Aturan yang sedang saya ‘galakkan’ pada si kakak yang berusia 2,5 tahun adalah makan dulu sebelum menyusu. It’s hard, though. Apalagi, kalau ia sudah berulah dengan tangisannya agar mendapatkan nenen sesegera mungkin… Tapi, saya harus tetap teguh pada aturan tersebut demi mendisiplinkan buah hati. Kalau tidak, risiko yang terjadi bisa sebaliknya. Anak menjadi sulit patuh karena sikap kita yang berubah-ubah. Yap, konsistensi adalah kunci anak tumbuh disiplin.
Salah satu cara agar anak tumbuh dengan kekuatan emosi adalah bersikap konsisten dan teguh soal aturan maupun tugas sehari-hari. Itulah pesan dari profesor Harvard University sekaligus penulis buku Raising Cain: Protecting the Emotional Life of Boys, Dan Kindlon. Bahkan, menurut Kindlon, ketika orang tua bersikeras menerapkan satu aturan saja, anak-anak akan menjalankannya dengan lebih baik.
“Sikap tegas dan konsisten mengajarkan anak bahwa orang tua mengharapkannya untuk berperilaku bertanggung jawab,” jelas Kindlon seperti dilansir situs BabyCenter.
Konsistensi aturan menyamankan anak
Meski selalu berusaha melawan, batasan (dalam bentuk aturan) sesungguhnya menyamankan anak-anak. Dengan mengetahui hal yang diharapkan darinya, si kecil justru merasa aman dan dicintai. Orang tua pun harus menerapkan batasan itu secara konsisten karena anak akan lebih mudah berperilaku baik bila ia merasa aman.
Misalnya, anak wajib mencuci tangan sebelum makan, ketentuan tersebut harus berlaku seterusnya tanpa terkecuali. Bila aturan tersebut berlaku hari ini, namun terlewat pada waktu berikutnya, anak akan kebingungan dan menganggap aturan tak berarti. Kalau orang tua terus menggonta-ganti aturan atau hanya memberlakukannya saat di muka umum, anak juga tidak akan tahu hal yang diharapkan darinya.
Jangan menyerah tegakkan aturan
Bagaimana kalau anak menguji kesabaran orang tua dengan ledakan emosinya? Orang tua yang mundur dari aturan memberikan pesan bahwa anak bisa mendapatkan hal yang diinginkan dengan berteriak dan menjerit. Jadi, kalau Ibu memberi tahu si kecil bahwa ia tidak bisa makan permen hari ini, jangan menyerah, bahkan bila ia merengek sekalipun. Mungkin Ibu merasa kesulitan melaluinya saat itu, namun hasilnya akan membuat hidup lebih mudah untuk jangka panjang.
Orang tua harus selalu serius dengan ucapannya
Hal penting lainnya, tegaskan kepada si kecil bahwa orang tua selalu serius dengan hal yang diucapkan. Jangan membuat janji atau ancaman yang tidak akan kamu penuhi. Jika Ibu meminta si kecil untuk minum air putih saat makan malam, jangan beromong kosong dengan membiarkannya minum jus lima menit kemudian. Bila Ibu memperingatkan si sulung akan memberikan time-out kalau memukul adiknya, berlakukanlah jika itu terjadi.
Anak membutuhkan penjelasan berulang-ulang
Konsistensi menentukan otoritas dan kredibilitas disiplin yang orang tua terapkan juga kepatuhan sang buah hati. Orang tua mungkin menganggap sebuah aturan sudah cukup jelas, namun di mata anak, hal tersebut tak bisa dipahami. Orang tua pun harus bersabar menjelaskan aturan-aturan berulang kali dan lebih sering mengarahkan si kecil. Apalagi, anak-anak menghadapi berbagai situasi tak biasa beberapa kali dalam sehari.
Selain ayah dan ibu, pengasuh juga anggota keluarga lainnya harus kompak menegakkan aturan untuk anak. Pastikan tidak ada pihak yang saling mengacaukan penerapannya. Bila ada ketidaksepakatan, diskusikanlah sehingga semua memiliki gambaran jelas mengenai hal yang perlu dikatakan dan dilakukan jika kasus serupa terulang kembali.
Referensi: What To Expect The Second Year oleh Heidi Murkoff dan Sharon Mazel
(Febi/ Dok. Pixabay)