Sebagai orang tua, terkadang kita refleks membanjiri anak dengan pujian ketika ia berhasil menunjukkan pencapaian tertentu. Misal, memuji hasil karya anak dengan berkata, “Wow, bagus sekali! Kamu pintar melukis, ya.” Pujian berhubungan erat dengan cara anak-anak melihat kecerdasan mereka, ketangguhan dalam berusaha, juga dorongan untuk melakukan kebaikan. Lantas, bagaimana sebaiknya orang tua memuji anak? Ternyata, memuji usaha anak lebih baik ketimbang sekedar memuji kemampuannya.
Hindari memuji kemampuan anak
Cara kita memuji ternyata berpengaruh terhadap ketangguhan anak, lho. Menurut riset tiga dekade yang dilakukan oleh Psikolog Carol S. Dweck dari Universitas Stanford, anak yang terus-menerus dipuji sebagai sosok yang cerdas secara alami, berbakat, atau genius mengembangkan pola pikir permanen (fixed mindset). Yakni, adanya pikiran bahwa kecerdasan mereka demikian adanya dan seperti yang dimilikinya. Alhasil, anak-anak tersebut cenderung hanya memedulikan penilaian cerdas atau tidak cerdas. Mereka takut untuk mencoba terlalu keras dalam melakukan sesuatu yang akan membuat mereka kehilangan reputasi sebagai “anak cerdas.” Soalnya, mereka selalu dinilai memiliki kemampuan.
Pujilah usaha atau proses anak
Menurut penulis The Danish Way of Parenting, Jessica Alexander dan Iben Sandahl, ketimbang memuji kemampuan anak, orang tua sebaiknya menanamkan pada anak bahwa kecerdasan mereka bisa dibangun dengan kerja dan pendidikan. Hal itu pun dapat meumbuhkan pola pikir bahwa anak bisa mengembangkan keterampilan karena bekerja keras.
Pujian yang berfokus pada proses seperti keterlibatan, ketekunan, strategi, dan perbaikan juga dapat mengembangkan motivasi dan ketangguhan anak.
Contoh pujian untuk proses
“Ayah/Ibu suka cara kamu menyusun kepingan puzzle. Kamu hebat, akhirnya bisa membereskannya.”
“Kakak berlatih menari berkali-kali dan usaha yang kamu lakukan terlihat hari ini! Kamu tampil dengan sangat baik.”
“Ayah/Ibu sangat senang melihat kamu berbagi camilan dengan adikmu.”
“Ini adalah tugas yang panjang dan menantang, tetapi kamu bisa mengerjakan dan menyelesaikannya. Ayah/Ibu bangga kamu tetap fokus!”
Pujian atas usaha membuat anak suka tantangan
Anak-anak yang didorong untuk fokus pada usaha daripada kecerdasan ini akan memiliki pola pikir berkembang (growth mindset). Mereka cenderung peduli pada pembelajaran dan melihat usaha sebagai hal yang positif. Anak juga akan meningkatkan usaha ketika menghadapi kegagalan dan mencari strategi belajar yang baru ketimbang menyerah.
Sebaliknya, anak dengan pola pikir permanen rentan kehilangan percaya diri ketika menghadapi kesulitan.
Selain mengasah ketangguhan, pujian juga mendorong anak melakukan kebaikan. Orang tua pun perlu mengetahui jenis pujian yang efektif maupun tidak efektif. Cari tahu lebih jauh di artikel Dos and Don’ts Memuji Anak, yuk!
(Febi/Dok. Shutterstock)