Kehidupan kakak beradik tanpa pertengkaran rasanya mustahil, ya. Apalagi, kalau sang buah hati sudah menjadi kakak di usianya yang belum genap tiga tahun, ada saja ‘drama’ yang Ayah atau Ibu hadapi setiap hari. Si kakak berlaku agresif karena tak senang, anak-anak berebut mainan, dan sebagainya. Salah-salah bersikap, hati-hati, persaingan antarsaudara kandung alias sibling rivalry bisa semakin runcing! Orang tua pun harus menghindari kekeliruan menyikapi sibling rivalry. Penjelasannya saya rangkum dari Psikolog Anak Anindya Dewi Paramita saat berbagi informasi di Leader Lab Parenting Class pertengahan Januari 2018.
Memaksakan permintaan maaf
Saat kita lagi emosi dengan seseorang lalu dipaksa untuk minta maaf, bagaimana rasanya? Pasti kesal banget kan? Kondisi itu juga berlaku pada anak balita, lho. Karena itulah, orang tua perlu menahan diri untuk memaksa anak minta maaf. Menurut Anindya, Ayah atau Ibu justru sebaiknya membantu anak memahami perspektif saudaranya.
Misal, suatu ketika anak sulungmu memukul tangan adiknya karena tak mau memberikan mainan yang ia minta. Kamu bisa berkata, “Adik menangis kesakitan karena kamu pukul. Kasihan, kan? Kalau mau mainan adik, kamu bisa minta baik-baik.”
Meski begitu, jangan pernah memukul anak untuk membuktikan rasa sakit yang dirasakan saudaranya, ya. Itu sama saja kamu mencontohkan kekerasan fisik.
Contoh lain, si adik merebut mainan kakaknya yang lantas memukulnya karena kesal. Orang tua bisa memberikan pemahaman seperti, “Adik kan masih kecil jadi belum mengerti merebut mainan itu tidak boleh. Kalau Kakak tidak senang, cukup bilang, ‘Jangan ambil, Adik! Aku lagi main.’ Tidak perlu pukul.”
Memaksakan untuk selalu main bersama
Ini salah satu imbauan yang sulit untuk ditahan para orang tua. Inisiatif untuk berbagi memang perlu didorong. Namun, ketika Si Kecil tidak menginginkannya, jangan paksakan ia berbagi dengan sang adik. Jika kamu sering kali memaksakan, si kakak bisa menjadi semakin tak senang dengan adiknya.
Terlebih, menurut situs Ask Dr Sears anak-anak di bawah enam tahun jarang sakali memiliki rasa empati. Khususnya anak di bawah 2,5 tahun yang belum mampu berbagi. Ia dapat bermain bersebelahan dengan anak-anak lainnya (parallel play), namun tidak saling terlibat. Mereka hanya memedulikan diri sendiri dan kepemilikan masing-masing juga tidak memikirkan keinginan maupun perasaan anak lainnya.
Namun, Ayah dan Ibu bisa, lho, mencontohkan inisiatif berbagi kepada Si Kecil sejak dini. Misalnya dengan berbagi makanan dengan sesama anggota keluarga atau menerapkan sistem giliran di berbagai kesempatan.
Menolak perasaan anak
Rasanya pasti kesal sekali ya, ketika melihat si kakak berlaku kasar pada adiknya. Meski begitu, kamu tetap perlu mengakui perasaannya. Hindari berkata seperti, “Pokoknya, Mama enggak suka kamu pukul-pukul adik!”
Ayah atau Ibu juga perlu mengakui perasaan buah hati, lho, agar ia tetap merasakan keadilan darimu.
“Mama ngerti kok, kamu kesal sekali saat adik merebut mainanmu. Kalau dengan memukul, adik jadi kesakitan. Kan kasihan.”
Membandingkan anak satu dengan yang lain
Dalam keseharian, kita terkadang secara tak sadar membandingkan anak-anak satu sama lain.
“Kayak adik dong, makannya gampang.”
“Kamu kok susah dibilangin, sih. Kayak adik dong, nurut.”
Kita saja yang orang dewasa pasti kesal kan, kalau dibanding-bandingkan dengan orang lain? Apalagi, anak balita yang sedang belajar mengendalikan diri… Kalau sering membandingkan buah hati dengan saudara kandungnya, hati-hati sibling rivalry bisa makin sengit.
Memihak
Kamu tiba-tiba mendengar tangisan si bungsu. Tanpa berusaha mengonfirmasi dulu, kamu langsung menjadikan kakaknya tersangka utama.
“Adiknya diapain sih, Kak?”
Pertanyaan itu pun berlanjut dengan rentetan omelan bernada tinggi atau imbauan untuk mengalah pada sang adik. Padahal, belum tentu kakaknya yang memulai duluan. Bisa jadi, si kakak hanya berusaha mempertahankan diri, namun dengan cara yang keliru atau jangan-jangan bukan ia penyebab adiknya menangis. Sebelum menunjukkan keberpihakan dengan langsung menghakimi, lebih baik kamu menanyakan dulu hal yang sebenarnya terjadi pada ‘terduga pelaku’ maupun saksi-saksi di sekitarnya.
Lalu, bagaimana Cara Tepat Menghadapi Sibling Rivalry? Simak artikel berikutnya, ya!
(Febi/Dok. Shutterstock)