Adanya ruam ketika Si Kecil demam atau sakit tentu membuat kita khawatir, ya. Tapi, sebelum berpikir terlalu jauh, kamu perlu mengenali jenis-jenis demam dengan ruam yang diderita anak. Soalnya, perjalanan penyakit yang satu dengan lainnya berbeda-beda, lho. Dengan mengenali jenis demam dengan ruam, diagnosis penyakit anak lebih mudah ditegakkan dan penangannya tepat bila kita mencermati gejala-gejalanya dengan baik.
Utamakan penggunaan istilah medis
Suatu ketika anak kedua saya demam tinggi tanpa disertai gejala lain. Setelah tiga hari berlalu, bagian dada, punggung, dan lehernya terdapat ruam. Saat itu, saya yakin Si Kecil terkena roseola. Berbekal ilmu dari dokter kepercayaan, saya tidak memberinya obat apapun karena penyakit yang disebabkan virus tersebut akan sembuh sendiri. Lalu, ibu mertua yang melihat ruam di tubuh anak saya berkata bahwa ia terkena tampek.
Menurut dr. Purnamawati S Pujiarto, SpAK, MMPed, banyak sekali istilah untuk ruam dalam Bahasa Indonesia. Mulai dari tampek, campak, sampai gabagen. Pendiri Yayasan Orang Tua Peduli (YOP) ini pun mengimbau penggunaan istilah medis untuk menghindari kerancuan.
“Karena tiap dokter mungkin memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Kalau dia orang Jawa, mungkin gabagen itu biduran. Tapi, menurut orang Betawi, gabagen itu tampek. Campak atau tampek apa bedanya? Jadi mulailah kita menggunakan istilah medis demi keamanan pasiennya,” jelas dr. Purnamawati alias dr. Wati saat menjadi narasumber Program Edukasi Kesehatan Anak untuk Orang Tua (PESAT) April 2018.
Nah, sekarang kita pelajari dulu penyakit-penyakit yang memiliki gejala demam dan ruam beserta istilah medisnya berasarkan penjelasan dr. Wati. Menurutnya, semua infeksi virus sembuh sendiri dan tidak ada obatnya. Hal yang perlu dilakukan orang tua adalah observasi tanda gawat darurat dan menjaga asupan cairan anak selama Si Kecil sakit. Pelajari ciri-ciri demam dengan ruam agar bisa menjadi bekal pengetahuan saat berkonsultasi dengan dokter. Soalnya, ada banyak penyakit demam dengan ruam mulai dari measles (campak), rubella, Hand Foot and Mouth Disease (HFMD), roseola, cacar air, sampai fifth desease.
Oh ya, diagnosis penyakit-penyakit tersebut tidak membutuhkan cek laboratorium, namun hanya memerlukan penggalian informasi oleh dokter terhadap pasien/orang tua (anamnesis) dan pemeriksaan fisik.
Kita akan bahas satu per satu jenis-jenis ruam dengan demam dalam beberapa artikel, ya. Kali ini kita pelajari lebih jauh tentang penyakit campak.
Measles
Istilah lain measles, antara lain campak, morbili, atau rubeola. Ciri-cirinya sebagai berikut.
Demam tinggi
Demam terus merangkak naik hingga mencapai puncaknya (40 derajat Celsius) di hari keempat atau kelima sakit. Setelah itu, demam perlahan turun hingga hari kesepuluh.
Semua selaput lendir meradang
Selaput lendir terdapat di mulut, saluran napas, saluran cerna, dan mata. Ketika sakit campak, si penderita mengalami mata merah belekan, diare, dan batuk dengan dahak yang sangat banyak.
Ruam
Ruam muncul saat penderita demam tinggi, bukan setelah demam turun. Ruamnya menonjol/timbul dan semakin hari makin gelap. Di hari kedelapan ruam masih ada.
Komplikasi
Pneumonia (komplikasi yang umum terjadi), infeksi telinga, dan bronkitis.
Terapi
- Istirahat
- Pemberian parasetamol untuk menyamankan anak.
- Asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
- Bila penderita sakit berat, ia memerlukan rawat inap di rumah sakit.
- Komplikasi infeksi bakteri seperti pneumonia memerlukan terapi antibiotik.
- Pemberian vitamin A pada kasus campak parah yang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Namun, jika penyakit campak tidak berat maupun menimbulkan komplikasi, penderita dapat dirawat di rumah saja.
“Ibu-ibu sering takut ini demam berdarah atau sering takut ini butuh perawatan khusus. Measles ini penyebabnya virus sehingga sembuh sendiri. Hal terpenting adalah cegah agar anak jangan sampai dehidrasi,” jelas dr. Wati.
Untuk mengetahui jenis demam dengan ruam lainnya, simak pula artikel Penyakit dengan Ruam yang Tak Membutuhkan Rawat Inap juga Hand Foot and Mouth Disease.
Referensi lain: Artikel “Measles” pada Mayo Clinic
(Febi/Dok. Shutterstock)