Sebagai ibu dari anak balita, saya kerap berhadapan dengan sikap si kecil yang tak sabaran. Pokoknya, segala keinginanannya mesti dipenuhi saat itu juga dan tidak memedulikan kerepotan yang saya alami. Misal, keinginannya untuk segera menyusu diikuti dengan tangisan meraung-raung padahal saya masih berusaha memakai baju secepat kilat usai mandi. Ajakan untuk bersabar sedikit terkadang tak ia gubris.
Saya tahu sikap tak sabaran adalah ciri khas anak-anak balita. Tapi, ada kalanya saya tersulut emosi juga. Lalu, bagaimana cara menyikapi anak balita tidak sabaran? Berikut tipsnya dari Psikolog Pendidikan Rumah Dandelion Binky Paramitha.
Kemampuan menunggu perlu dilatih
Menurut Binky, kemampuan untuk menunda atau menunggu perlu dilatih sejak kecil. Misalnya, saat buah hati meminta sesuatu, kita tak lantas memberikan semua hal yang ia minta. Anak harus berusaha dulu. Bahkan, kemampuan ini bisa dilatih sejak usianya menjelang setahun. Dengan begitu, kemampuannya untuk menunggu mulai terlatih sedikit demi sedikit.
“Contohnya, anak cuma menunjuk-nunjuk toples. Kalau kita langsung kasih kan gampang banget dan akhirnya justru ia tidak banyak belajar. Tapi, kalau kita tanya dulu, ‘Kamu mau apa? Ini? Toples?’ Terus dia jawab, ‘Ho-oh.’ Kita tanya lagi, ‘Mau? Ya sudah, bilang mau minta, Ibu.’ Jadi dia berusaha dulu melakukan sesuatu,” jelas Binky.
Menurut Binky, saat anak sudah bisa mengekspresikan kemauan, orang tua dapat mendorongnya untuk berbicara. Kebiasaan itu juga akan membantu anak untuk bisa mengendalikan diri dan belajar bahwa tidak semua hal yang ia minta bisa didapatkan dalam sekejap.
Terapkan konsekuensi dan aturan
Kesabaran juga dapat dilatih lewat penerapan konsekuensi pada anak di atas dua tahun. Misal, si kecil hendak menyantap makan siangnya. Sedari awal, Ibu telah mengingatkannya untuk menghabiskan makanan yang telah disajikan agar ia tidak kelaparan selama perjalanan. Kamu juga menyampaikan bahwa ia dan anggota keluarga lainnya baru bisa makan lagi setibanya di lokasi. Tapi, ternyata ia tidak menghabiskan makanannya. Terapkanlah konsekuensi dengan konsisten meski ia merengek ingin makan di tengah perjalanan.
“Kita bisa ingatkan, ‘Tadi kan sudah mama bilang, kita baru bisa makan lagi nanti pas sudah sampai. Kamu makannya enggak habis, makanya jadi kelaparan.’ Kita lihat saja, kalau memang ternyata anak lapar bukan hal yang membuat dia menjadi sakit, kita tetap tunda (memberi makan) karena itu adalah konsekuensinya,” jelas Binky.
Setibanya di tujuan, barulah kita membuka bekal atau membelikan makanan untuk anak. Dengan begitu, ia memetik pelajaran dari tindakannya sendiri.
“Oh, mama aku melakukan ini karena konsekuensinya, kok. Tadi aku sudah dibilangin, tapi enggak menghabiskan makanan.”
Cara lainnya untuk melatih kesabaran anak adalah mengantre. Lewat mengantre, kita mengajarkan anak untuk menunggu giliran jika ingin mendapatkan sesuatu. Selain itu, anak belajar bahwa meminta sesuatu itu ada aturannya.
Orang tua perlu mencermati prioritas
Kesabaran anak memang perlu dilatih. Tapi, orang tua juga perlu melihat kebutuhan si kecil ketika ia menuntut keinginannya segera dipenuhi. Misal, ketika ia memaksa ingin menyusu atau meminta bantuan akan sesuatu, ibunya lagi nanggung menjawab pesan WhatsApp dari teman. Biasanya sih, kita cenderung meminta anak untuk bersabar, ya.
“Itu sebenarnya yang salah apakah si anak atau mamanya? Karena anak hanya meminta hal yang memang esensial dan haknya. Tapi, mamanya memprioritaskan hal lain. Itu kan hal yang perlu dicermati juga dari orang tua. Mama prioritasnya yang mana dulu, nih?” ungkap Binky.
Kesabaran anak memang sebaiknya dilatih dan dibiasakan agar ia memahami urutan maupun giliran. Meski begitu, orang tua juga harus memahami tindakan-tindakan yang perlu didahulukan karena bagaimanapun, anak haruslah menjadi prioritas.
(Febi/Dok. Shutterstock)