“Me time enggak sebanyak dulu. Frekuensi hubungan berkurang. Getarannya beda sama waktu baru menikah. Mungkin karena perhatian sudah tercurah ke anak”, begitu kata Aulia Rahmat, salah satu rekan Parentalk yang juga ayah dari satu anak, ketika ditanya tentang perubahan yang dia alami setelah menikah. Dia sadar, setelah ada anak, perhatian ke pasangan juga berubah.
Anak jadi prioritas, pasangan (agak) terlupakan
Yaa memang sih, setelah punya anak, rasanya seluruh perhatian dan waktu kita banyak teralihkan ke anak. Terus akhirnya, ada yang lupa. Lupa kalau pasangan kita juga butuh waktu dan perhatian.
Kalau di cerita Aulia, dia dan istrinya sadar sama hal ini dan berusaha buat membagi waktu dengan seimbang. Tapi enggak sedikit juga orangtua yang malah jadi cuek sama pasangannya sendiri.
Hal ini juga dinyatakan psikolog pernikahan dan keluarga dari Rumah Dandelion, Nadya
Pramesrani. Terkadang setelah menikah dan sudah punya anak, anaklah yang jadi prioritas utama. Padahal kalau enggak ada pasangan, ya enggak akan ada anak-anak juga.
“Sebenarnya bukan anak yang jadi masalah. Tapi ini memang bagian dari tahapan perkembangan keluarga. Pas suami atau istri sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, terus berusaha ngasih yang terbaik buat anaknya, seringkali pasangan jadi terlupakan,” kata Nadia.
Padahal, menurut Nadya, ketika kita menjadikan keluarga sebagai prioritas, berarti perhatian tercurah secara adil ke semuanya. Ya ke anak, istri dan suami, sesuai porsi kebutuhan masing-masing.
Beri perhatian di meja makan
Setelah seharian enggak ketemu, misalnya karena suami sibuk kerja dan istri sibuk urus anak, tentu butuh ngobrol untuk tahu kondisi masing-masing. Jadi, sempatkan deh buat makan malam bareng pasangan.
Enggak perlu mewah, seperti candle light dinner di restoran kok. Makan malam sambil ngobrol santai di rumah saja sudah cukup. Kalau dijalankan secara rutin, kebiasaan ini berperan buat membangun komunikasi pasangan.
“Coba makan malam, tanpa distraksi apapun, seperti gadget misalnya. Jadi beneran fokus buat ngobrol. Ini kadang jadi hal yang challenging. Kalaupun merasa enggak ada bahan obrolan, bisa bertanya simpel, kayak bagaimana kerjaan di kantor, apa yang menarik dari hari kamu? Jadi muncul perhatian, tinggal bagaimana mindset kita berkomunikasi ke pasangan,” jelas Nadya.
Waktu makan, mungkin banget isi obrolan kalian akan seputar anak-anak, perkembangan mereka, and so on. Tapi penting juga buat ngobrol tentang kalian, sebagai suami-istri. Kalau ada masalah, uneg-uneg atau justru kamu mau menyampaikan terima kasih ke pasangan, sampaikan saja.
Lakukan hobi berdua
Selain makan malam, kamu dan pasangan bisa melakukan aktivitas yang sama-sama kalian senangi. Misalnya, nonton ke bioskop atau traveling, sempatkan buat bikin agenda khusus berdua. Jadi, kamu dan pasangan punya me time atau sesuatu yang ‘ini kita banget sebagai suami istri’.
Dengan begitu, interaksi kalian bisa makin dekat. Bukan cuma sebagai pasangan suami-istri. Tapi juga sebagai teman dan partner kerjasama. Manfaatnya pasti bakal terasa buat rumah tangga, termasuk ketika mengasuh anak-anak.
Jangan lupa perhatian simpel
“Nanti malam mau dimasakin apa?” Chat simpel di tengah hari seperti itu bisa jadi bentuk perhatian kita ke pasangan. Simpel sih, tapi bisa jadi penyemangat kerja karena dia tahu kalau pasangannya ingat sama dia.
Bisa juga dengan menyiapkan kejutan kecil. Seperti memesankan makanan kesukaan istri pas dia mengurus anak di rumah atau membelikan sesuatu yang sudah lama dipengenin suami.
Jadi, walau sudah ada anak, penting juga buat memberi perhatian ke pasangan. Perhatian-perhatian sederhana bisa jadi penyegar yang bikin hubungan kalian lebih bahagia. Ingat,’the best gift you can give to your kids is a happy marriage‘.
(Dyah/ Dok: Pixabay)