Status vaksinasi anak Ibu sudah lengkap berikut booster atau ulangannya, namun tetap harus ikut program outbreak response immunization atau ORI Difteri. Ini karena tempat tinggal Ibu salah satu wilayah dengan kasus penyakit tersebut.
Mungkin sebagian ibu ada yang kesal karena merasa ‘tidak adil’ dengan pengulangan skema ORI sebanyak tiga kali suntikan tanpa memandang riwayat vaksinasi. Yakni, suntikan perdana sesegera mungkin, lalu suntikan kedua sebulan setelahnya, dan suntikan ketiga pada enam bulan sesudah suntikan kedua.
Lalu, muncul pertanyaan, “Bukankah bila vaksinasi lengkap, tubuh anak tetap terlindungi meski ada wabah?”
ORI memberikan kekebalan lebih menyeluruh
Menurut dr. Margareta Sylvia, tidak semua vaksinasi menjamin kekebalan seratus persen, melainkan lebih kepada mencegah penyakit menjadi lebih berat akibat ragam komplikasinya. Selain itu, sistem kekebalan tubuh setiap orang berbeda-beda terhadap suatu penyakit.
“Ada yang setelah divaksin langsung timbul imun atau kekebalannya. Tapi, ada juga orang-orang yang tidak timbul kekebalan. Nah, itulah fungsi dari vaksinasi secara massal ini. Jadi memberikan kekebalan yang lebih menyeluruh termasuk orang-orang yang memang setelah divaksin, ia tidak muncul kekebalan karena mungkin ada satu gangguan di dalam tubuhnya,” jelas dr. Margareta kepada Parentalk.
Kasus difteri nihil sebelum KLB
Menurut dr. Margareta, kasus difteri yang terjadi belakangan ini menyebar secara cepat dan terjadi pada hampir seluruh Indonesia.
“Kasus difteri itu sudah hampir nol sebenarnya selama beberapa puluh tahun terakhir. Dari peta bulan November kemarin yang saya lihat, Papua dan Sulawesi belum terjangkau. Tapi di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, itu sudah kena semua,” tambah dr. Margareta.
Anak jadi korban terbanyak
Sebagian besar korbannya adalah anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka tak seprima orang dewasa. Karena itulah, anak-anak penting untuk diproktesi dengan vaksinasi tambahan demi mencegah penyakit difteri berkembang lebih hebat.
ORI memperkuat imunitas kelompok
Selain itu, dengan mengikuti program ORI, herd immunity atau imunitas kelompok dapat lebih kuat.
“Imunitas kelompok membuat si penyakit ini enggak berkembang biak lagi karena semua orang sudah melakukan vaksinasi. Semua orang punya kekebalan tubuhnya. Jadi pada saat penyakit berusaha masuk ke tubuh orang, (upayanya) sudah enggak berhasil,” ujar dr. Margareta.
Penentuan daerah ORI
Menurut edaran Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, ada 26 provinsi dan 130 kabupaten dengan kasus difteri hingga tanggal 16 Desember 2017. Kasus terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur disusul Provinsi Jawa Barat.
Pemerintah pun menggiatkan ORI, yakni strategi untuk mengendalikan kejadian luar biasa (KLB) difteri melalui pemberian vaksinasi tambahan. ORI diterapkan pada wilayah yang sedang terjadi KLB karena berisiko tertular difteri dan menargetkan anak usia 1 sampai dengan <19 tahun tanpa memandang riwayat vaksinasi.
Penentuan daerah ORI berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.
- Banyaknya kasus baru
- Mudahnya penularan yang berpotensi meluas menjadi wabah sehingga menimbulkan angka kesakitan dan kematian tinggi
- Tingginya tingkat mobilitas masyarakat
- Kesiapan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia
Sekarang, Ibu enggak ragu lagi mengikutkan si kecil pada program ORI, kan? Apalagi, seluruh layanan kesehatan pemerintah seperti Posyandu, Puskesmas, dan RS pemerintah juga sekolah menjadi tempat pelaksanaan ORI secara gratis.
Referensi: Surat Edaran Pengurus Pusat IDAI tanggal 16 Desember 2017
(Febi/ Dok. Pixabay)