febi/Dok. Shutterstock)